Chapter 10: Pensieve

2.2K 237 40
                                    

Ia memasukan wajahnya ke dalam baskom batu yang ada di hadapannya. Dalam sekejap, pemandangannya segera berubah. Ia berada di sebuah ruangan luas dengan isinya yang serba putih. Ruangan tersebut sangat ramai dan semua orang mengenakan pakaian pesta. Keempat peserta Triwizard Tournament berdansa di tengah ruangan. Harry Potter bersama Parvati Patil -meski keduanya terlihat kewalahan-, Cedric Diggory bersama Cho Chang, Viktor Krum bersama Hermione Granger dan Fleur Delacour bersama Roger Davies.

Triwizard Tournament adalah kontes sihir yang diadakan antara tiga sekolah sihir terbesar di Eropa: Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry, Durmstrang Institute, dan Beauxbatons Academy of Magic. Masing-masing sekolah diwakili oleh satu Champion. Hanya saja kali ini -entah bagaimana- Hogwarts memiliki dua wakil. Yaitu Cedric Diggory dan Harry Potter. Padahal, Harry Potter masih dibawah umur.

Champions dipilih bersaing dalam tiga tugas -secara tradisional dinilai oleh Kepala Sekolah dari sekolah yang bersaing dan kementrian sihir- dirancang untuk menguji kemampuan sihir, kecerdasan dan keberanian. Champions bersaing untuk kehormatan dan kemuliaan memenangkan turnamen dan untuk Piala Triwizard dan hadiah moneter.

Acara pesta dansa yang sedang dihadirinya itu disebut Yule Ball. Acara ini adalah salah satu dari bagian tradisi perayaan Triwizard Tounament yang mengharuskan semua Champions-nya untuk berdansa di tengah lebih dahulu hingga akhirnya yang lain ikut berdansa bersama.

Laki-laki berambut keriting yang ada dihadapannya melepaskan genggaman tangannya dengan pelan diiringi senyuman dan lesung pipinya. Jade menyimpulkan kembali sebuah senyuman, lalu tubuhnya berbalik dan tangannya segera diraih oleh laki-laki berwajah ketimuran. Keduanya lalu berdansa dengan iringan lagu mesra, sementara laki-laki keriting itu hanya terdiam menatap keduanya dengan senyum dari kejauhan.

"Apakah kau mau berdansa, Hazz?" ajak seorang perempuan yang datang menghampiri sambil menyodorkan tangannya.

Hazza menarik napas panjang, lalu mengalihkan pandangannya kepada perempuan itu "Hey, Al! Yeah, tentu. Ayo berdansa." ia segera berjalan ke lantai dansa.

"Kau tidak mengajak seorang perempuan ke Yule Ball?" tanya perempuan yang ia panggil Al tersebut sambil berdansa.

"Tidak."

"Jade dengan Zayn, mereka cocok bukan?"

Hazza menatap pasangan tersebut, "Uh-huh, they're crazy in love."

Setelah Yule Ball digelar, Zayn mengantar Jade hingga ke depan pintu dorm. Karena seringnya Zayn menghampiri Jade, ia kini sudah hapal betul password masuk ke dalam Gryffindor Common Room. Namun, tentu saja Zayn harus merahasiakannya dari orang lain. Ketika sampai di dorm, dua orang teman yang tinggal di dorm yang sama menyambutnya dengan godaan sementara yang satunya diam tanpa mempedulikan kedatangan Jade.

"Aww, diantar si hottie dari Ravenclaw, ya?" goda Scarlet.

Jade terkekeh. "Apa sih kau ini."

"Kau beruntung bisa memiliki laki-laki seperti Zayn, kau tahu." tambah Al, lalu ia memalingkan pandangannya kepada perempuan yang menyendiri "Dyneera, ayo bergabung."

"No, thanks."

"Scarlet, Alexis, bisakah kalian berhenti menggodaku?"

Al tertawa, "Wajahmu memerah, Jade."

"Oh, stop it."

Jade dan Zayn mungkin memang pasangan yang serasi. Mereka sudah cukup lama menjalin hubungan. Namun, seperti hampir kebanyakan hubungan lainnya, itu harus berakhir. Bukan karena keinginan Jade, juga bukan keinginan Zayn.

School of MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang