Tujuh

3.6K 342 19
                                    

Kedua insan paruh baya yang sedang cekcok di ruang keluarga itu seketika saling pandang ketika Seokjin berlalu tepat di hadapan mereka berdua. Anak sulung mereka itu menerjang ruang keluarga sambil menggendong seseorang yang sangat mereka yakini adalah Sang Putra Bungsu, Kim Taehyung.

Mereka memandangi Seokjin yang sangat terlihat kalut, membopong tubuh Taehyung yang berceceran noda pekat di sana-sini. Sepasang jiwa yang sudah lanjut usia itu melihatnya dengan jelas, jelas sekali.

Suara teriakan ayah dan ibunya tak lagi mau Seokjin hiraukan. Segera, ia masukkan Tubuh Taehyung ke kursi jok belakang, menyelonjorkan kaki adiknya dan mencoba memperbaiki posisi yang nyaman untuk adiknya. Di pandanginya adiknya dari kaca spion tengah mobil, berlalu keluar dari komplek rumahnya.

Mobil yang Seokjin kendarai terus melaju, menyalip mobil lain yang ikut meramaikan jalanan sore itu. Tak segan, kakak Kim Taehyung ini berkali-kali menekan tombol klakson sampai-sampai membuat para pengemudi yang lain jengkel. Masa bodoh pikir Seokjin.

Bulir-bulir embun yang turun dari indra penglihatan Seokjin telah berderai sejak tadi. Ia menumpahkan segala rasa emosi yang mendesak keluar dengan cara menangis seorang diri di dalam mobil ini.

Seokjin tak mengerti dengan situasi yang mengerikan ini. Adiknya menghilang selama seminggu, pulang dengan tubuh yang diseret oleh ayahnya, lalu sekarang? Berakhir dengan lumuran darah di sekujur wajahnya.

Adiknya itu belumlah hilang kesadaran sepenuhnya. Matanya terbuka pelan, hanya menunjukkan sekutil irisnya, "Hyung..., ja-jangan menangis."

"Sakit sekali, Hyung. Aku tak tahan."

Seokjin menoleh ke arah spion tengah, mengangguk mengerti lalu menghapus kasar airmatanya. Kembali mengendarai mobil dengan ugal-ugalan. Dering telepon yang menguar dari dasbor itupun tak ia hiraukan. Otaknya seketika menciut, memikirkan kondisi adiknya yang mengenaskan.

"Tae, jangan tutup matamu! Kita akan segera sampai."

Si Sulung ini menghentikan mobilnya secara mendadak ketika mereka sudahlah tiba di depan pintu utama rumah sakit. Segera ia keluar dan membanting pintu mobilnya, kembali menggendong Taehyung yang sudah terkulai tak berdaya di punggungnya.

Ia berlari menerjang UGD, celingak-celinguk melihat ke sana ke mari. Meneriaki semua orang yang berada di UGD agar segera memberi pertolongan pada adiknya. Pria ini mendadak hilang kewarasan. Sedangkan yang di gendong, ia hanya terus terombang-ambing di gendongan kakaknya, tak lagi dapat membuka mata ataupun sekedar memasang telinganya agar mengerti akan situasi kacau yang tengah terjadi ini.

Ketika yang tertua meletakkan tubuh yang muda di brankar dan akhirnya didorong oleh beberapa dokter, kedua tangannya gemetaran. Di jelejahi tangan itu dengan pupilnya, ia terisak sendiri. Tangannya penuh dengan bercak lumuran darah yang tadinya tersembur dari mulut adiknya.

Ia memundurkan langkahnya, wajahnya kacau saat ini. Di tatapnya tulisan besar di hadapannya, ruang penanganan darurat.

Saku Seokjin terasa bergetar. Ia tetap membatu di depan pintu otomatis itu, lalu mengacak rambutnya frustasi.

"Apa yang terjadi pada adikku,"

Untuk yang kedua kalinya, benda pipih yang berada di saku celananya kembali bergetar.

"Ha--"

"Seokjin! Ke mana kau membawa adikmu pergi?!"

Teriakan ayahnya terdengar begitu nyaring dari speaker ponselnya. Si pemilik nama hanya menenggak air liurnya sendiri, matanya pun kembali terasa panas. "Rumah Sakit Daehan Minkuk University."

Awake ( V  & Jin FF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang