13. Terungkap

14 3 0
                                    

Hal yang tak pernah disangka Shalom, ia selama ini hidup dalam kebohongan papa dan kakaknya sendiri. Segera saat ia sampai rumah mengemasi semua barang keperluannya. Dan saat hendak mengambil kunci mobil tangannya dicekal oleh Ferdi. "Lo mau kemana ?"

"Gue mau pindah" balas Shalom tanpa menatap mata Ferdi.

"Kenapa dadakan gini sih, lo juga mau pindah kemana ?" Tanya Ferdi masih dengan cekalannya.

"Gue mau ikut mama" Shalom melepas cekalan Ferdi.

"Mama di sini ?"

"Iya, kenapa ? Seneng kan lo, papa sama nyokap lo udah balikan ?" Tuduh Shalom dengan nada tinggi.

"Maksud lo apaan, semenjak nyokap gue ninggalin gue, gue udah ga pernah anggap dia ada. Nyokap gue cuma Mama Sandra" balas Ferdi dengan nada yang tak kalah tinggi.

"Terserah" ucap Shalom sambil menarik koper meninggalkan Ferdi.

***

Kini Shalom berdiri di hadapan rumah mewah, rumah yang kini menjadi tempat tinggal mamanya. Sesekali ia memastikan alamat agar tidak salah. Shalom memencet bel dan terlihat wanita yang sudah berumur membuka pagar. Wanita tersebut langsung membuka lebar pagar sebagai isyarat agar Shalom langsung memasukan mobil ke halaman rumah.

Mama, satu kata yang diucapkan dalam hati saat melihat Sandra di hadapannya. Ia segera menghampiri Sandra dan memeluknya, berkali kali kata maaf terlontar dari bibir Shalom. Lalu, Sandra menuntun Shalom pada kamarnya. Terlihat semua kebutuhan Shalom sudah tersedia. Sekali lagi Shalom memeluk mamanya. "Udah, kamu mandi, abistu kita makan bareng di bawah" perintah Sandra dan langsung di angguki oleh Shalom.

Shalom menuruni tangga dengan perasaan senang. Sudah lama ia tidak bertemu dengan mamanya. Di tambah lagi fakta yang baru saja terungkap membuat ia senang karena semua hal yang mengganjal selama ini bukan kesalahan wanita yang telah melahirkannya itu. Baru saja akan memanggil mamanya, Shalom melihat Ferdi yang sedang memeluk Sandra. Ia jadi teringat pertengkaran kecil yang baru saja terjadi, dan ia pun yakin bahwa Ferdi mengikutinya.

Mereka bertiga makan dengan suasana yang hanya mereka bertiga yang bisa merasakan. Setelah acara kengen kangenan tadi, Shalom meminta maaf pada Ferdi atas tuduhannya. Mereka bertiga memancarkan raut wajah gembira. Setelah sekian lama mereka tidak bertemu.

"Apapun yang sudah terjadi, jangan pernah di bahas. Mama ga mau ada masalah lagi" ucap Sandra setelah meguk air minum.

"Aku masih bingung ma, jadi mama kandung aku masih ada dan sekarang statusnya jadi istri papa ?" Tanya Ferdi pada Sandra. Sandra mengangguk.

"Shalom ga nyangka papa sejahat ini sama mama"

"Shalom udah" Sandra memperingatkan anaknya.

"Ma, maafin mama aku ya" Ferdi sambil menggenggam tangan wanita yang sudah merawatnya sejak kecil.

"Apapun yang terjadi, ini semua sudah takdir kita. Jangan pernah salahkan siapapun sama semua yang sudah terjadi. Yang penting kita sudah balik kaya dulu. Masalah papa kalian, biar itu jadi urusan papa kalian. Oh iya Fer, besok bawa istri sama anak kamu ke sini ya" titah Sandra pada anaknya.

"Iya ma, aku bakal bawa Adis sama Elle ke sini besok. Dan lo Shal, lo boleh kok tinggal di sini" ucap Ferdi sambil mengelus puncak kepala sang adik.

"Gue ga perlu ijin lo ya buat tinggal di sini" sergah Shalom sambil memajukan bibirnya. Sandra yang melihat kelakuan anaknya itu hanya menggeleng.

"Kalian ya, dari dulu ga berubah"

"Dia duluan" sahut Shalom dan Ferdi berbarengan.

***

Pagi ini Azriel berniat untuk menjemput Shalom, ia segera melajukan mobilnya menuju rumah gadis yang akan di ajaknya pergi bersama.

Sampainya di rumah Shalom, tidak ada tanda tanda bahwa ada orang di rumah. Karena penasaran, ia mengetuk pintu rumah itu dan keluar lah wanita paruh baya yang biasa di panggil mbok oleh keluarga tersebut. Azriel menanyakan kemana gerangan para penghuni di rumah tersebut dan wanita tersebut memberikan alamat rumah Sandra.

Azriel melajukan mobilnya menuju rumah Sandra, untung saja pagi ini tidak terlalu macet seperti biasanya sehingga tak sampai 30 menit ia sudah ada di depan gerbang rumah yang menurutnya sangat mewah. Terlihat dari balik pagar Shalom sedang bercengkrama dengan wanita paruh baya yang sangat asing bagi Azriel. Segera ia memencet bel yang ada di dekat pagar tersebut dan terlihat Shalom berusaha membuka pagar pembatas antara mereka.
"Zri, lo kok bisa di sini ?" Tanya Shalom terheran, karena memang ia belum memberitahu sahabatnya ini mengenai masalah yang baru saja ia alami.

"Gue tau alamat ini dari pembantu lo. Em.. by the way gue ga di suruh masuk nih ?" Jelas Azriel sekaligus menyindir.

"Emm.. yuk masuk," Shalom membuka lebar pagar dan mempersilahkan Azriel untuk masuk ke rumah yang kini menjadi tempat tinggalnya.

"Cerita ke gue" kalimat Azriel secara tegas. Dan Shalom pun menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dan Azriel mengerti.

"Jadi lo sekarang tinggal di sini ? Kaya banget nyokap lo" ujar Azriel setelah meminum teh hangat yang baru saja di bawakan oleh Adis.

"Ya dan gue seneng banget akhirnya gue bisa tinggal sama nyokap gue lagi"

"Bokap lo tau ?" Pertanyaan Azriel seketika membuat Shalom terdiam. Ia bingung, sudah beberapa hari ini ia tidak pernah menghubungi ayahnya lagi.

"Gue udah beberapa hari ga ada nelpon papa, papa juga ga ngehubungin gue, kayanya beliau sibuk"

"Shal, lo gimana sih, gue tau lo lagi seneng karena baru ketemu nyokap lo, tapi lo harus tetep ingat bokap lo, gimanapun sikap bokap lo" titah Azriel.

"Apa coba gue telpon sekarang aja ya?" Shalom sambil memegang ponselnya.

"Ya udah buruan" Azriel yang tadi duduk di seberang Shalom kini duduk tepat di samping Shalom. Tak lama panggilan Shalom dan ayahnya terhubung.

"Halo" suara di seberang sana terdengan berbeda dan Shalom membeku.

"Halo, ini tante Laras ya ?" Shalom mecoba untuk tetap tenang.

"Iya, ini Shalom kan, gimana ? Udah ketemu sama mama kamu yang pelakor itu ?" Sarkas Laras dengan nada tajam.

"Aku ga ngerti maksud tante, aku telpon papa untuk menanyakan kabar papa, bukan untuk dengar omongan tante yang sama sekali ga sopan" bela Shalom.

"Bahagia banget kamu ya udah sama Sandra"

"Tante bisa kasih ponselnya ke papa ?" Pinta Shalom.

"Papa kamu sekarang lagi di kantor, dia lupa bawa ponselnya. Oh iya, jangan lupa kasih tau mama kamu jangan pernah dia menunggu papa kamu, karena sampai kapanpun papa kamu bakal tetap sama aku"

"Tante ga mau tau kabar Ferdi"
Laras yang berada di seberang sana tercekat, ia pilu mendengar nama anak semata wayangnya. Pria yang kini suaminya sekaligus ayah dari anaknya itu tidak pernah membahas Ferdi. Dan bodohnya ia menganggap Ferdi sudah pergi.

"Ferdi udah ga ada, kamu jangan ngayal ya" sanggah Laras.

"Aku cuma mau ngasih tau tante kalo Ferdi dan keluarga kecilnya sekarang baik baik aja. Dan satu lagi, tolong kasih tau papa kalo yang salah memang ga akan dapat segalanya" tanpa menunggu balasan Laras Shalom segera memutus panggilan tersebut.

***
TBC

Maaf banget ya baru up lagi

Abis stres karna chapter 1 nya tiba tiba ilang, mumpung punya ide langsung tulis dan up aja

Maaf ya buat yang nunggu lama

ConfessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang