15. End ?

29 3 0
                                    

Suara tangis memenuhi kediaman mewah milik Sandra, sebentar lagi Shalom akan dimakamkan. Tepat setelah acara wisuda Shalom limbung, tubuhnya sudah tidak bisa lagi bertahan.

Kepergian Shalom cukup membuat seluruh keluarga kerabat terpukul...

***

Brak,, suara gebrakan kertas tebal menimpa meja kerja Shalom. Ia sudah menduga, editornya yang tak lain Azriel itu akan menyemprotnya dengan omelan yang tak berujung.

"Apa apaan ini ?!" Bentak Azriel.

"Naskah kali mas" jawab Shalom santai.

"Naskah apaan ini, kamu curhat, pake bawa bawa saya segala. Endingnya mati lagi"

"Astaga mas!"

"Kamu bentak saya ?!"

"Ini itu permintaan Pak Dandi langsung, beliau bilang sendiri ke saya buat bikin naskah yang ceritanya macem gini" nada Shalom mulai melemah.

"Halah, terlalu drama. Ulangi ceritanya, saya gak peduli sekalipun Pak Dandi yang minta. Gak kuat saya ngedit cerita ini, sama aja kaya nulis ulang" perintah Azriel lalu melenggang meninggalkan Shalom yang tertunduk.

Terdengar suara pintu ruangan yang dipenuhi kubikel itu terbuka, tampaklah sosok orang yang disebut Pak Dandi tadi menghampiri meja kerja Shalom. Ada yang berbeda, terlihat sesosok Azriel mengikuti Pak Dandi sambil menunduk.

Sampainya di meja kerja Shalom, Azriel menghampiri Shalom sambil memegang tanganya. "Sorry Shal" ucap Azriel lirih.

Shalom hanya tersenyum miring melihat tingkah Azriel. Memang tulisan tersebut atas permintaan Pak Dandi. Demi apapun sebenarnya Shalom juga merasa jijik dengan hasil tulisannya yang menurutnya masih kurang baik itu. Tapi itu semua dianggap Pak Dandi perfect. Mengingat ekspresi Pak Dandi kala melihat tulisannya membuat Shalom tersenyum geli. Entah apa yang dipikirkan bos besarnya itu sehingga menyuruhnya membuat cerita seperti itu.

Shalom membereskan semua barang barangnya, jam sudah menunjukam pukul 9 malam. Ia sangat lelah dan ingin rasanya segera sampai flatnya dan beristirahat. Di loby ia melihat Azriel dengan lesu menuju pintu keluar.

"Mas Zri !" Teriak Shalom memanggil Azriel yang nampak tidak fokus. Azriel membalikan tubuhnya menghadap Shalom yang berlari ke arahnya.

"Kenapa lo ?"

"Cape gue Shal, gue kerja seolah ga dianggep. Apa apa langsung ke lo, gue ngerasa peran gue cuma jadi perantara lo sama Pak Dandi doang" keluh Azriel.

"Yee.. ga gitu juga kali Mas. Santui dong, mana nih Mas Azriel yang biasanya slengean" goda Shalom.

"Paan sih lo, gue ga tau naskah lo bakalan jadi sinetron, pantesan alay gitu"

"Serius lo mas ?! Gue bahkan ga tau tu naskah buat apaan" Shalom benar benar tidak tahu bahwa naskah yang ia garap akan diangkat menjadi sinetron.

"Tau gitu mah kurang alay" sambung Shalom yang membuat dirinya dan Azriel terbahak bahak.

Ditengah tawanya, Pak Dandi datang menghampiri mereka berdua. Memeluk Azriel dan Shalom sekaigus. Sedangkan yang dipeluk merasa heran dengan tingkah aneh bosnya itu.

"Maaf pak, ada apa ya ?" Tanya Azriel saat Pak Dandi melepas pelukan mereka.

"Awalnya saya cuma coba coba, tapi ternyata kita menangin tender naskah sinetron itu. Dan kamu shalom. Buat naskah aslinya, bikin dialog per scene, setting, ya pokoknya naskah beneran lah" perintah Pak Dandi. Setelah itu Pak Dandi meninggalkan dua anak buahnya yang masih mematung.

"Ohiya, buruan pulang, ngapain kalian malam malam masih di sini ?" Tanya Pak Dandi.

"Ini juga mau pulang kok pak" jawab Azriel sambil berjalan dan diiringi Shalom.

"Kalian cocok, pacaran ya ?" Goda Pak Dandi yang membuat suasan jadi canggung.

"Apaan sih pak, orang kita cuma temenan" balas Shalom pura pura merajuk.

"Kan Pak, ngambek dia. Barusan juga jadian" kini ganti Azriel yang menggoda Shalom.

"Serah lo ah" Shalom mendahului dua pria yang menyebalkan itu. Lantas Azriel dan Pak Dandi terbahak melihat tingkah bawahan mereka yang lucu itu.

"Ohiya, saya minta maaf kalo kamu merasa cuma jadi perantara antara saya sama Shalom" Azriel menegang, ia tak mengira bahwa bos besarnya itu mendengar curahan hatinya pada Shalom.

"Untuk kali ini saya benar benar minta maaf, karena saya tahu kamu tidak akan sanggup menulis naskah tersebut" lanjut Pak Dandi.

"Ah iya Pak, mungkin sayanya aja yang lagi baperan" balas Azriel tak nyaman.

"Saya tahu kamu pasti jijik nulis naskah sinetron. Tapi feenya lumayan, bisa kita bagi tiga. Dan kalian akan dapat jatah cuti dua kali lipat"

"Wah jangan gitu pak, saya jadi ga enak" Azriel mengusap tengkuknya.

"Gak papa, saya sudah niat, dan tolong jangan kasih tahu Shalom sampai naskah aslinya jadi. Nanti dia ga fokus lagi" pesan Pak Dandi lalu meninggalkan Azriel ke area parkiran.

Azriel sadar, harusnya ia tak perlu tergesa gesa dalam menilai hal yang belum pasti. Harusnya ia menilai segala hal dari berbagai sudut pandang. Ia bersyukur bos besarnya itu tidak tersinggung dengan ucapannya. Sejak saat itu Azriel berjanji untuk menjadi orang yang selalu berpikir positif dan tidak cepat menyimpulkan segala hal.

End

Hehe... gaje bett kan

Dari pada gajenya berterusan mending end aja

Dan jangan lupa mampir ke story aku yang baru

Judulnya "BarryBelle"

ConfessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang