Masih terlalu pagi baginya untuk terbangun namun deringan ponsel yang tak tau diri itu terus mengusik tidur tampannya. Oh God, Siapa orang gila yang berani menghubunginya sepagi ini? Dari suara dering yang terdengar, harusnya ini bukan dari nomor penting.
Sasuke membuka matanya dengan amat terpaksa. Ia raih ponselnya tanpa membuat tubuhnya terbangun.
Sai?
Sai terlalu pintar untuk melakukan hal bodoh ini. Jika memang penting, si pucat itu akan meninggalkan pesan bukannya menghubunginya berkali-kali. Ketika sedang memikirkan kemungkinan siapa pelaku yang mengganggunya di pagi buta, terlintas satu sosok di kepalanya. Si cantik merah muda kesayangan Sai.
PIP!
"Akhirnya diangkat juga, lama sekali, apa kau sedang onani?!" Tidak hanya mengganggu tidurnya, gadis itu bahkan berani memberinya sapaan pagi yang sangat luar biasa. Apa ini bentuk balas dendam atas penghinaan yang ia berikan semalam?
"Hallo??? Kau masih hidup paman?"
Perempatan siku muncul di dahinya mendengar bagaimana bocah tengil itu memanggilnya. Oh ayolah, kakak iparnya bahkan baru hamil tiga bulan. Belum pernah ada yang memanggilnya dengan gelar tua itu. "Sudah ku peringat kan untuk tidak mengusik ku bocah. Tidak selamanya kau bisa bersembunyi dibalik punggung saudara mu."
Bukannya mendengarkan permohonan maaf, namun Sasuke malah sebuah siulan godaan dari Sakura. "Ancaman mu di pagi hari pun tetap terdengar seksi ya," Sakura berkomentar tanpa kenal situasi. "Yeah apapun yang paman katakan aku tidak peduli. Aku hanya diminta menghubungi mu agar kau datang ke apartemen nya jam tujuh nanti."
Sasuke menyerah. Tidak ada gunanya berbicara dengan bocah ini. "Berikan ponselnya pada Sai."
"Padahal kau hanya perlu mengantar ku ke sekolah. Sepertinya aku harus menasihati saudara ku agar lebih baik lagi dalam memilih teman." Dengan sengaja Sakura merendahkan lawan bicaranya.
"Sebaiknya kau tidak membuat ku menunggu."
PIP!
Matanya menatap atap kamarnya dengan pandangan menerawang. Ia tau jelas bahwa tadi itu hanyalah provokasi kekanakan dari remaja labil yang baru berusia delapan belas tahun. Sasuke hanya perlu mengabaikannya lalu selesai. Keduanya bahkan tak saling kenal. Tapi entah mengapa, ada rasa ingin ia tundukkan mahluk kecil itu.
.
Sakura tersenyum puas melihat mobil hitam mengkilap terparkir rapi di halaman depan apartemen sepupunya. Dengan langkah ringan Sakura segera berlari keluar menghampiri si pengemudi. Diketuknya kaca pengemudi dengan perlahan agar mau terbuka.
Tok-Tok!
Sakura segera menyambutnya dengan senyum lebar begitu kaca mobil turun. "Padahal paman tau itu hanya lelucon tapi anda benar-benar datang ya!"
"Aku akan meninggalkan mu jika kau tidak segera masuk."
"Haah, sepertinya mengancam adalah gaya bicara paman ya.." Sakura berjalan kearah pintu sisi lainnya untuk duduk di samping pengemudi. "Jadi anda benar-benar onani tadi pagi, paman?" Tanya Sakura begitu ia menutup pintu mobil.
Klik!
Sasuke mengunci semua akses mobil. Kaca mobil pun ia naikan hingga full tertutup. "Bagaimana bisa kau begitu yakin masuk ke dalam mobil orang yang tak kau kenal? Kewaspadaan mu benar-benar rendah ya," sindir Sasuke dengan tajam.
"Hmm, entahlah," Sakura memasang sabuk pengamannya dengan acuh. "Jika pun paman akan menculik ku, kurasa itu bukan masalah besar." Sakura menatap lawan bicaranya dengan tenang. "Aku sudah meninggalkan pesan untuk Sai, dia tau jelas saat ini aku sedang bersama siapa."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not child
Teen FictionBagaimana bisa si nakal Haruno Sakura bertahan di dalam zona membosankan dimana ia hanya harus bersikap manis dan sopan? tentu saja ia akan sangat memberontak. Namun tidak jika yang menjadi lawannya adalah Sai, selaku sepupu terprotektifnya yang sel...