Memory Thirteen: Baiklah. (Tirta & Vellsha)

35 0 0
                                    

"Tirta, persiapkan barang-barangmu. Besok kau harus bangun pagi. Setelah menyiapkan barangmu, segera tidur." suara ibu terdengar dari luar kamarku.

Besok aku akan pergi ke kota tempat nenekku tinggal. Aku ingin beristirahat dari rutinitasku di rumah ini. Kereta besok berangkat pukul 5 pagi dan sampai tujuan seitar pukul setengah 1 siang. Aku sudah selesai mengemasi barangku dan harus tidur lebih awal. Besok akan menjadi perjalanan yang lumayan panjang.

*****

"Baik, Bu. Aku berangkat dulu." aku mencium tangan ibuku, lalu bergegas masuk ke pintu keberangkatan. Iya, aku berangkat sendiri. Aku tidak akan terlalu lama di rumah nenek karena ibu sendirian di rumah.

Aku sangat menantikan perjalanan ini. Kenapa? Well, ini adalah hal klise saat seseorang jatuh cinta pada seseorang. Terlebih, dia tinggal di kota yang berbeda dengan orang yang ia dambakan. Akan ia kerahkan usaha yang sedikit lebih keras untuk bertemu. Tentu saja ia melakukannya dengan senang hati.

Oh iya, aku belum memberi tahunya. Aku sempat berfikir untuk memberinya kejutan tapi jika ternyata dia tidak bisa dengan mendadak, bisa kacau.

"Vellsha, aku sedang perjalanan menuju kotamu. Beri tahu aku kapan waktu kosongmu." 

Kuputuskan untuk memutar musik untuk menghilangkan jenuhku di perjalanan ini. Di dalam gerbong hanya ada beberapa orang. Mungkin sekitar 10 sampai 15 orang. Tidak banyak karena memang belum memasuki musim liburan. Aku keluar kota terlebih dahulu karena jika aku baru pergi saat musim liburan baru dimulai, akan sangat ramai di dalam gerbong. Bukannya tidak suka, tapi ini sangat nyaman berada di dalam gerbong yang hanya ada sedikit orang.

Handphoneku bergetar. notifikasi menunjukan ada pesan masuk. Vellsha menjawab pesanku. Katanya, dia belum memiliki jadwal sama sekali selama liburan ini dan dia dengan senang hati mau pergi denganku. Ah... rasanya kepalaku seperti 'skskajnsjc'. Lumayan tidak karuan. aku senang tidak kepalang.

Aku memilih mengajaknya untuk pergi besok. Astagaaa aku sangat tidak sabar untuk segera sampai.

*****

Aku sampai di rumah nenekku sekitar pukul 1 siang.

Setelah itu, tidak banyak yang aku lakukan. aku menghemat tenagaku untuk besok. Seharian aku hanya duduk di ruang tamu sambil terus menggulirkan layar handphone-ku. Oh, tenang saja. Aku sudah menyelesaikan semua yang harus kuselesaikan seperti mencuci baju yang sudah habis kupakai untuk perjalanan tadi, makan siang lalu mencuci piringnya, dan beberapa hal lain. 

Aku berkutat dengan handphone-ku sampai waktu makan malam tiba. Aku, nenekku, kakekku, dan sepupuku yang berumur 9 tahun duduk mengitari meja makan, bersiap menyantap makan malam.

"Jarang-jarang kau tidak berpergian. Kenapa?" tanya nenekku.

Jika aku berada di kota ini, aku lebih sering menghabiskan waktu di luar rumah. Entah dengan teman-temanku atau hanya sendiri. Tapi aku lebih sering menghabiskan waktu sendiri.

"Aku terlalu lelah untuk pergi. Juga, aku sudah lumayan lama tidak menemui nenek dan kakek. Lebih baik aku menghabiskan waktuku di rumah untuk hari ini."

Aku menoleh kearah adik sepupuku. Dia makan dengan lahap. Dia terlihat bahagia dengan apa yang dia makan meski sesekali dia berhenti makan karena menceritakan serial kartun favoritnya kepadaku. Dulu aku menonton apa yang dia tonton, jadi beberapa kali aku juga menimpali. Itu yang membuatnya senang jika aku berada di sini.

Bibi dan paman, orang tua adik sepupuku itu baru akan pulang pukul setengah 9 malam nanti. masih ada 2 jam. Kurasa aku bisa mengajak anak ini bermain sejenak sebelum orang tuanya pulang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Isi HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang