Malam ini,terasa sangat lama bagiku. Mataku tak bisa diajak kompromi untuk tidak melihat langit langit kamar ini barang sejam saja. Dan akhirnya aku memutuskan menonton televisi di ruang tengah.
Apartemen kami memang hanya 7x7 tapi cukup nyaman untuk kami bertiga. Aku keluar kamar menuju ruang tengah. Memulai aktivitas menekan semua tombol yang ada di remote untuk menemukan channel yang ingin kutonton. Walau bahkan sudah sampai melakukannya 3x tetap saja aku tak menemukan hal yang ingin kutonton.
Kulihat jam yang bergantung di dinding atas televisi, menunjukkan masih jam 3 pagi. Aku melepas napas berat,masih ada 3 jam lagi sampai matahari muncul. Kulihat pula dapur yang yang ada dibelakangku ,sedikit berantakan karena tak ada yang membersihkannya kemarin sore.
Kuputuskan untuk membereskan ruangan ini saja. Kuambil sapu,kusapu perlahan,kuambil vaccum untuk membersihkan sudut sudut ruangan juga sofa kecil warna biru muda yang sudah usang karena waktu, yang letaknya tepat dihadapan televisi.
Ku ambil kain kecil,untuk membersihkan barang barang di ruangan tersebut. Sampailah di meja pajangan poto, kupegang salah satu pajangan poto, kuperhatikan perlahan, kuusap lembut wajah ketiga orang yang ada dipoto tersebut, dan tak terasa bulir bulir bening dari mataku berjatuhan. Kuletakkan pajangan tersebut ditempatnya, dengan refleks aku mendongakkan kepalaku menahan air mataku terus berjatuhan.
Ku jatuhkan badanku didekat meja tersebut tapi sepasang tangan menopang lenganku sigap.
" Wae uro??(kok nangis??)" dengan wajah setengah sadar, Jackson berusaha membantuku tegak kembali.
"Euh.. apa aku membangunkan mu?" mengusap airmata yang masih tersisa.
"Anya,(enggak kok) aku haus." berucap sambil mengucek-ngucek matanya dan menguap.
"Bau alkoholnya masih terasa,pergi bersihkan dirimu. Akan ku masakkan sup pengar mu." mencium-cium area wajah dan badan Jackson dan mendorongnya masuk ke kamar mandi.
Saat Jackson keluar dari kamar mandi dan menuju ruang tengah( kami tak punya ruang makan) ku suguhkan semangkuk sup didepannya,dan duduk disampingnya.
Belum melupakan kejadian tadi, Jackson bertanya lagi kenapa aku menangis didepan pajangan poto masa kecilku.
Bukannya malah menjawab pertanyaannya. Aku malah menodong Jackson dengan ucapan," Jackson-ah bisakah kau mengantarku berziarah ke makam ibu ku dan menjenguk ayahku hari ini?"
Jackson memang langsung mengiyakan tapi diam di detik selanjutnya dia mengatakan "iya". Aku tau dia bukannya keberatan,tapi dia hanya tak ingin melihat aku terpuruk setelah berziarah dan menjenguk. Yang bisa membuatku sampai sakit, seperti tahun tahun sebelumnya.
"Cepat pakai setelan mu! Kenapa masih terdiam disini?" ucap Jackson sambil menatapku dalam.
"Euhh...ye(baiklah)" tersentak ucapan Jackson dan bergegas menuju kamarku. Kuambil setelan hitam ku, sebuah setelan khusus yang ku beli untuk berkunjung ke makam ibu.
Tak lupa aku membeli bunga Lily kesukaan ibu, saat perjalanan menuju ke sana.
Saat sampai di makam, kuambil napas panjang dan kulepaskan dengan berat. Kulewati dua baris makam pertama, lalu di baris ketiga aku belok kearah kanan dan menuju makam ke 6 dari baris tersebut.
Ku tatap nanar sebuah makam, dengan papan nama keramik bertuliskan nama Jeon Sae Rin. Air mataku hampir lolos meluncur di pipiku.
"Eomma....Aku balik. Apakah ibu merindukan ku? Keadaanku baik. Oh iya,aku gak akan nangis hari ini, karena aku bawa kabar baik. Aku tau ibu akan bangga padaku. Ibu mau tau???? Aku mendapatkan pekerjaan pertama ku, maksudnya pekerjaan yang benar-benar sesuai dengan aku." rona gembira muncul dari setiap kata yang kulontarkan, meski aku ibarat berbicara pada angin.
Ku ceritakan semua yang terjadi padaku pada hari Choi Young Jae Sunbae menawarkan aku kasus ini. Jackson menimpali sesekali, menambah sesak dadaku yang penuh dengan oksigen waktu itu, karena sangat bergembira. Kulihat jam sudah hampir jam 11 siang, aku berpamitan pada ibu.
Saat ingin mengunjungi ayah,aku mengganti setelanku. Entah kenapa aku berpikir untuk membawa baju ganti saat ingin pergi kesini tadi.
Kami langsung menuju tempat selanjutnya yaitu tempat mengunjungi ayahku. Dulunya di daerah ini aku tinggal, sampai sesuatu yang besar terjadi pada keluarga ku.
Aku menuju tempat kunjungan, untungnya belum jam makan siang dan masih ada waktu sampai jam makan siang.
Kulihat pintu terbuka,dan muncul dua laki-laki dibalik pintu tersebut satu khas petugas sipir dan satu khas penghuni penjara.
Dan ayahku adalah sang penghuni penjara, kuperhatikan tubuh ayahku dari atas hingga bawah. Badannya mulai menyusut dan dekil. Dia didudukkan dihadapan ku (ada kaca pembatas antara kami).
Dia terus memandangi sekitarnya dan memukul kaca pembatas didepan kami. Jackson dengan sigap menutup mataku, supaya tidak melihat hal tersebut atau supaya aku tidak merasa jijik melihat ayah ku sendiri dalam kondisi seperti ini.
Terdengar petugas itu berusaha mendiamkan ayahku dengan memanggil beberapa suster. Sampai akhirnya ayahku tenang barulah Jackson melepas tangannya dari mataku.
Perlu kuakui daripada makam ibu, hal yang didepan ku sekarang jauh lebih menyeramkan. Bagaimana tidak saat aku hanya mempunyai satu satunya keluarga di dunia ini, keadaannya malah...malah gila dan tahanan penjara.
Kucoba menenangkan jiwa di tubuhku dan mengembangkan senyumku dihadapan ayahku,sambil mencoba berkomunikasi dengannya.
Bukan tentang hal apakah dia bisa memahami semua ucapan ku, tapi tentang bagaimana hatiku masih menghargai dia sebagai ayahku.
Beberapa saat kemudian," Byun Won, 1601, waktu jenguk habis." ucap petugas yang tadi datang bersamaan dengan ayah. Dia segera menyuruh suster yang memegangi tangan ayahku untuk membawanya ke ruangan nya kembali. Aku terdiam sejenak memandang badan ayahku yang meninggalkan ruangan itu sambil terus menatapku dengan senyumnya, sampai aku kehilangan pandanganku akan ayahku. Jackson memegang pundak ku mengisyaratkan supaya kami keluar dari ruang jenguk tersebut.
Tidak seperti jengukan biasanya dimana aku akan merasa tertekan dengan kondisi ayahku. Entah mengapa hari aku merasa tenang bahkan bangga aku bisa berjuang untuk orang orang seperti ayahku kelak.
Biasanya aku hanya akan memakai setelan hitam bahkan saat menjenguk ayah, tapi hari ini ku putuskan untuk menganggapnya masih ada di hidupku. Dan aku sudah membuat keputusan yang benar dengan tidak merundungi nasib ku yang harus memiliki ayah seperti pria berseragam garis garis itu.
Aku bahkan lebih bersemangat lagi memulai pekerjaan ku dan tentu aku penasaran siapa pasien pertamaku Yang akan mengubah hidupku 180°.
Ringringringring.......Pucuk dicinta, ulam pun tiba, balasan dari Choi Young Jae Sunbae mengenai pasien pertamaku itu masuk lewat emailku.
"Nama : Baek Jae Bum...." kuucap kalimat pertama di email tersebut.
Jangan lupa vote,comment, and tunggu update selanjutnya.
Author masih sayang reader yang baik😂😂😂😘
Maaf atas keterlambatan publish.
KAMU SEDANG MEMBACA
Craziness, Revenge, and Love
Fanfiction"Dia yang mengembalikan kewarasanku tapi,dia juga yang merampas kewarasanku kembali." -Baek Jaebum "Bagaimana bisa cinta hadir diantara ketidakwarasan dan dendamku ini."-Byun Moon "Rasa dendammu yang sangat besar itu,pasti akan kukalahkan dengan ras...