Bukan cinta yang bikin bego. Tapi obsesi untuk memilikinya.
Happy reading! ^_^
Seperti rutinitasnya tiap malam. Dirga selalu memperhatikan bintang menggunakan teleskop miliknya.
Setelah beberapa saat memperhatikan bintang, Dirga duduk terdiam.
Dirga memperhatikan kamarnya yang berantakan. "Sekarang, gak ada lagi yang marahin aku karena kamar berantakan", Dirga tersenyum tetapi matanya menangis.
Kemudian Dirga mengambil kamera digital miliknya. Dilihatnya gambar-gambar bersama Vanessa dulu. Dan sejenak Dirga terdiam lagi, lalu mengambil handphone miliknya.
Jarinya mengetikkan pesan yang dikirimkan pada Lisa.Lisa. Ke pasar malem yuk...
Males ah :p
Selang dua menit, Lisa sudah membalas pesan dari Dirga.
Yaudah gue sama Adel aja. Naik komedi putar wle :p
Ikut lah
Jemput gue dong
Ih kebalik
Cie pengen banget ya dijemput :p
Dirga ih.
Iyaiya. Tunggu sebentar ya. Ekspres ni
Yak sip
Dirga tidak membalas pesan dari Lisa dan langsung menggunakan sweater abu-abu miliknya. Kemudian mengendarai motornya untuk menjeput Lisa.
Hanya 15 menit. Dirga sudah sampai rumah Lisa. Dan melihat Lisa sudah menunggu di teras rumahnya.
"Cie cepet", cibir Lisa.
Dirga tidak merespon. Hanya memperhatikan Lisa dari atas sampai bawah.
"Pake flat shoes?".
"Ya iya. Emang kenapa?".
"Nanti lecet. Mending pake sendal jepit aja".
"Aku gak punya sendal jepit".
"Mmm yakin?", Dirga mengangkat satu alisnya.
"Punya sih. Tapi dari Debby. Males makenya".
"Udah pake aja".
"Ah gakmau".
"Pake aja Lisa".
"Kok kamu maksa sih?".
"Gakpapa dong. Tenang. Sensasinya beda kok kalo jalan sama gue", cibir Dirga.
"Ih. Mana ada. Tapi kamu bener sih. Aku sering lecet kalo pake flast shoes. Yaudah deh. Bentar ya", Lisa masuk ke kamar untuk mengganti flat shoesnya dengan sendal jepit.
Dan kemudian Lisa kembali keluar. Di luar bunda sedang mengobrol dengan Dirga.
"Yaudah Dirga. Bunda titip Lisa ya. Kalian hati-hati".
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Day
RomancePada akhirnya kita perlu menyadari dan mengikhlaskan. Hal yang paling aku benci adalah perpisahan. Namun aku juga sadar. Bahwa menggenggam adalah mematahkan secara perlahan. Kita harus percaya. Kita berbeda pada masanya. Jika mungkin kenangan yang...