Chapter 8: Pesta Kecil

10 5 1
                                    

Hari- hari berikutnya masih seperti itu. Aku yang akan terus menunggu di meja makan walaupun mereka tak pernah ikutan makan atau si Tuan Muda yang akan mengurung diri selama 24 jam dikamar dan Tuan dan Nyonya Baek yang sibuk mengurusi bisnis mereka.

Aku bahkan sampai mengajak pelayan untuk makan bersama, namun mereka malah menolak. Dengan alasan merasa tidak sopanlah, tidak layaklah, tidak seharusnya, dan alasan alasan yang lain yang menunjukkan majikan mereka pasti sangat tegas dalam masalah kasta dirumah ini.

Ini bahkan sudah terhitung malam ketujuh ku di Baek Mansion tapi belum ada perkembangan apapun dengan si Tuan Muda Jaebum itu.

Sudah seminggu saja......

Aku menyelesaikan makan malamku dengan lambat berharap ada keajaiban dirumah ini, Tuan Muda atau Tuan dan Nyonya Baek akan ikutan makan. Tapi harapanku itu sia-sia, karena sampai sendokkan terakhir makananku mereka tidak kunjung terlibat di meja makan ini.

Rasanya soju atau beer adalah pilihan yang tepat saat ini. Sesuatu yang setidaknya bisa membuatku lupa tentang semua ini walau hanya satu malam.

Aku menuju dapur, menjumpai Nara Ahjuma. Berharap dia ikutan denganku untuk minum.

"Ahjuma, Apa yang akan kau lakukan setelah ini?" mengandeng tangan Nara Ahjuma dan bersikap manis didepannya.

"Kami akan makan malam dan...." memotong kalimatnya sendiri.

"Dan apa?" tanyaku langsung.

Nara Ahjuma bergaya seperti akan membisikkan sesuatu.

"Dan sedikit berpesta." ucapnya ditelingaku langsung dan memberi simbol minum-minum dengan tangan kanannya.

"Seriusan? Apa aku boleh ikutan?" tentu saja aku sangat ingin ikut,walau Nara Ahjuma melarang sekalipun.

"Ye, dangyeonhaji.(ya,tentu saja boleh)" ucap Nara Ahjuma sambil mempererat gandengannya.

Kami menuju bangunan yang ada dikiri Baek Mansion, yaitu rumah para pelayan. Nara Ahjuma bilang sebenarnya pesta ini adalah perayaan untuk anak seorang pelayan yang berhasil masuk Angkatan.

Lantai 1 bangunan itu terdiri dari ruangan berkumpul,ruang makan,dan dapur. Sedangkan lantai 2nya khusus untuk kamar 70 pelayan yang ada disini. Bangunan ini luasnya ⅔ dari bangunan utama Baek Mansion. Menurutku ini seperti asrama.

Aku tidak tau apakah benar ada 70 orang pelayan disini. Aku tidak mungkin mengabsen mereka satu persatu. Lagipula aku sedang tidak dalam urusan ingin 'ambil pusing' disini.

Aku hanya ingin berpesta.

Mereka menyediakan banyak miras dan cemilan. Musik juga terus berlantunan, tentu saja musik 'joget-able' yang akan membuat seluruh badanmu ingin bergerak. Tenang bangunan ini kedap suara begitu juga bangunan utama. Jadi tidak akan terlalu menganggu ke-3 orang bangunan sebarang.

Aku terus meneguk gelas soju ku tanpa henti. Aku juga ikut berjoget dengan para pelayan.

Wuhhhh, rasanya sangat menyenangkan mengeluarkan semua energi dalam tubuh.

Entah berapa botol yang soju yang telah kuminum. Nara Ahjuma juga menawarkan beer kepadaku. Tentu aku tidak akan menolak. Tapi setelah beberapa tegukan, aku menjatuhkan kepadaku ke meja didepanku dan tersenyum seperti orang bodoh.

Aku cukup mabuk artinya.

Pesta ini mulai kehilangan temponya dan orang orang yang menikmatinya banyak yang telah tepar dikursi-kursi. Dan banyak yang sudah meringsut dilamarnya masing masing.

Aku mengangkat kepalaku yang terasa berat. Melihat ke sekitar meja yang pipiku tempeli dari tadi. Ada Nara Ahjuma, beberapa pelayan yang tadi ikut berjoget denganku, dan ada Hyungjun Ahjussi.

"Ahjussi....oleanmanineyo (lama tidak jumpa). Seharusnya aku menemuimu hari itu, setelah si Tuan Muda itu mengusirku. Aku pasti akan meminta bayaran yang besar padamu." aku mulai berbicara sesuka hatiku.

Yang diajak bicara malah hanya mengangguk.

"Ahjussi.... Bagaimana aku harus menghadapi orang dalam rumah besar itu? Mereka benar benar gila."

"Kukira hanya aku yang merasa begitu." Nara Ahjuma menimpali sambil tertawa.

Aku dan Hyungjun Ahjussi ikutan tertawa lirih. Efek alkohol sungguh telah merasuki kami sekarang.

"Mereka bahkan tidak pantas disebut keluarga. Bagaimana mungkin mereka hanya diam saja saat anak mereka depresi? Apakah memanggil psikolog adalah usaha terbaik mereka? Lalu si Tuan Muda itu, wanita seperti apa yang sangat dia cintai itu? Apa wanita itu seorang Dewi, sehingga ia sangat tergila-gila padanya? Dia bahkan tidak menatapku pada hari pertamaku, padahal aku sudah berpenampilan terbaik selama 23 tahun hidupku hanya untuk bertemu dia, cuihhh dasar bajingan." ucapanku melantur entah kemana-mana.

Tapi sesungguhnya itu rasa kesalku yang kusimpan selama seminggu ini.

"Bisakah kau diam? Kau sangat berisik." Hyungjun Ahjussi malah mengganggap semua pertanyaan ku itu sangat mengganggu telinganya.

"Daedabhaeyo( jawab aku)" aku menyaringkan suaraku, kesal karena sikap Hyungjun Ahjussi yang mengacuhkan semua pertanyaan-pertanyaan ku.

"Aku aku akan menjawab pertanyaanmu, Nona Moon" malah Nara Ahjuma yang ingin menuntaskan rasa penasaranku.

"Apa kita harus menceritakannya, Nara" Hyungjun Ahjussi memprotes Nara Ahjuma yang akan menjawab pertanyaanku.

"Kenapa orang disini sangat suka memberikan embel-embel seperti Tuan, Nyonya, Tuan Muda, Nona. Kalian bahkan lebih tua dari mereka. Panggil saja dengan nama mereka, OKE" aku memprotes Nara Ahjuma yang suka sekali memanggilku Nona sambil menunjukkan bentuk OKE dengan tanganku .

"Auuu...I ssaeki jinja babo(bodoh kali inilah). Dengarkan aku baik-baik, akan kujelaskan padamu biar mulutmu tidak asal nyerocos. Tuan dan Nyonya Baek dulu hidup sangat sulit karena membangun bisnis mereka. Saat mereka sukses seperti sekarang, anak-anaknya malah menghindari mereka. Mencari yang lebih memperhatikan. Tuan Muda Yugyeom memutuskan sekolah di luar negeri saat usia muda, hanya karena tidak ingin dilibatkan dalam urusan bisnis orangtuanya. Dengan ini tentu saja, Tuan dan Nyonya sangat mengharapkan putra pertama mereka bisa sangat membantu diumurnya yang sudah cukup untuk mengambil alih perusahaan. Tapi Tuan Muda Jaebum malah berpacaran dengan gadis dengan latar belakang seorang pelacur, tapi dia memang sangat perhatian dengan Tuan Muda Jaebum terlepas dari semua kekayaannya. Tentu saja Tuan dan Nyonya tidak setuju dengan hubungan mereka. Tuan dan Nyonya menyuruh gadis itu untuk tidak bertemu lagi dengan Tuan Muda Jaebum. Dan hal ini diketahui Tuan Muda, hatinya hancur dan depresi karna itu. Berhari-hari tidak makan, berhari-hari tidak keluar kamar. Tuan dan Nyonya harus terus melanjutkan bisnisnya. Apalagi yang bisa mereka lakukan selain membawa psikolog ke Mansion yang akan ada 24 jam untuk Tuan Muda, selagi mereka tidak ada." Hyungjun Ahjussi berusaha menjelaskan dengan singkat, padat, dan jelas.

Aku berusaha mencerna semua kalimat yang dilontarkan Hyungjun Ahjussi, dibawah efek alkohol yang cukup kuat.

Walaupun terdengar seperti alasan yang baik, tetap saja aku tidak suka dengan sikap keluarga Baek ini.

Aku memutuskan untuk kembali ke Bangunan Utama, berusaha menaiki tangga walau terhuyung-huyung.  Aku berjalan menuju kamarku.

Ya kamarku....yang disebelah kamar si Tuan Muda.

Jangan lupa vote,comment, and tunggu update selanjutnya.
Author masih sayang reader yang baik😂😂😂😘


Craziness, Revenge, and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang