Delapan

3.7K 311 14
                                    

"Maafkan appa,"

Tuan Kim meraih dan menggenggam tangan anak bungsunya yang tergeletak di atas sisi ranjang, menatap anaknya itu lembut, penuh rasa bersalah.

"Sungguh, appa minta maaf."

"Tak apa."

Ayah dua anak ini menghela napas. Ia duduk di samping ranjang Taehyung, bersama istri dan anak sulungnya yang tengah berdiri di belakangnya.

Sebenarnya, ia kecewa sekali pada anak keduanya ini.

Taehyung menoleh, mengedarkan pandangannya lalu menatap sayu ketiga orang keluarganya. Ia baru saja sadar sekitar lima belas menit yang lalu. Kini, masker oksigen yang tadinya tersampir di wajahnya itu telah berganti menjadi nassal kanula, agar lebih mudah untuknya saat berbicara.

"Maafkan aku,"

"Aku kabur dan membohongi kalian semua."

Taehyung mencoba untuk berterus terang, tak peduli akibat perkataan dan perbuatannya. Keluarganya pasti sudah tau kalau ada monster di dalam tubuhnya itu. "Saat itu, aku pergi ke rumah sakit selama seminggu untuk radiasi."

Anak itu meremas tangan ayahnya, "Aku tak mau kalian khawatir. Itu saja."

"Tapi tindakanmu untuk menyembunyikan hal se-serius ini tidaklah benar, Tae-ya. Kau harusnya bilang pada kami semua. Tidakkah kau tahu kalau kami semua hampir mati tercekik rasa khawatir akan kau?"

Itu suara Seokjin. Ia murka sekali pada Taehyung.

Taehyung malah membuang muka ke sisi lain. "Aku tahu kalau aku salah, Hyung. Tapi begitulah. Dokter Yoon juga bilang kalau tindakanku itu sangatlah tidak benar."

"Kemarin, kau tiba-tiba saja menghilang dan membuat kami semua khawatir. Dan sekarang, kau membuat jantung kami seakan-akan meledak karena tahu kalau kau sakit parah. Ada apa denganmu ini? Apa artinya kami ini bagimu? Huh?!"

Sumpah, Seokjin ingin sekali menarik kerah baju Taehyung, menonjok dagu Taehyung, menghantukkan kepala adiknya itu ke dinding, dan menghempaskannya asal. Emosinya tiba-tiba saja memuncak dan ingin meledakkan larva kemarahan yang tak terbendung. Taehyung benar-benar membuat darahnya memanas naik.

"Jin, hentikan."

"Eomma, appa, hyung,"

"Aku butuh waktu untuk kembali berfikir."

Si Bungsu memejamkan matanya, berharap semua masalah yang menipanya berangsur pergi ketika ia kembali mengerjapkan mata. Kepalanya sakit sekali. Ia fikir, jika ia kabur dan melakukan radiasi, semuanya akan baik-baik saja tanpa ada yang tahu kalau dia sedang sekarat. Tetapi, hal itu jauh sekali dari ekspetasi yang ia khayal sendiri. Ia berakhir kecewa, bukannya bahagia.

"Berfikir tentang apa?"

"Kau akan kabur lagi dan pergi ke rumah sakit lain? Kumohon hentikan, Tae. Biar kami menemani dan membantumu." Lagi, ucapan Taehyung malah kembali memancing emosi Seokjin yang telah mendasar ke bawah.

"Ani,"

"Kenapa aku melakukan radiasi? Apa artinya radiasi dalam hidupku? Apakah ini sesuatu yang kulakukan karena aku memang membutuhkannya?"

"Anak ini gila. Appa, pindahkan saja dia ke departemen psikologi. Dia memang-- aish!"

Ibu Seokjin dan Taehyung ini menarik lengan anak tertuanya mundur, menepuk keras punggung anaknya agar anaknya itu berhenti membentak adiknya yang masih lemah. Seokjin malah akan menambah masalah, bukan menyelesaikannya.

"Kenapa kau bertanya seperti itu? Jika kau tidak membutuhkannya, apa kau akan berhenti dan diam saja? Begitukah?"

"Kau tolol, Kim Taehyung. Aku tidak mempunyai adik yang tolol sepertimu."

Awake ( V  & Jin FF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang