Sasuke yang terus menatapnya mengintimidasi membuat Sakura menciut. Ia menutup mata erat, mengakui kekalahannya yang tak kuasa terus memandangi wajah tampan Sasuke.
Klik!
"...?"
Sasuke tersenyum mengejek ketika melihat ekspresi konyol Sakura yang membuka mata ketika ia menjauh setelah selesai memasangkan sabuk pengaman di tubuh Sakura. "Betapa kotornya pikiran mu bocah. Sebesar itu kah keinginan mu untuk ku cium?"
Blush!
Wajahnya yang sudah memerah semakin memerah. "Aku-aku yakin karena hal ini lah kau masih saja tidak laku. Pria yang suka mempermainkan wanita, mana ada yang akan suka!" Sakura berusaha membalas Sasuke yang sudah membuatnya begitu terlihat memalukan.
"Bukankah kau bilang aku itu selera mu?" Balas Sasuke angkuh. Pria itu tersenyum puas ketika Sakura tak dapat menyangkalnya. "Sebaiknya kau mulai menjaga sikap di depan pria lain. Ini peringatan terakhir dari ku." Ia memakai sabuk pengamannya sendiri lalu mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Meski Sasuke beberapa kali mempermainkannya namun Sakura cukup menyadari bahwa peringatan yang Sasuke berikan itu bukan omong kosong belaka. Atas keyakinan itu pula lah Sakura tak lagi berani membantah. Entah apa yang Sasuke pikirkan, lagi-lagi pria itu memasang ekspresi yang begitu dingin.
Sakura membuang nafas pelan. Rasanya seperti sedang bersama Ini yang tengah datang bulan.
(Apartemen Sai)
"Kau bisa turun sekarang." Sasuke buka suara setelah sepanjang jalan keduanya bungkam.
"Pa-"
Sasuke memberikan tatapan tajamnya ketika mendengar Sakura lagi-lagi mau memanggilnya dengan panggilan konyol itu.
"Ekhem! Aku tidak akan turun sampai Sai kembali." Sakura mendeklarasikan keputusannya. "Aku tak mau sendirian." Tambahnya beralasan. Yeah itu memang hanya alasan yang sengaja Sakura buat. Dia hanya tak mau segera berpisah dengan Sasuke, apa lagi kali ini juga berakhir dengan begitu buruk. Ia tak tau lagi kapan dirinya akan bisa melihat pria ini.
Melihat Sasuke yang keluar dan berniat membukakan pintu untuknya membuat Sakura kembali harus menerima faktanya. Tentu saja berbeda dengan Sakura yang menganggap ciuman sebelumnya adalah hal yang spesial, bagi Sasuke itu pasti hanya lah angin lalu. Apa karena ciuman itu perasaannya jadi sedikit terguncang? Ternyata ia memang masih seorang remaja labil ya.
Rasanya ia ingin menangis.
Sakura keluar dari mobil setelah Sasuke membukakan pintu untuknya. Ia mengangkat wajah perlahan ketika Sasuke tak juga kunjung menghilang dari hadapannya. Ternyata Sasuke hingga saat ini masih melihatnya. Hanya menatap kearahnya. "Tidak pergi...?" Gumam Sakura dengan pelan.
"Hn." Sasuke mengulurkan tangannya meraih tangan kecil Sakura. Ia tersenyum kecil memandang wajah mungil gadis muda di depannya. "Bagaimana bisa kau bersikap sok dewasa disaat kau bahkan hampir menangis sekarang?" Ledeknya.
Lagi-lagi Sasuke membuatnya kacau. Benar-benar pria menyebalkan. "Harusnya anda sadar ini salah siapa!"
Sasuke letakan tangan Sakura diatas bahunya satu persatu. Ia angkat gadis itu melalui pinggulnya. Kini Sakura sudah berada dalam gendongannya. "Segera hubungi Sai agar cepat kembali. Aku tidak seluang itu hingga harus menjadi baby sitter mu."
Sakura tersenyum puas. Sasuke sudah tidak lagi marah padanya. Ini jauh lebih baik.
Pria itu mengamati angka yang Sakura tekan untuk dapat membuka pintu. "Itu tanggal lahir mu?"
Sakura menatap Sasuke cukup terkejut.
Mengetahui ekspresi Sakura yang bertanya-tanya, akhirnya Sasuke pun kembali berbicara. "Setiap bulan Maret Sai selalu gelisah meminta pendapat mengenai hadiah ulang tahun untuk seorang wanita."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not child
Novela JuvenilBagaimana bisa si nakal Haruno Sakura bertahan di dalam zona membosankan dimana ia hanya harus bersikap manis dan sopan? tentu saja ia akan sangat memberontak. Namun tidak jika yang menjadi lawannya adalah Sai, selaku sepupu terprotektifnya yang sel...