Chapter 1: Exploring Hogwarts

13.4K 773 51
                                    

Author's Note: First of all, I want to thank you to all who read, voted and gave sweet comments in the first chapter or shall I call Prologue. You all are so lovely and I love the fact that you are enthusiast excited about this crossover. So, here's the update. I hope this crossover won't disappoint you all. Dedicated to @hemmingsstagram, the first one who voted and gave comment. Thank you, lovely. So, enjoy and please leave comments about this chapter.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Para murid menikmati hidangan nikmat yang tersedia sambil berbincang di ruangan dengan lilin-lilin yang melayang dan tak terlihat memiliki atap di bagian langit-langitnya. Ada berbagai perbincangan, memang. Mungkin semua pembicaraan berpencar sehingga membuat suaranya terdengar gaduh.

"Aku ingin mengikuti Quidditch!" Seru Harry dengan semangat saat Oliver menyebut nama olahraga populer dengan tiga jenis bola diatas sapu terbang itu.

"Semangat yang bagus, Harry. Tapi sayangnya kau harus menunggu sampai tahun kedua."

Jade yang daritadi hanya memperhatikan segera bertanya "mengapa begitu?"

"Ya, kau harus mempelajari cara terbang yang baik terlebih dahulu. Jika sudah bisa, kau akan dengan mudah bermain Quidditch." Jelasnya.

"Yah, sayang sekali." Ujar Harry, kecewa.

"Hanya satu tahun, Harry. Lalu, kau bisa menjadi bagian dari anggota Quidditch." Peringat Jade.

"Ya, satu tahun. Semoga semua berjalan dengan cepat."

"Eh, laki-laki di depan itu siapa?" Tunjuk murid bernama belakang Finnigan kepada laki-laki berambut hitam berminyak dan hidung bengkok.

"Severus Snape, guru ramuan kalian nantinya."

Ia bergidik saat mendengar jawaban itu "seram sekali! Kau yakin itu guru ramuan kami?"

"Tak ada gantinya, Seamus." seorang laki-laki yang kelihatannya setingkat dengan Oliver bilang.

Kedua mata Jade berkeliling ruangan, melihat setiap hal yang bisa ia lihat. Salah satu murid Slytherin berambut pirang keperakan, kulit pucat dengan mata abu-abu menangkap perhatiannya. Draco Malfoy, kata orang-orang. Laki-laki itu katanya orang kaya, sombong. Bagi Jade, Draco cukup menarik. Menarik dalam penampilan saja. Bukan dalam sifat karena seperti yang ia ketahui, sifat seorang Slytherin begitu adanya.

"Ayo, waktu makan malam sudah habis. Sekarang kita harus pergi ke dorm. Aku akan menunjukkan common room milik Gryffindor kepada kalian."

"Secepat itu?"

"Ya."

Oliver memandu semua murid Gryffindor, karena ialah salah seorang prefect di Gryffindor seperti yang telah disebutkan. Untuk informasi, prefect adalah murid yang diberikan keistimewaan dan tanggung jawab tertentu. Keluar dari Great Hall, mereka melihat banyak bingkai yang menahan dan menghiasi foto yang menempel di dinding. Yang menarik adalah gambar-gambar tersebut bergerak dan berbicara.

"Mereka bisa berbicara!" seru salah satu orang dalam barisan dengan senyum besar.

Berjalan beberapa langkah, mereka menemukan tangga yang terus berubah-ubah arahnya. Menakjubkan, menurut para murid baru. Langkah lain diambil lagi, datanglah sebuah makhluk secara melayang. Tubuhnya hampir tak terlihat. Ia menyapa murid-murid tahun pertama itu. Awalnya tidak begitu mengerikan, tetapi saat ia menarik kepalanya kepinggir. Kepalanya terpisah dengan tubuhnya, hanya helaian tipis dari kulit lehernya yang masih menghubungkan keduanya. Teriakan histeris dari para murid terdengar.

School of MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang