Keduanya melangkah keluar dari gedung besar nan ramai tersebut. Di luar, langit gelap yang berhiaskan bintang yang berkelap-kelip sudah menyambut. Udara malam yang dingin pun ikut menyambut. Hazza menggenggam tangan Jade dan menatapnya. Tak lama kemudian ia memeluknya. Jade merasakan seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di perutnya. Padahal selama ini ia selalu memeluknya dan tak pernah ia merasakan hal seperti ini.
"Terima kasih untuk satu hari di dunia Muggle, Jade. Sungguh menyenangkan tadi itu."
"Apakah kau akan pulang sekarang?"
"Kurasa iya. Aku belum memberi kabar kepada orangtuaku. Tetapi Hogwarts tak akan memakan waktu lama untuk dibangun. Sihir bekerja dengan cepat, kan?"
"Uh-huh." angguk Jade "Kalau begitu, mau ku antar?"
"Pertanyaanmu terdengar tak pantas, Jade. Seharusnya aku yang bertanya. Mau ku antar?" Hazza membalikan pertanyaannya.
"Kau tidak tahu jalan pulang ke King's Cross Station, Hazza."
"Mengapa harus mengetahui jalan pulang? Ini sudah malam dan seorang gadis sepertimu sudah harus berada di rumah. Apparate akan lebih mudah, kan?"
"Tapi jika kau belum memiliki izin, kau akan melanggar hukum." protes Jade meski nada bicaranya tak terdengar sedang memprotes.
"Hey, kita adalah murid tahun ke tujuh sekarang. Aku sudah mendapat izinku sejak tahun lalu. Tidakkah kau ingat itu?"
Jawabannya tentu tidak. Ia melewatkannya. Tetapi bagaimanapun ceritanya, ia harus bersikap normal. "Oh, iya. Aku lupa." maka ia bersikap normal.
Hazza meraih tangan Jade, tersenyum kepadanya dan dalam waktu singkat Jade telah sampai di depan rumahnya. Beruntung, tak ada orang berlalu lalang saat itu sehingga apparation tersebut tak terlihat. Hazza melepas genggamannya.
"Sampaikan salamku untuk ibumu."
"Kau tidak mau masuk dulu?" tawar Jade.
"Mungkin lain kesempatan." ujar Hazza "Sampai bertemu di Hogwarts, Jadey."
Dengan instan, sosok itu lalu menghilang. Jade tak menghabiskan lebih banyak waktu berada di luar. Ia segera memasuki rumahnya. Mrs.Vixon terlihat bingung dengan ketibaan Jade di rumah. Meski begitu ia tetap menyambutnya.
"Jade, sudah pulang rupanya?" ia mendekati anak sematawayangnya.
"Iya mum, aku sudah pulang."
"Kemana Hazza?" matanya mencari-cari sosok lelaki yang tadi siang datang bersama Jade.
"Ia langsung kembali pulang setelah mengantarku tadi. Ia belum sempat pulang ke rumahnya."
"What a lovely young man! Kau tahu, aku akan sangat menyetujui hubunganmu dengan Hazza."
Jade mengerutkan keningnya "Kau selalu menyetujui pertemananku dengan siapapun, mum. Mengapa kau mengatakan hal seperti itu?" tanyanya.
"Maksudku sebagai kekasih, Jade."
"Oh tidak, mum. Aku tidak mengencani Hazza. Lagipula aku tak yakin jika ia menyukaiku dalam konteks yang lebih dari seorang teman."
"Tetapi kau menyukainya, kan?"
"Aku akan pergi ke kamar dan segera mandi." katanya tanpa menjawab pertanyaan yang dilontarkan.
"Kau ini bukannya menjawab malah mengatakan akan ke kamar." Mrs.Vixon menggelengkan kepalanya "Oh iya, kau sudah ada di tahun terakhirmu sekarang ya? Aku mendapatkan surat dari sekolahmu bahwa kegiatan pembelajaran akan dimulai lusa. Ya ampun kau sudah besar. Kau tahu kau harus membawa kamera untuk mengabadikan setiap moment disana lalu kau harus mengirim satu foto setiap minggu melalui e-mail."
KAMU SEDANG MEMBACA
School of Magic
FanficHarry, Louis, Niall, Zayn and Liam come to Hogwarts as students? See how it is going to be! © 2014 by itshipstastyles