Bagian #6 Iklash

2.4K 62 0
                                    


Hujan mengguyur kota jakarta di malam hari, bulir bulir airnya jatuh tumpah ruah, membasahi semua sudut kota.
.
Seorang pemuda berumur 17 tahun, berkaos oren persija, dengan bawahan levis panjang. Sedang berteduh di bawah jembatan layang yang luas. sembari menyandarkan punggungnya di tiang beton jembatan, dia memain mainkan gitar kecilnya dengan asal.
.
Beberapa kendaraan mobil lalu lalang di jalan raya dengan lancar karna ini  malam hari yang kebanyakan orang orang sudah pulang kerja.
.
Pemuda itu adalah Aku, Angga.
.
Aku memandangi rinai rinai hujan yang turun dengan pandangan kosong. Angan anganku masih terbayang dengan kejadian sore tadi.
.
FLASHBACK
.
Di mushola madrasah sehabis sholat Ashar, aku menghampiri Amanda.
.
"Manda," panggilku.
.
Gadis berhijab itu menoleh sembari menjaga pandangannya. Tangannya memegang tas mukena.
.
"Apa ?" sahut manda.
.
"Sebenarnya ada apa ? Kenapa dari tadi kamu banyak diemnya ? Apa aku ini ganggu kamu ? Kalo iya, baiknya aku pulang aja," kataku.
.
Manda memandangku sekilas, lalu kembali menunduk. "Maaf kalo aku bikin kamu jadi enggak nyaman, tapi aku gak ada maksud buat ngaibaikan kamu, memang sih ini salahku, tapi kalo kamu punya pertanyaan seputar pelajaran tadi, aku akan menjawabnya." kata manda.
.
"Terimakasih tapi hari ini aku gak punya pertanyaan," jawabku.
.
"Yaudah kalo gak ada pertanyaan, aku kembali ketempatku dulu, kamu bisa nunggu lagi di kelas," kata manda.
.
Gadis itu melangkahkan kakinya ke ruang guru.
.
Aku merasakan dia mulai menjaga jarak dariku, dia  bicara hanya jika aku bertanya.
Aku tidak tahu kenapa dia jadi begitu.
.
Lalu aku melihatnya ...
.
Di pintu ruang guru, berdiri seorang ustad muda. Aku tak mengenal. Dia menyapa amanda lalu birbancang sebentar padanya.
.
Aku lihat ustad muda itu seperti punya perasaan pada Amanda, di lihat dari wajahnya yang dari tadi terasenyum terus.
Apakah mungkin dia penyebab Amanda jadi cuek ? Ah masa bodo, itu urusannya.
.
Jika seandainya Dia menyukai amanda, maka aku akan mendukungnya dengan senang hati.
karna Amanda memang seharusnya mendapat orang yang lebih pantas dari pada diriku yang fakir ilmu juga fakir harta ini.
.
Tiba tiba Rasa sesak memenuhi dadaku. Bersamaan dengan hatiku yang terasa perih.  Harapanku bisa bersamanya telah pupus.

Ustad muda itu memandangku, lalu tersenyum tipis. Entah apa maksudnya.
Aku membalasnya juga dengan senyuman ramah.
Lalu dia masuk kedalam.
.
Lamunanku buyar saat sebuah mobil merah mengkilat berhenti di depanku.
Kaca jendela hitamnya di turunkan.
.
Terlihat di dalam sana seorang gadis ayu berambut panjang hitam tergerai. Matanya sedikit sipit. hidungnya mancung dengan bibir tipis merah menggoda.
.
"Natasha ?" ucapku kaget.
.
Gadis ayu itu tersenyum manis, "Hay Angga," sapanya.
.
"Kemana aja kamu ? Buset dah!! sekarang sukses ya?" kataku masih tak bisa menghentikan keterkejutanku.
.
"Masuk Angga," ajak natasha.
.
"Enggak ah," aku menolaknya.
.
"Ayo gak papa, nanti sekalian aku anterin kamu pulang," tawar Natasha.
.
"Eng... Yaudah deh, aku masuk," ucapku akhirnya setelah di fikir fikir lagi.
.
Aku masuk kedalam, duduk di depan bersama natasha.
Dari tadi aku geleng geleng kepala.
.
Karna gak nyangka teman partner ngamennya waktu dulu, sekarang udah jadi orang sukses.
.
Dan juga ... Buset !! Pakaiannya sexy banget.
Natasha mengenakan gaun hitam tanpa lengan. panjangnya sampe di atas lutut.
Bau parfum tubuhnya menyengat kuat, sampe sampe membuatku  jadi mabuk kepayang.
.
"Lihat apa ?" tanya Natasha.
.
"Gak, gak lihat apa apa," jawabku sembari  memalingkan wajahku keluar jendela mobil, pura pura melihat jalan.
.
Natasha tersenyum, "Ini kan masih sore belum terlalu malam. Gimana kalo kita mampir ke Klub dulu," kata Natasha.
.
"Sore pala lu, ini udah jam 10 malam," omelku sembari menatap wajahnya.
.
"Gak Angga, ini masih sore, udah ikut aja yah, kita mampir ke Klub, di sana kita bisa karokean sekalian seneng seneng," ujar Natasha sambil terus menyunggingkan senyuman menawannya.
.
"Okelah kalo ada seneng senengnya, aku ikut kamu."
.
"Siplah, itu baru Angga," puji Natasha.
.
Gadis cantik itu memasukkan gigi  parsleningnya, lalu dengan sendirinya mobil merah mengkilat itu melaju menembus  jalanan kota jakarta.

Di Balik Hijab Mu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang