Chapter 1: Kenangan

26 5 3
                                    

Badanku terasa lemas,lebih tepatnya seperti mati rasa. Tentu saja,obat bius terus mengalir didarahku,agar aku tidak merasakan sayatan pisau kecil dokter bedah yang sedang mengoperasi ku.

Ruangan sekitar 5x5 yang penuh dengan alat medis dan kericuhan ini,tempat dimana ragaku berada tapi rasanya jiwaku melayang layang entah kemana.

Semua orang sibuk dengan tugasnya masing-masing untuk memastikan aku masih bisa melihat dunia ini lagi.

Terkadang detak jantungku melemah,dan membuat semua orang diruangan ini panik.Takut-takut,aku tak terselamatkan.

Walau begitu,ada hati yang lebih tak karuan diluar sana. Ia berdiri sudah 1 jam lebih dan tetap setia menunggu dokter mengatakan bahwa operasiku berjalan dengan lancar.

Walau sesekali kakinya berusaha melawan tuannya ini untuk mendudukkan dirinya barang sebentar saja di kursi yang ada disebelahnya. Tetapi dia tetap setia, memaksa kakinya untuk tetap tegak berdiri.

Dia terus menundukkan kepalanya,menatap seluruh tubuhnya yang berlumuran darah. Tetapi dia lebih bermaksud menutupi tangisannya karna tak ingin terlihat lemah dengan tubuhnya yang besar dan tegap itu.

Kembali ke aku,yang tentu saja masih terkulai lemah dan bermain main dengan alam bawah sadarku.

Kepalaku memainkan beberapa memori,saat aku ke taman bermain pertama kali dengan orangtuaku,saat aku jatuh dari sepeda,saat aku menangis minta dibelikan ice cream pada ayah.....semuanya teringat lagi dan terus bermain main di kepalaku.

Hmmmmm,mungkin saja ini karna aku mau mati. Semuanya muncul,dan seolah berkata," Ingatlah ini semua,saat kau disurga nanti kau tak akan bisa mengingatnya lagi.".

Entah pemikiran macam apa itu,aku bahkan tak begitu yakin akan masuk surga,setelah semua yang kulakukan.

Sampai tiba tiba memori tentang Baek bersaudara muncul diingatanku. Rasanya seperti detak jantung dan denyut nadiku berjalan tidak selaras,setelah mengingat yang satu ini.

"Baiklah,operasi selesai." ucap dokter sambil meletakkan peralatan yang ditangannya ke nampan didekatnya. Semua merasa lega dan bersyukur telah menyelesaikan operasinya dengan baik.

"Apa detak jantungnya normal?" tanya dokter itu pada anestesi yang berada didekat monitor pencatat detak jantung .

Anestesi itu mengamati layarnya yang menunjukkan garis garis dan angka angka yang menjelaskan tentang detak jantungku.

"Semuanya normal,Dok." jawabnya lugas.

"Oke,kerja bagus semua. Pindahkan pasien ke ruang perawatan. Aku akan memberitahu kondisi pasien pada keluarganya." berjalan keluar ruang operasi dan melepas baju dan sarung tangannya.

Sebelumnya,dia membersihkan tanganya dulu dan mengambil napas dalam dalam dan menghembuskannya. Tentu saja menjalankan operasi lebih dari dua jam,pasti sangat melelahkan baginya.

Dia membuka pintu pembatas ruang tunggu dan ruang operasi. Dan menemukan, seorang laki laki yang sedang berdiri, menundukkan kepalanya,bajunya penuh dengan percak darah ,sudah pasti laki laki ini yang membawa pasien tadi ke rumah sakit batin si dokter tersebut.

Saat dia menuju kearahnya,laki laki tersebut seakan merasakan kehadiran dirinya dan berjalan menuju kearahnya sebelum dia sampai ke tempat laki laki itu semula berdiri.

"Apa operasinya lancar?Apa dia baik baik saja?"ucapnya tanpa basa basi. Dilihat dari usianya dia berumur 30-an. Dia mungkin saudara laki laki sang pasien atau mungkin pula kekasihnya,pikir sang dokter saat melihat laki laki tersebut dari atas sampai bawah.

Wajahnya sangat gentle,badannya tinggi tegap. Tapi sudah barang tentu, siapapun yang mendengarnya dan melihat kondisinya sekarang pasti tau, ada nada kegetiran disetiap ucapannya. Tatapannya nanar lengkap dengan matanya yang terlihat bengkak. Jelas sekali kalau ini karena air mata yang terus mengalir dari matanya yang tajam itu namun malah terlihat sayu sekarang.

"Iya,operasinya berjalan lancar. Namun dia mengalami banyak luka,operasinya juga terbilang besar. Jadi aku belum bisa menjamin kondisinya pasca operasi ini." kalimat awalnya memang membuat laki laki itu cukup tenang,namun kenapa harus ada penjelasan selanjutnya yang membuatnya masih belum tenang seratus persen.

"Apa dia akan baik baik saja? Apa dia akan baik baik saja? Apa dia akan baik baik saja?" ucap laki laki tersebut tanpa henti sambil menghadap kedinding,dan kehilangan kendali atas tubuhnya. Dia seakan tak melihat dokter itu masih berdiri didekatnya yang melihatnya dengan keheranan.

"Baiklah,aku masih ada pasien. Kuharap kau dan pasien tersebut akan baik baik saja. Aku duluan." ucap dokter tersebut sambil memegang bahu laki laki tersebut dan menghilang di lorong dekat ruang operasi.

"Apa dia akan baik baik saja? Apa dia akan baik baik saja? Apa dia akan baik baik saja? Apa dia akan BAIK BAIK SAJA?" laki laki tersebut berteriak dan meninju ninju dinding dihadapannya dan terus mengulang kalimat tersebut,seakan itu matra yang dapat menyembuhkan seseorang yang sedang terkulai lemah diruangan lain.

Tak terasa bulir bulir air tumpah dari kantung matanya. Pertahanannya runtuh seakan langit rubuh dan menimpanya,ia terjatuh,terduduk,kacau sekali perasaannya saat itu.

"Moon-ah..........." tangisannya diselingi rintihannya yang terus menyebut nama itu.

Hallo,salam kenal dari author,
Eb. Maaf,klo ada yg typohhh ya.Jangan lupa vote,comment, and tunggu update selanjutnya.
Author sayang reader yang baik😂😂😂😘

Craziness, Revenge, and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang