Sakura tak percaya Sasuke akan memanfaatkan Sai untuk membalasnya. Masih dapat dimengerti bahwa pria itu lebih memilih menggunakan Sai dalam rencananya. Jelas lebih mudah menggunakan Sai yang dia kenali dengan baik, dari pada harus menyusun rencana dengan mempertimbangkan lawan yang baru dia temui. Namun hal yang tidak dapat ia duga adalah dengan tampang seakan tak berdosa itu Sasuke menyerangnya.
"Tahan saja pink, hanya tersisa delapan bulan lagi dan kita akan keluar dari tempat ini." Ino mencoba menghibur. "Yeah meskipun ku akui itu tadi pertunjukan yang luar biasa"
Sakura menjatuhkan kepalanya diatas meja dengan cukup keras. Saking kerasnya bahkan membuat si lemah lembut Hinata panik.
"Sa-sakura-chan..?" Cemas Hinata.
"Dia baik-baik saja Hinata, hanya mentalnya saja yang hancur. Dia kan sudah bersusah payah membangun citranya sebagai siswi teladan." Ino kembali menimpali dengan enteng.
"Sebenarnya apa yang terjadi sampai sepupunya datang ke sekolah?" Tanya Tenten penasaran.
Ino mengangkat bahu. "Dia tidak cerita apapun pada ku."
Sakura membuang nafas frustasi. Sasuke. Pikirannya tertuju lurus pada pemilik nama itu. Padahal ia pikir ia akan melepaskannya dengan lapang beberapa waktu lalu, tapi sepertinya tidak. Tidak mudah baginya untuk membiarkan kejadian ini begitu saja.
"Selamat pagi anak-anak!"
"Pagi Sensei!"
Semua segera bergerak panik kembali ke tempat masing-masing. Padahal biasanya guru mereka ini selalu terlambat karena itu lah mereka masih santai berkeliaran. Kedatangannya yang tepat waktu ini jelas membuat para murid terkejut juga penasaran.
Sakura mengangkat kepalanya menatap ke arah gurunya. Ia menopang dagu menatap sang guru dengan tanda tanya juga.
"Meskipun masih terlalu awal tapi sekolah ingin kalian sudah memantapkan tujuan kalian selanjutnya. Sensei akan membagikan lembaran formulir rencana lanjutan kalian setelah lulus ini. Silahkan di isi, jika ada kesulitan jangan ragu untuk berkonsultasi." Kakashi memberikan penjelasan mengenai lembaran putih yang ia bawa.
Lembaran yang dibagikan dari depan akhirnya sampai juga di tangan Sakura. Emerald nya menatap setiap kata yang tertulis cukup lama.
"Sensei izin bertanya!" Salah satu murid mengangkat tangan meminta perhatian.
"Ya silahkan Kimimaru-san." Kakashi mengizinkan.
"Kalau kita sudah sampai di titik menentukan perusahaannya apa kita boleh berkonsultasi mengenai ujian masuk perusahaan tersebut?"
"Tentu saja, Oh iya kalau benar sudah sampai seyakin itu tentu saja itu lebih baik lagi. Karena sekolah akan mengagendakan jadwal agar kalian bisa mengunjungi langsung tempat tujuan kalian, baik itu perguruan tinggi hingga perusahaan. Pikirkan itu baik-baik dan manfaatkan agenda ini ya." Seperti biasa Kakashi memberikan penjelasan dengan begitu lembut dan senyum lebar dari balik maskernya.
"Pasti perusahaan sepupu mu ya? Enaknya sudah tidak perlu pusing lagi berpikir." Celetuk Ino ketika melihat Sakura yang terus memandangi formulirnya.
Sakura mendecak pelan. "Bukannya kau juga pasti memilih tempat kekasih mu? Kau malah lebih beruntung bisa memenuhi fantasi kotor mu di tempat kerja."
"Dia itu tidak mungkin akan memberikan ku pintu yang mudah!" Keluh Ino dengan wajah masam. "Kau tau kan dia saja sampai menghukum ku hanya karena nilai ku turun,"
"Cih, padahal kau senang dihukum semalaman olehnya, dasar wanita penuh hasrat!" Ketus Sakura pelan. Ino hanya membalasnya dengan cengiran lebar.
"Yeah mau bagaimana lagi, perawan lapuk seperti mu mana tau kenikmatan duniawi. Bagaimana kalau kau jadi biarawati saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not child
Teen FictionBagaimana bisa si nakal Haruno Sakura bertahan di dalam zona membosankan dimana ia hanya harus bersikap manis dan sopan? tentu saja ia akan sangat memberontak. Namun tidak jika yang menjadi lawannya adalah Sai, selaku sepupu terprotektifnya yang sel...