MPG | CHAPTER 8

1.4K 103 17
                                    

Setelah memutuskan untuk keluar, Bara menuju ruang kepala sekolah. Ia sudah memutuskan, bahwa ia akan mengikuti kompetisi matematika yang ditawarkan Bu Arlides.

Biar genap piala gue, jadi lima belas. Batin Bara.

Setelah dia berjalan beberapa menit, akhirnya ia sampai di ruang kepala sekolah. Baru saja ia hendak membuka pintu, pintunya sudah terbuka. Seseorang telah membuka pintunya dari dalam, lalu tidak sengaja menabrak Bara.

"Ehh.. Sorry-Sorry gak sengaja." ucapnya.

Sepertinya Bara mengenali nya. Bara melihat kebawah. Dompet orang itu terjatuh. Bara pun mengambilnya dari lantai.

Tak sengaja ia melihat foto yang ada di dalam dompet itu.

Foto Qilla. Pikirnya.

Bara masih memegang dompet orang itu. "Excuse me?" ucap orang itu.

Bara yang tersadar pun memberikan dompet itu kepada yang empunya. Orang tersebutpun pergi. Bara masih saja berpikiran tentang dompet itu.

Dia siapanya Qila ? Apa hubungan dia sama Qila ? Itu pertanyaan yang terus menerus berputar di pikiran Bara. Setelah beberapa detik, ia akhirnya memutuskan untuk mengabaikan pikiran tersebut dan memilih masuk ke ruangan kepala sekolah.

"Assalamualaikum." ucap Bara.

Kepala sekolah yang awalnya sedang membaca sebuah dokumen pun mendongak. Melihat siapa yang masuk ke ruangannya.

"Waalaikumsalam. Stevano? Sini duduk dulu." ucap Pak kepala sekolah seraya menunjuk kursi yang ada di depannya.

Bara pun maju dan duduk di depan Pak kepala sekolah. "Pak, saya mau memberi tau tentang keputusan saya dalam kompetisi matematika."

"Ohh.. tentang itu. Saya tau, pasti kamu ikut juga kan, di kompetisi ini?" ucap Pak Kepsek yang bernama Broto.

"Maaf pak, untuk kali ini saya tidak akan ikut serta dalam kompetisi."

"Kenapa? Apa ada hal penting hingga membuatmu tidak mengikuti kompetisi ini, Stevano?"

"Tidak ada pak. Tapi, saya rasa sudah cukup saya berkompetisi, jadi lebih baik kompetisi ini diikuti oleh adik kelas saja. Karena saya sudah ada dikelas akhir. Saya takut pelajaran saya akan terganggu bila saya mengikuti kompetisi ini."

Pak Broto terkejut mendengar pernyataan Bara barusan. Padahal, dia sangat berharap besar bahwa Bara akan mengikuti kompetisi ini dan kambali mengharumkan nama sekolah.

"Kamu tenang saja, Stevano. Pelajaran kamu tidak akan terganggu jika kamu mengikuti kompetisi ini. Dan, saya rasa kamu sudah paham apa yang akan dilakukan sekolah untuk mengejar ketertinggalan kamu dalam pelajaran," kata Pak Broto mencoba untuk kembali meyakinkan Bara.

Bara menganggukkan kepalanya. Dia tau semua itu, hanya saja dia memang tidak berniat untuk mengikuti kompetisi ini lagi.

"Saya sangat berharap besar keikut-sertaan kamu dalam kompetisi ini, Stevano. Anggap saja ini adalah kompetisi terakhir kamu dikelas XII, sebelum Ujian Nasional berlangsung. Jadi, apa kamu mau memikirkan ulang keputusan kamu?" tanya Pak Broto memastikan.

Bara menggelengkan kepalanya. "Maaf, Pak sebelumnya. Tapi, saya rasa keputusan saya sudah bulat. Saya tidak mau mengikuti kompetisi ini lagi. Saya sekarang hanya ingin fokus kepelajaran saya, Pak. Lagipula masih banyak adik kelas yang berpeluang besar untuk mengikuti kompetisi ini menggantikan saya." Ucap Bara.

My Possessive GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang