Taka membaur dengan mudah.
Ia menjadi bagian lingkaran pertemanan Ame, Moa, dan Tomoya. Kehidupan sekolahnya tidak jauh-jauh dari mereka. Menghabiskam jam istirahat dengan makan bekal bersama di kelas, melakukan kerja kelompok bersama, belajar bersama dan masih banyak hal lainnya. Hanya saat pulang mereka terpisah sendiri-sendiri begitu keluar dari gerbang sekolah. Tomoya dan Taka pergi ke tempat kerja. Moa membantu toko roti milik ibunya dan Ame pulang sendiri atau pergi ke perpustakaan.
Hari ini, udara berembus dingin.
Pelajaran pertama adalah olahraga. Dengan mengenakan setelan seragam olahraga panjang musim dingin berwarna merah, anak-anak kelas dua A berkumpul di tengah lapangan membentuk barisan. Bersiap untuk pemanasan. Ame menelusup diantara barisan dan mengambil tempat di sebelah Taka, masih terengah-engah karena habis berlari. Mereka hanya melempar senyum sekilas lalu mengikuti gerakan pemanasan dalam diam. Pemanasan dipimpin ketua kelas karena Akira sensei datang terlambat.
Sejak awal gerakan pemanasan berlangsung tenang, tiba-tiba Moa melongokkan kepala dari balik bahu Taka.
"Kalian sudah mendapatkan pasangan untuk mengerjakan tugas musik dari Hashimoto sensei ?" Moa melihat Taka dan Ame bergantian sembari tangannya melakukan gerakan.
Ame melihat keatas sedang mengingat-ingat. Sepertinya dia lupa kalau ada tugas seperti yang dikatakan Moa. Sementara Taka menggelengkan kepala.
"Belum."
"Memangnya tugas apa yang diberikan Hashimoto sensei?" tanya Ame, daritadi belum juga berhasil mengingatnya.
"Tugas mengapresiasikan lagu dengan alat musik di depan kelas bersama pasangan. Memang masih lama, tapi butuh latihan agar kompak, dan kalian tahu... nilai tertinggi dapat tiket konser orkestra." Mata Moa berkilat saat mengatakan kalimat terakhirnya.
Hashimoto seorang guru musik yang terlihat enerjik disetiap kali mengajar kelas. Dia banyak memberikan motivasi. Menyampaikan penggalan lirik lagu lalu menyuruh setiap murid menyampaikan makna dari lirik tersebut. Menceritakan kisah-kisah dari sejarah musik dengan menyenangkan. Bahkan memberikan hadiah cuma-cuma pada anak yang mendapatkan nilai tertinggi untuk tugasnya. Seperti bulan lalu tugas mengarasemen lagu dengan hadiah CD penyanyi terkenal yang terbatas. Setiap murid tentu saja terpacu semangatnya apalagi musik sudah mengental dalam kehidupan sehari-hari.
"Aku sudah berpasangan dengan Tomoya, jadi mungkin kalian berdua bisa jadi berpasangan," celetuk Moa
Taka menaikkan alis sementara Ame terpekik melotot kaget. "Apa maksudmu?"
Ame buru-buru membungkam mulut. Sadar suaranya terlalu keras sehingga beberapa anak menoleh ke arahnya. Reflek Ame menunduk malu.
Tomoya yang berada di barisan depan Taka memutar kepala, "Kau tahu aku dan Moa berada di klub yang sama, kami bisa menyesuaikan waktu yang tepat untuk latihan."
Ame mengerutkan kening, tidak suka dengan keputusan asal mereka. Lagipula ia tidak bisa memainkan alat musik maupun bernyanyi, itu yang akan dikatakannya, tapi Moa terlebih dahulu menceletuk,
"Hei, Taka, kudengar rumor sebelum kau pindah ke sekolah ini, kau membuat lagu sendiri dan menyanyikannya di stasiun dekat sekolahmu dulu."
Taka menyeriangi. " Wah, Sepertinya aku cukup terkenal ya."
Moa mendengus dan tertawa mendengar pertanyaan retoris pemilik surai hitam itu.
"Nah, makanya kau ajak Ame dalam tugas itu. Kau tahu Ame itu dulunya adalah —"
"Moa!" Ame memotong keras kalimat Moa yang belum terselesaikan. Ame memandang Moa, meminta gadis kucir dua itu untuk tidak melanjutkan kalimatnya lagi. Memohon dengan matanya agar Moa segera mengalihkan pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Je t'Aimer
Fanfiction. . Jika dua diantara kita Bertemu dalam kesempatan Seperti apa jalan yang harus dilalui . .