-Bagian empat

62 9 4
                                    

Menangis itu hal yang wajar. Menangis atau tidaknya bukan penentu kuat atau lemahnya seseorang. Tetapi yang menjadi penentu kuat atau lemahnya seseorang, setelah ia menangis dan bagaimana cara ia mengambil hikmah untuk melangkah ke depannya.

Happy reading! ^_^

"Kak Lisa. Ayo bangun. Kita sarapan dulu", ujar seorang gadis SMP yang manis. Ya. Itu Adel. Adik Dirga.

"Mmm kamu siapa?", Lisa mencoba membuka matanya dan mengubah sikap tubuhnya menjadi duduk.

"Aku Adel kak".

"Oh kamu Adel. Oh iya aku baru inget, aku lagi di rumah Dirga".

Adel tersenyum dan mengulurkan tangannya seolah mengajak Lisa bangun.

"Oh iya yuk".

Lisa dan Adel bergandengan hingga ruang makan.

"Oh ini si Lisa", ujar seorang lelaki berwibawa setengah renta. Pak Braham.

Lisa tersenyum kemudian menganggukan kepalanya, "iya om".

"Lisa. Nih makanannya udah mama siapin. Tinggal dimakan ya", ujar mama Dirga.

"Makasih".

Tetapi sepanjang waktu mereka sarapan bersama, Lisa belum juga memakan sesuap pun. Lisa hanya melamun sambil memainkan sendok makan.

Mereka yang ada di ruang makan hanya saling bertatapan kemudian menggelengkan kepala mereka.

"Kalo lo bisa bikin roti bakar yang biasa lo makan, lo bikin sama kama sama Adel. Kasih tau caranya".

Ucapan Dirga akhirnya bisa menyadarkan lamunan Lisa.

"Mmm maaf. Aku lagi gak mau makan. Roti bakar juga engga".

"Oh yaudah. Kak Lisa mending mandi. Nanti aku kasih tau tempat yang bagus banget", ujar Adel.

"Tempat apa?", tanya Lisa.

"Udah lo mandi dulu aja. Lo bisa pake baju Adel. Badan lo sama dia kan sama. Lo sih kecil", cibir Dirga.

Lisa hanya memanyunkan bibirnya. Dan membuat seisi di ruang makan tertawa.

"Yaudah aku langsung mandi ya. Permisi".

Lisa mandi cukup lama. Bukan karena dia melamun di kamar mandi. Tapi memang dia begitu. Jarang mandi. Terus mandi lagi seabad.

Lisa memakai baju kodok milik Ade. Bukan Lisa atau Adel yang memilih. Tetapi Dirga. Dirga bilang baju kodok cocok untuk badan Lisa yang mungil.

"Handphone aku mana ya", Lisa yang baru menyadari bahwa dari kejadian kemarin dia belum melihat handphonenya.

"Ada di gue. Dan gue yang bilang ke bunda lo", ucap Dirga.

"Ih kamu nih ya gak sopan".

"Ye... Dibantuin malah gitu".

"Iya iya maaf. Yaudah. Kalian mau ajak aku kemana?".

"Ke hatimu", cibir Dirga.

"Emang hati aku panti sosial apa. Ini aja baru rusak. Perlu dibenerin".

"Jangan dipikirin terus".

"Tapi kepikiran Dirga".

"Tau nih kayak kak Dirga gak pernah aja", ucap Adel.

"Dirga kenapa Del?".

"Itu loh...".

"Gakpapa. Ayo cepetan", Dirga memotong pembicaraan Adel.

Last DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang