Sedih, bisakah berubah menjadi bahagia dalam seketika?
Aku rasa bisa
Aku ingin bahagia
Membahagiakan orang terkasih dengan kekuatan yang masih dimiliki
Menjadikan hidup lebih berarti daripada harus menanti
Menebar senyuman dengan sepenuh hati
Menjadi orang yang berbaik hati
Tapi itu hanya angan dalam mimpi
Yang mungkin tidak dapat terwujud sampai nanti
***
Hari semakin larut Riana dan Suherman sudah pulang kerumah, begitupun dengan tiga sahabatnya Bima mereka juga sudah pulang. Sedangkan Bima masih duduk diatas kasur sambil menatap wajah istrinya. Putri mungkin sudah tertidur. Tangan Bima tergerak mengambil kompresan yang sudah mengering agar dibasahi lagi.
Ia tidak bisa tersenyum bibirnya terasa berat untuk dikembangkan, ia masih berduka atas kepergian sang ayah tercinta. Kepergian yang begitu cepat tanpa pamit dan tanpa meninggalkan pesan. Tamara juga masih dirawat dirumah sakit.
Kemarin malam adalah malam yang begitu menakutkan ketika harus mendengar berita tentang kematian sang ayah. Dan sekarang ia harus menanggung semuanya, istrinya, ibunya dan adiknya. Semua tanggung jawabnya.
Masa depannya sudah hancur namun ia masih bisa bangkit dengan jerih payahnya membangun kembali perusahaan ayahnya, baginya saat ini kebahagiaan orang ia sayang itu yang terpenting.
Bima termenung sendiri ia seakan menerawang masa depannya nanti, entah itu bahagia atau tidak. Kegiatannya berhenti ia menghela napas berat dan menetralkan pikirannya. Ia merasakan pergerakan tubuh istrinya yang menggeliat tak nyaman.
"Jangan.."
"Aku mohon.."
"Jangan pergi.."
"JANGAN!!!" Amanda terbelalak karena mengalami mimpi buruk ia terduduk lalu kembali tertidur. Bima mengerjapkan matanya beberapa kali, apa yang ia lihat? Istrinya seperti sedang mengigau.
Ia menggerakkan tangannya untuk mengecek keadaan istrinya, masih sama. Sangat panas!
Ia mengepuk jidatnya sendiri nenyadari kalau kompresan belum ia letakkan kembali.
"Maaf ya, aku buat kamu sakit. Ini sudah kesekian kalinya buat kamu sakit" gumamnya lalu tangannya menyingkap rambut istrinya.
"Cepat sembuh, aku butuh kamu" Bima menidurkan tubuhnya tepat disebelah istrinya, tangannya tidak memeluk istrinya hanya mengenggam menyalurkan kehangatan.
***
Satu minggu kemudian. Tamara sudah diizinkan pulang kerumah, ia masih belum tau perihal suaminya yang meninggal karena semua orang menutupinya dengan beralasan kalau Yudha masih di ICU. Saat ini Tamara dan kedua putrinya sedang duduk menonton tv ditemani dengan beberapa cemilan.
Masih terlihat jelas pada wajah Putri jika ia murung namun ia tutupi didepan ibunya. Mulutnya ingin sekali berbicara jika ayahnya sudah meninggal dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amanda & Bima [TERBIT]
Fiksi RemajaMOHON MAAF JIKA ADA KESAMAAN NAMA DAN TEMPAT KARENA INI HANYALAH CERITA FIKSI CERITA INI REAL DARI IMAJINASI PENULIS. DIMOHON UNTUK TIDAK PLAGIAT DAN MENCOPY CERITA INI *** Diterbitkan oleh Glorious Publishe...