"Berapa lama disana nanti?"
Sakura mencoba menelan sarapannya sebelum menjawab. Matanya menghadap keatas seakan mencari sesuatu. "Lima hari? kami diminta membantu sembari mengamati dunia kerja."
Sai mengangguk. Ia letakan roti panggang yang telah ia berikan selai diatas piring Sakura. "Satu pekan, manfaatkan dengan baik." Sakura hanya mengangguk sembari melanjutkan mengunyah makanannya. "Kau ditempatkan dibagian mana?"
Sakura mengangkat kedua bahunya. "Aku belum dapat informasinya." Karena ia tidak mengikuti kegiatan kemarin sampai akhir. "Mungkin hari ini. Apa ada kemungkinan aku akan berkerja bersama Sasuke?"
Sai mengerut bodoh. "Lihat lah pikiran mu itu, kau bilang kau bukan anak kecil? Kau bahkan hanya ingin bergelayut padanya."
Sakura mendengus. "Aku kan hanya bertanya." Ia menggigit rotinya sebal.
"Sasuke itu Direktur utama. Untuk apa dia menempatkan bocah tak tau apa-apa seperti mu didekatnya." Sai berbicara dengan terang-terangan agar tidak lagi terlalu berharap. "Cepat habiskan. Setelah ini akan ku antar kau kesana."
Sakura mengangguk. Meskipun tidak dekat Sasuke setidaknya saat makan siang ia bisa minta makan bersama.
"Sakura."
"Hm?"
Sai menatapnya serius. "Jika ada yang menganggu mu langsung katakan pada ku, mengerti?" Tempat kerja berbeda dengan sekolah. Meski Sasuke setuju namun ia tetap cemas. Bagaimana jika Sakura berbuat salah dan mereka membentaknya?
Sakura mengunyah rotinya pelan. Sai benar-benar terlihat khawatir. Saat ia akan masuk SMA juga begitu tapi sepertinya kali ini lebih parah. "Sai."
"..?"
"Aku bukan anak kecil."
Sai terdiam untuk beberapa saat. Ia tersenyum lembut kemudian. "Kau benar, aku tak perlu lagi mengingatkan."
Sakura mengangguk menyetujui. "Akan ku laporkan langsung jika ada yang menyentuh ku."
.
Sakura melambai ketika melihat Toneri yang juga sudah datang dengan setelan formalnya. "Toneri-san!" Setengah berlari Sakura mendatangi temannya itu. "Dimana yang lain?"
"Sudah dibagian mereka. Aku menunggu karena kita di tempatkan di bagian yang sama." Toneri menjelaskan secara ringkas. "Kita diminta membantu admin purchasing untuk mendata stock perlengkapan perusahaan."
Sakura mengangguk mengerti. "Ayo pergi sekarang."
Toneri mengangguk mengerti. "Ada di lantai ini."
Drrrt! Drrrt!
"Sebentar, maaf," Sakura mengeluarkan ponselnya. Senyumnya terbit saat tau siapa yang menghubunginya. Ia berdekhem membersihkan tenggorokannya sebelum berbicara. "Ya?"
"Dimana?"
"Masih didekat lobi. Ada apa?"
Toneri mendekat penasaran. "Siapa?"
Diseberang sana Sasuke cukup jelas dapat mendengar suara anak laki-laki itu. "Dengan siapa?" Tanyanya tajam.
Sakura menatap Toneri bingung. Dengan tanpa suara ia mengerjakan nama Sasuke untuk menjawab pertanyaan Toneri. Toneri hanya ber'oh' ria mengetahuinya.
Sasuke mendengus tak senang ketika ia tak kunjung mendapat jawaban. "Naik lah ke ruangan ku."
Sakura mengerut kan dahinya. Rasanya Sasuke terdengar dalam suasana hati yang buruk. Apa dia kira Sakura akan dengan patuh naik? Tentu saja tidak. "Aku harus ke ruangan tempat ku pelatihan. Datang saja jika kau ada perlu, U-chi-ha-san."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not child
Teen FictionBagaimana bisa si nakal Haruno Sakura bertahan di dalam zona membosankan dimana ia hanya harus bersikap manis dan sopan? tentu saja ia akan sangat memberontak. Namun tidak jika yang menjadi lawannya adalah Sai, selaku sepupu terprotektifnya yang sel...