Fourtythree

3.2K 89 14
                                    

Jujur saja sejak kepergianmu, aku tak pernah baik baik saja. Semua terasa berbeda, tak ada lagi yang menguatkanku ketika aku rapuh, tak ada lagi yang menghiburku ketika aku sedih, tak ada lagi candaanmu, juga tak ada lagi ucapan manis darimu.

                                ***

"Langsung mandi ya, setelah kita semua sudah bersih nanti kita kembali lagi ke rumah angga. "Ucap ayah yang berjalan menuju kamar nya untuk segera membersihkan badan nya.

Aku hanya mengangguk lalu duduk di sofa keluargaku karna terlalu letih menangisi kepergian angga tadi. Lalu datang lah bang rafa dan duduk di sampingku.

"Kenapa belum mandi? " Aku hanya menggeleng.

"Kenapa semua orang ngga sayang aku bang?" Ucapku membuat bang raga keheranan.

"Semua sayang sama kamu, kata siapa ngga sayang? " Tanya nya kembali.

"Kalau mereka sayang, kenapa mereka yang pernah mengisi kehidupan aku, membuat hariku ceria lalu meninggalkan ku begitu aja? Apa itu sayang. "

"Hm. " Akhirnya bang rafa menghela napas nya, panjang.

"Mereka punya alasan nya masing masing, mungkin kalau alasan angga meningggalkan leta sekarang adalah, angga ingin leta tetap bahagia, dan kuat tanpa ada diri nya. " Sambung bang rafa.

"Leta lebih bahagia kalau angga ada di sisi leta. "

"Ada orang orang yang memang ingin kembali, namu tak bisa karna mempunyai sebuah alasan tersendiri dan kita tidak tahu apa alasana mereka, dan mungkin saja tuhan lebih sayang angga di banding kita. "

"Andai angga tahu, aku sekarang merasa menjadi manusia yang paling merasa bersedih ketika angga meninggalkanku." Ucapku dengan suara keriting karna menahan tangisku.

"Saat kamu ingin menangis, jangan menahan diri. Menangislah. " Lalu bang rafa segera mendekapku erat, dan aku menangis di dalam pelukan nya yang hangat ini.

"Aku janji akan selalu mengingat nya. Tapi aku takut akan dilupakan angga, bang."

"Untuk apa takut terlupakan?Bahkan dia tidak berniat untuk melupakanmu sedikitpun, abang yakin. "

"Aku sedih kehilangan nya. "

"Abang tahu, sudah hapus airmatamu, sekarang mending kamu ke kamar dan bersih bersih ya?. " Bang rafa pun melepaskan pelukanku, lalu aku hanya mengangguk dan melenggang pergi ke dalam kamarku.

                               ***

Aku memilih untuk menghilangkan penat dengan berbaring diatas kasur sebentar. Aku hanya diam, menatap langit langit kamarku ini.

Tok.. Tok.. Tok..

"Masuk. " Ucapku singkat, lalu perlahan terbuka lah pintu kamarku dan terdapat bunda sedang berdiri di depan kamarku dan bunda segera menghampiri ku.

"Diluar ada paketan, kata nya buat kamu." Ucap bunda membuatku mengerutkan kening keheranan.

"Ak-aku ngga pesan paket tapi. "

"Bunda ngga tahu, samper saja dulu. " Aku hanya mengangguk lalu berjalan ke arah luar halaman.

"Dengan mbak aleta ya?. " Ucap kurir tersebut, aku hanya mengangguk.

"Ini mba, ada paketan yang di kirim seseorang bernama angga. Kata nya buat mba, pesan nya sih sudah se minggu yang lalu tapi baru di suruh kirim sekarang. Di terima ya mba? " Tuturnya, membuat aku membelalakan mata karna terkejut.

"Ini mba, mohon di terima. " Ujar nya sekali lagi seraya memberikan sebuah paketan berukuran lumayan besar.

"I-iya, ma-makasih mas. " Ucapku terbata bata.

ALETTA [COMPLETED]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang