Chapter 4

11.3K 868 27
                                    

"Apa kali ini, aku akan benar-benar diculik Tuan?"

Sasuke melangkah lebih dekat kearah si merah muda hingga hanya tersisa satu jengkal langkah saja diantara mereka. Tangannya ia ulurkan untuk menyentuh helaian rambut panjang Sakura yang terurai. Padahal selama satu Minggu ia tidak melihat gadis kecil ini, namun selama satu minggu itu gadis kecil ini seakan tak pernah meninggalkannya. Apa ia dikutuk mahluk kecil ini?

Obsidiannya menatap tajam kearah Sakura yang masih diam menantikan jawabannya. "Jika aku bilang ya, apa kau akan tetap ikut?"

Sakura memiringkan kepalanya. Ia berikan senyum terbaiknya untuk pria di depannya. "Mana mungkin kan aku menolak ajakan pria dewasa setampan ini" jawab Sakura dengan blak-blakan.

Sasuke lepaskan tangannya dari helaian rambut Sakura. Permata hitamnya kian berkilat tajam mendengar jawaban dari Sakura. "Berhenti membayangkan hal-hal manis di kepala mu. Kau tidak tau apa yang dipikirkan orang pada gadis kecil seperti mu. Sebaiknya kau mulai sadar akan hal itu."

"Memang apa yang mereka pikirkan?" Balas Sakura secara tegas. "Apa? Apa yang kau pikirkan tentang gadis kecil seperti ku?" Tantang Sakura tanpa ragu.

Sasuke tak menjawabnya. Bukan karena dirinya tak memiliki jawaban namun karena ia takut jawabannya akan membuat Sakura memandangnya sebagai pria gila.

Sakura mendengus pelan melihat Sasuke yang enggan memberi jawaban. "Berhenti lah beromong kosong."

"Semua sudah berkumpul? Yang benar saja!"

"Sudah ku bilang kan harusnya tadi kita langsung ke ruang klub saja,"

Suara dari kejauhan membuat keduanya tersadar bahwa kini mereka masih berada di area sekolah.

Padahal Sakura kira kedatangan Sasuke kali ini menunjukkan adanya kemungkinan ia bisa berhubungan dengan pria ini. Sepertinya itu benar-benar harapan yang terlalu tinggi. Sayang sekali ia harus menyerah pada pria ini.

Baru saja Sakura melangkah berniat meninggalkan Sasuke tapi pria itu malah menjegal tangannya. Sasuke tak memberi jeda sedikit pun, pria itu langsung mendorong tubuhnya begitu saja hingga kini Sakura terkurung diantara dinding dan tubuh Sasuke.

Tentu saja tindakan itu membuat Sakura terkejut. Namun melihat tatapan Sasuke yang begitu intens membuatnya cukup gelisah. Perasaan itu lagi-lagi datang. Sasuke seperti ingin melahapnya habis.

Sakura meremas ujung seragamnya dengan menggunakan satu tangannya yang terbebas. "Ini sekolah," Sakura memperingatkan.

Sasuke tersenyum miring. Ia menurunkan maskernya lalu mendekatkan wajahnya hingga hidung mereka bahkan sudah saling bertemu. Pandangannya tidak lepas sedikit pun dari permata giok Sakura. "Kenapa? Bukankah kau ingin tahu apa yang sedang ku pikirkan sekarang?"

Sakura mengulum bibirnya gelisah. Gerakan kecilnya cukup menarik perhatian Sasuke untuk menatap bibir kecil Sakura.

"Jika anda hanya akan menakuti, sebaiknya lepas-"

Sakura yang begitu terkejut benar-benar seperti mendapat serangan telak. Sasuke membungkam bantahannya bukan lagi dengan argumen namun langsung dengan aksinya.

"Eng!" Erangan yang tak bisa ditahan membuatnya malu, tentu saja seketika itu Sakura menutup mata erat tak lagi sanggup melihat. Ia terlalu malu namun juga begitu berdebar antusias. Tangannya menggenggam erat begitu gelisah. Pikirannya sudah benar-benar tidak bisa lagi melogika situasi saat ini. Ia bahkan seakan lupa dimana dirinya berdiri saat ini. Yang Sakura tau sekarang hanya Sasuke yang sedang melahap habis dirinya secara buas tanpa terkendali.

"Emp!" Sakura sedikit membuka mata begitu ia merasa amat sesak. Sasuke yang seakan belum ada niatan berhenti membuat Sakura harus berinisiatif mendorong bahu pria itu menggunakan satu tangannya yang bebas. "ngh.. mp! Sasmm..!" Dorongan lemahnya benar-benar tak berarti. Pria itu bahkan menahan Wajahnya agar tidak bisa menghindari ciumannya. Pria gila ini ingin membunuhnya apa!?

Sakura dengan keras terus memukul bahu Sasuke, berharap pria itu terganggu dan berhenti memakannya.
"Mmpp.. hah!" Beruntung kali ini ia berhasil. Sasuke akhirnya mau menjauh melepaskannya.

Sakura segera meraup oksigen sebanyak mungkin. Tubuhnya lemas, rasanya seperti ia baru saja berlari mengelilingi lapangan sebanyak sepuluh kali. Gila, seperti ini kah rasanya berciuman. Wajahnya juga sudah amat memerah. Kacau. Sakura benar-benar dibuat kacau oleh teman sepupunya ini. Sakura tersenyum mengejek. "Kau seperti hewan buas yang sedang lapar ya.. " Sakura masih mencoba memulihkan kondisi tubuhnya.

Sasuke terdiam. Dia bukannya tidak merasa bersalah. Melihat kondisi Sakura yang terlihat begitu kacau jujur saja membuatnya terkejut. Rasanya ia tak percaya dirinya lah yang membuat Sakura begitu. Padahal awalnya hanya berniat memperingatkan. Tapi begitu mencium Sakura semua logikanya seakan terhempas angin begitu saja. Yang ia tau hanya memenuhi dahaganya dengan terus melahap Sakura.

"Haruno?"

Sakura menoleh kan kepalanya kearah sumber suara.

"Benar Haruno-san ya.." tambah Toneri sembari lebih mendekat kearah dua orang yang masih berdiri di tengah lorong.

Sejak kapan teman kelasnya itu ada disana?

Toneri melirik kearah pria yang berdiri di dekat Sakura. Ia yakin ini berbeda dengan pria Minggu lalu.

"Dia, dia hanya supir." Sakura langsung angkat bicara begitu sadar Toneri terus memperhatikan Sasuke. Dalam hati ia mengumpati dirinya sendiri yang dengan bodoh mengatakan hal konyol. Mana ada supir yang menggunakan baju dari brand terkenal. "Ekhem, apa kau juga baru akan pulang Otsutsuki-kun?"

Sasuke menatap Sakura lekat. Melihat Sakura yang tersenyum manis dengan wajah polos kearah pria lain membuatnya cukup jengkel.

"Ah iya, itu.. " Toneri yakin pria di dekat Sakura baru saja memelototinya. "Sensei memanggil ku tadi jadi, yeah.." Toneri benar-benar dibuat dongkol dengan tatapan mengintimidasi dari pria tinggi besar di samping Sakura.

Sakura masih tersenyum ramah layaknya ia yang biasanya. Ia mulai sedikit yakin Toneri pasti tidak melihat adegan panasnya dengan Sasuke. Kalau begitu sekarang sudah saatnya ia menghilang sebelum semakin memancing perhatian. "Kau sudah berkerja keras, kalau begitu kami-"

Dengan perasaan buruk Sasuke memindahkan topi dari kepalanya ke kepala si merah muda. Ia bahkan sedikit menekannya agar wajah Sakura bisa tertutup.

"Hey!" Kaget Sakura begitu Sasuke tiba-tiba menekan kepalanya dengan topi pria itu. Namun ia tak mendapatkan respon apapun selain Sasuke yang menarik lengannya paksa dan membawanya menjauh meninggalkan Toneri yang masih menatap keduanya.

Sasuke memasukan Sakura ke dalam mobil tanpa banyak bicara. Pria itu juga segera masuk dan langsung melajukan mobilnya.

Sakura menghela nafas pelan. Padahal pria ini terlihat baik-baik saja beberapa saat yang lalu, bahkan sangat dalam keadaan baik. Sasuke telah menciumnya hingga tak mau melepasnya. Tapi lihatlah kelakuannya sekarang, ekspresi datarnya entah kenapa terasa jauh lebih mengerikan. Apa ciuman dengannya terasa buruk? Padahal Sakura sendiri sangat menyukainya. Sensasi lembut dan basah itu, terasa menyengat ditubuhnya.

Matanya melirik kearah si pengemudi hati-hati. Jika ciuman itu hanya peringatan, apa kira-kira Sasuke akan melakukannya lagi jika ia pancing?

"Berhenti melirik ku dengan mata mesum mu bocah" tegur Sasuke tiba-tiba.

Sakura berkedip beberapa kali begitu tersadar karena teguran Sasuke. "Wah paman peka ya!" Ledek Sakura. "Kalau paman sadar harusnya paman tepi kan mobilnya dong,"

Ckit!

Tepat ketika Sakura selesai berbicara Sasuke dengan mendadak menghentikan mobilnya. Pria itu bahkan sudah siap siaga menahan tubuh Sakura dengan tangannya agar tidak terdorong ke depan karena tindakannya itu.

Tentu saja Sakura amat terkejut. Ketika dirinya hendak melayangkan protes, Sasuke malah sudah lebih dulu mencondongkan tubuhnya menghimpit Sakura. Sakura mengulum bibirnya gelisah. Padahal mereka sudah melakukannya beberapa saat yang lalu dan sekarang dia sudah begitu panik lagi. Jika detak jantungnya sekeras ini, Sasuke pasti juga mendengarnya. Wajahnya memanas dengan berbagai imajinasi kotor yang berkeliaran. Tubuhnya meremang hanya karena hembusan hangat dari nafas Sasuke.

Apa ini, akan lebih dari sebelumnya?

.
.
.

TBC

I'm not child Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang