"Ckckck. Tumben jam segini udah nyampe."
Haechan menggelengkan kepala sekaligus heran ketika Mark meletakkan tas ranselnya di meja. Wajah Mark terlihat kucel seperti belum mandi. Seragam sekolahnya juga kusut kelihatan sekali jika tidak disetrika.
Mark menguap lebar mengabaikan pertanyaan teman sebangkunya.
Badannya ia senderkan ke kursi dengan mata terpejam."Lo kenapa sih?", tanya Haechan, pandangannya kembali fokus ke buku matematika yang baru saja ia pinjam dari Uca si sekretaris kelas sekaligus siswi paling pintar di kelasnya.
"Gue pusing!!"
Haechan meliriknya.
"Lo juga bisa pusing ternyata""Sialan lo! Yang ini bukan pusing biasa tapi pusing luarrr biasa.."
"Widihh lebay"
"Halah ngaca!!"
Teman-teman sekelasnya satu persatu memasuki kelas karena sebentar lagi bel akan berbunyi. Mereka sibuk menyiapkan atribut untuk upacara bendera. Melihat itu, Mark juga melakukan hal yang sama. Ia membuka tasnya untuk mencari topi abu-abunya. Mark memakai topi itu dengan rapi, beda dari biasanya yang selalu seenaknya sendiri.
"Mark lo salah minum obat?"
Haechan bertanya lagi, kali ini ia bertanya dengan wajah serius.Mark menoyor kepala Haechan sampai hampir terjungkal dari kursi. Ia berdiri lalu berjalan ke luar kelas meninggalkan Haechan yang melongo.
***
"Jadi lo sekarang tinggal sama kakek Anton?"
Mark mengangguk dengan wajah lesu. Ia meminum segelas pop ice yang dibelikan Haechan.
"Halo abang-abang,,"
Mereka berdua menoleh ke sumber suara. Seorang siswa berambut cepak dan bertubuh kurus mendekat ke arah mereka dan ikut bergabung. Anak itu memegang sebungkus chiki lalu memakannya sambil menatap kedua temannya dengan wajah polos.
"Astaga si bocah, lo kemana aja sih?!", tanya Haechan, ia ikut-ikutan makan chiki milik siswa itu, Jisung.
"Sorry, bang! Tadi ada urusan!", ujarnya.
"Halah sok sibuk banget sih.", Kata Haechan, Kemudian pandangannya mengarah lagi ke Mark dengan alis terangkat menagih cerita yang sempat bersambung.
"Terus lo kenapa lesu gitu,?",
Mark mendesah pelan.
"Lo kan juga tahu kalau gue nggak suka diatur-atur apalagi sama kakek gue yang kelewat disiplin itu."Haechan mulai paham, ia mengangguk-anggukkan kepala.
Di samping mereka Jisung melipat dahinya tidak mengerti arah pembicaraan kedua cowok itu. Ditepuknya pundak Haechan dengan keras, hal itu membuat Haechan kaget. Ia nyengir kuda melihat Haechan mengelus dada.
"Hehe sorry, gue bingung kalian lagi ngomongin apa,"
Haechan merangkul pundak Jisung sambil berbisik. Jisung menyambutnya dengan mengangguk-anggukkan kepala dan satu jarinya ia ketuk-ketukkan di dagu tanda ia sedang berpikir sambil meresapi kata-kata yang baru saja dibisikkan Haechan.
"Oh itu..gue udah tahu", katanya sembari memakan kembali chiki-nya.
Haechan mengerutkan dahinya. Heran kenapa anak ini sudah lebih dulu tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLASS PRIDE
FanfictionPembaca diharap untuk tidak muntah dan mual-mual oleh keabsurban para tokoh. Untuk kebosanan yang diderita pembaca akibat alur cerita yang tidak jelas, mohon dimaafkan. Karena Author juga manusia yang masih banyak dosa. NB: Gak dilike gak papa kok...