"Al..."
"Mengenai hal itu," Hazza buka mulut "Kau benar."
"Hazz!" pekik Jade masih dengan kepanikan. Jade tidak berharap Hazza akan berterus terang. Ia berharap Hazza bisa sedikit membuat sebuah cerita agar Alexis tak marah. Agar tak ada masalah antara mereka. Setidaknya untuk momen kelulusan.
"Apa? Kau tak bisa berbohong selamanya, kan?"
"Apakah kalian..." Alexis menatap keduanya dengan tajam. Ketika Hazza mengangguk, saat itulah Alexis berseru senang "Astaga! Ya ampun, selamat!"
Hazza tersenyum kecil sementara kening Jade berkerut karena heran. Alexis tidak seharusnya senang, kan? Mengetahui bahwa Jade dan Hazza berciuman. Bukankah aneh mendapati Alexis yang malah terlihat girang?
"Kau tidak marah?"
"Jade, bagaimana aku bisa marah? Aku adalah teman kalian, aku sudah memperhatikan kedekatan kalian sejak lama."
"Bukankah kalian berpacaran?"
"Tidak, tidak. Kami sudah berakhir beberapa waktu lalu. Aku ada di antara kalian dan ku kira mungkin itu adalah pesan agar aku bisa mempersatukan kalian. Aku menyadari semuanya, akan bodoh sekali jika aku masih memaksakan semuanya."
"Ya ampun, mengapa tak kau bilang kepadaku? Aku takut setengah mati!" ia menghempaskan napas lega dan tertawa kecil. Kini Jade bisa bernapas dengan lega. Tak lagi ada beban untuk bersama lelaki yang ia sayang itu.
"Vixon, I need to talk to you." lelaki berambut platina dengan jas dan pakaian yang serba hitam datang menghampiri. Hazza dan Alexis yang tengah berkumpul beraama Jade melemparkan pandangan kepada lelaki itu dengan heran.
"Errm, aku permisi sebentar."
"Tentu saja, hati-hati." ia melepaskan tangannya dari tubuh Jade "Malfoy, pastikan tak terjadi apa-apa pada Jade."
Draco hanya mengangguk singkat dan mulai berjalan ke tempat yang lebih sepi. "Azkaban. Ia ada disana, dikerubuni oleh makhluk-makhluk perenggut kebahagiaan." ujarnya.
Kening Jade mengkerut, "Louis maksud mu?"
"Ya!" responnya "Ia sekarat Vixon, makhluk-makhluk itu terus mengganggunya. Aku tak bisa melakukan apa-apa."
Jantungnya segera berdegup kencang dalam ketakutan. Azkaban atau Penjara Azkaban adalah penjara yang terletak di tengah Laut Utara. Penjara ini dijaga oleh makhluk bernama Dementors. Kebanyakan tahanan di penjara ini menjadi gila karena seluruh jiwanya disedot oleh Dementors.
Jade segera berjalan menghampiri Hazza, "Hazza, aku harus pergi."
"Kemana?" lelaki berambut keriting itu segera bertanya ketika melihat Jade yang terburu-buru.
"Louis ada di Azkaban, aku harus menemuinya."
"Aku akan ikut denganmu. Aku membawa mobil terbangku, kita bisa kesana bersama." ia mengeluarkan kunci mobil dari saku celananya "Ayo."
Jade dan Hazza segera masuk ke mobil dan mulai berangkat. Sepanjang perjalanan, Jade tak henti menggigiti bibirnya. Ia panik. Hazza yang mengemudi pun tak bisa terus mengalihkan pandangannya dari Jade. Untunglah tak membutuhkan waktu lama hingga akhirnya mereka sampai.
"Kami ingin menemui seorang tahanan bernama Louis Tomlinson." pinta Jade.
"Maaf, tetapi kalian tidak bisa menemui tahanan manapun kecuali kalian dari lembaga tertentu." tolak seorang lelaki yang menjaga bagian informasi dan kunjungan. Hal itu membuat Jade putus asa. Ia hanya murid Hogwarts yang baru saja akan lulus. Bukan seseorang yang penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
School of Magic
FanfictieHarry, Louis, Niall, Zayn and Liam come to Hogwarts as students? See how it is going to be! © 2014 by itshipstastyles