Bara mengantar Qila pulang dengan motornya. Selama di perjalanan pulang tak ada yang membuka percakapan. Qila yang biasanya mengoceh banyak hal sekarang diam membisu. Sebenarnya dia ingin berbicara dengan Bara, tapi entah mengapa dia merasa tidak berani. Untuk sekedar membuka mulut saja tidak berani. Ia merasa tidak enak sejak kejadian di rumah Bara, dimana ia tidak sengaja memasuki kamar Bara.
Duh, gue pengen ngomong tapi takut. Batin Qila.
Bara juga begitu, sedaritadi pikirannya melayang saat kejadian di rumah tadi. Dimana dia memergoki Qila sedang memasuki kamar yang seharusnya tidak ada seorang pun yang boleh memasukinya. Entah mengapa saat melihat Qila hampir ingin menangis membuatnya merasa bersalah.
Tunggu dulu? Apa tadi? Bersalah, yang bener aja gue merasa bersalah sama dia. Salah sendiri main nyelonong masuk aja. batin Bara.
Tapi kasian juga liat dia hampir mau nangis. Aaarrrrggghh... lo kenapa sih Bar?
Bara menghela napas lelah, dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi dengan dia. Kemudian dia melirik Qila yang sedaritadi diam membisu. Kalau dilihat dari samping Qila hidungnya mancung, kulitnya putih bersih, bibirnya mungil dan tipis berwarna merah muda, dan jangan lupakan rambut hitamnya sedikit bergelombang yang tergerai dengan bebas, satu kata yang mendeskripsikan Qila saat ini.
Cantik.
Merasa seperti diperhatikan, akhirnya Qila mendapati Bara yang sedang memperhatikannya. Sadar kalau dia sedang memperhatikannya Bara kembali fokus pada jalanan. Qila yang melihat itu mengerutkan dahinya bingung, kemudian melihat pemandangan sekitar.
Bara merutuki dirinya yang ketahuan sedari tadi memperhatikan Qila. Rasanya dia ingin sekali berteriak dimana dia memperhatikan seorang perempuan dan ketahuan. Terlebih lagi perempuan itu adalah orang asing, ralat tapi orang yang memaksanya menjadi pacarnya karena taruhan konyol itu.
Tanpa mereka sadari, ternyata mereka sudah sampai di depan rumah Qila. Bara langsung mematikan mesin motornya dan hendak membuka helm motornya, tapi suara seseorang menghentikannya.
"Bara, Qila minta maaf soal kejadian tadi, Qila gak ada maksud buat masuk ke kamar itu tadi." Qila tulus mengucapkan maaf kepadanya.
Bara langsung mengalihkan pandangannya ke samping, dimana Qila berdi sambil menundukkan kepalanya. Terdengar dari suaranya yang bergetar, seperti akan menangis. Bara menghela napasnya, entah keberaniannya dari mana sebelah tangannya terangkat dan mendarat di atas kepala Qila dan mengusapnya pelan.
"Gak apa-apa, gue tahu lo nggak sengaja masuk. Seharusnya gue kunci kamar itu biar nggak ada yang masuk." Ucap Bara dengan tulus, Qila yang mendengar itu segera mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah Bara.
Badannya seketika kaku, saat mengetahui Bara sedang tersenyum tulus ke arahnya dengan sebelah tangannya yang berada di atas kepalanya.
"Mending sekarang lo masuk, takutnya lo dicariin sama orang tua lo." ucap Bara masih dengan tersenyum, lalu menurunkan sebelah tangannya yang berada diatas kepala Qila.
Qila yang sadar dari keterkakuannya, kemudian menunduk menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah. Lalu, dia buru-buru berjalan, tapi tiba-tiba Bara berkata sesuatu yang membuatnya shock seketika.
"Besok gue jemput, jangan telat bangunnya." Ucapnya Bara yang sudah menatap lurus ke depan.
"I..iya, makasih udah nganterin Qila," ucap Qila dengan berlari ke dalam rumah.
Bara sendiri yang melihat hal itu hanya bisa tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya. Ia tidak percaya bahwa ia akan diluar kendalinya.Kemudian ia bergegas pergi dari rumah Qila. Mungkin ia akan mencoba menerima Qila, mungkin saat ini ia belum memiliki perasaan terhadap Qila. Tapi, memulainya dari berteman tidak apa-apakan?
![](https://img.wattpad.com/cover/135734729-288-k481066.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Girlfriend
Teen Fiction"Mau lo itu apa sih ? Lo tau gak, lo itu udah kayak perempuan murahan yang serahin dirinya ke laki laki !!" - Stevano Adibara "Gue mau lo jadi pacar gue. Gue gak bisa jauh dari lo. Apa dengan gue sujud, lo bakal mau mulai mencitai gue ?" - Hivannia...