-Bagian sembilan

49 0 0
                                    

Aku tidak pernah menyesal pernah mencintaimu. Aku bangga dengan keputusan yang kubuat sendiri. Hanya saja aku lupa mempersiapkan hatiku untuk menerima risiko jatuh cinta.

Happy reading!!! ^_^

Dirga membaringkan tubuhnya di kasurnya. Ia memejamkan matanya kemudian membukanya secara berulang-ulang. Seketika handphonenya berbunyi menandakan ada telepon yang masuk. Dan ia melihatnya. Di handphonenya hanya tertera 12 nomor tanpa nama pengirimnya. Kemudia Dirga menerima telepon yang masuk.

"Halo".

"Halo kak Dirga. Masih inget aku? Siti?".

"Hah? Oh kamu Siti. Apa kabar?".

"Alhamdulillah baik kak. Kakak sendiri gimana?".

"Kakak juga baik. Gimana keadaan anak-anak rumah dirta?".

"Mereka semua baik kak. Tapi... mereka masih butuh kakak. Dan sebab aku nelpon kakak karena ini. Mereka bukan cuma gak bisa baca dan nulis. Mereka juga butuh bimbingan moral kak".

(Dirga terdiam).

"Halo kak?".

"Eh iya Siti. Oke besok kakak kabarin kamu ya. Kakak usahain".

"Ya udah kak. Maaf kalo Siti ganggu kakak. Makasih banyak kak Dirga".

Telepon terputus satu arah. Lalu Dirga menundukkan kepalanya dalam-dalam. Sudah lama sekali ia seperti ini. Satu tahun setelah Dirga dan Vanessa berpisah, hidup Dirga berubah 180°. Dirga sempat mengurung diri di kamarnya selama satu bulan. Kemudian perlahan ia mulai keluar rumah. Bukan untuk menjalankan rutinitasnya kembali. Ia mencoba hal baru agar tidak selalu terpuruk.

"Kamu pulang Van. Sebagai rindu", Dirga melirihkan suaranya.

Dirga mengambil kamera digitalnya. Digesernya gambar demi gambar. Diperhatikan lama satu gambar. Gambar Lisa yang sedang tersenyum di atas batu dengan baground senja. Cantik.

"Apa aku jatuh cinta lagi?", ujar Dirga.
"Apa dia penyembuh luka ini?. Tapi aku takut hanya terobsesi memilikinya. Dia cantik. Baik. Aku nyaman disisinya. Aku takut malah menyakitinya", lanjut Dirga.

Kemudian Dirga menuju balkon kamarnya. Kali ini ia tidak melihat bintang dengan teleskop. Melainkan dengan mata telanjang. Ia tersenyum. Kemudian merenung kembali. "Terlihat seperti Vanessa dan Lisa yang samar".

Entah apa yang Dirga pikirkan. Mungkinkah di satu sisi ia belum menerima berpisah dengan Vanessa, dan di sisi lain ia tertarik pada Lisa.

Lalu Dirga masuk ke kamarnya kembali dan menutup jendela kamarnya dilanjutkan dengan tidur.

***

Tok tok tok. Beberapa kali terdengar suara ketukan pintu rumah Lisa.

"Sebentar", ujar bunda Lisa dari dalam rumah. Kemudian bunda Lisa membukakan pintu rumahnya. "Eh Dirga. Sini masuk".

Dirga tersenyum sambil menyalimi bunda Lisa lalu masuk ke rumah Lisa membuntuti bunda Lisa.

"Lisa. Ada Dirga nih".

Last DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang