Bagian #3 -Main Kerumah-

3.8K 84 0
                                    


Siang hari yang panas di perkotaan. Aku mengenakan kaos hitam, dengan bawahan levis biru panjang dan membawa gitar kecil di punggung. Aku Turun dari mobil Truk besar yang berhenti di lampu merah.
Hari ini niatnya ingin main kerumahnya Amanda. gadis berhijab yang ku temui di taman kemarin.

Aku menyeka keringat di dahiku, hawa panas dari sinar matahari bercampur dengan pengapnya kendaraan lalu lalang di jalan raya membuatku merasa lelah dan haus.

Aku sempatkan mampir di warung yang ada di sebelah Masjid.

"Bu Air mineral dingin satu," ucapku pada si pemilik warung.

Ibu itu menaruh sebotol minuman dingin di meja.

Aku meraihnya sembari membuka tutup botolnya, saat aku ingin meminumnya, teringat dengan perkataan Amanda.

"Oh iya, aku harus mengucapkan bismillah sebelum melakukan sesuatu," ucapku dalam hati.

Lalu Aku ucapkan basmallah, dan meminum air dingin itu. Rasa sejuk yang nikmat langsung menjalar di tenggorokanku yang kering kerontang.

Sembari minum, ku edarkan pandanganku pada stasiun yang ada di sebrangku, jaraknya sekitar 30 meteran dari warungku.

"Stasiun Cakung," batinku.

Tak salah lagi, Amanda tinggal di sekitar sini. Tapi masalahnya aku tak tahu di mana tepatnya rumah Amanda. Kemarin aku tak sempat tanya alamat lengkapnya. Karna Aku terlalu sibuk memandang wajahnya yang misterius.

"Ah sialan," gerutuku.

Ibu si pemilik warung menyahut, "Kenapa Bang ?" tanyanya.

"Eh..., ini, brapa Bu ?" ucapku spontan.

"Goceng bang" jawab ibu itu.

Aku menyerahkan, 5 lembar uang seribuan padanya.

Tak lama kemudian, terdengar seruan kumandang Adzan di masjid seblahku.

"Allahu akbar! Allahu akbar!"

Suaranya menggema panjang dan indah.

Seketika hatiku bagai tersentil, kata kata dari Amanda yang selalu menyebut Allah di setiap nasehatnya membuat hatiku sedikit terketuk.

Aku sempat berfikir tentang diriku, maksudku Apakah pantas diriku ini dekat dengan Amanda.
Dia sosok gadis Sholeh yang selalu menjaga pandangannya, berpakaian sopan dan tutur katanya selalu halus serta pasti sangat taat kepada Tuhannya. Apakah aku pantas? yang hina ini yang jauh dari Agama juga jauh dari Allah bisa dekat dengan Amanda? Bisa berada di sampingnya?

Pertanyaan itu berkecamuk di kepalaku, hingga membuatku jadi psimis, rendah diri.

"Angga," sapa seorang cewek tiba tiba.

Aku sedikit tersentak. Suara itu, suara yang ku kenal. Suara lembut yang mampu buat hatiku bergetar saat mendengarnya. Tak salah lagi itu adalah suara Amanda.
Aku mondongak menatapnya.

Cewek itu mengenakan hijab lebar dengan gamis syari berwarna Coklat krem. Diwajahnya tertutup cadar.

"Hay," ucapku.

"Ngapain di sini? Ayo Sholat Dzuhur dulu Angga, berjamaah," ucap cewek itu.

"A-aku... Aku... " ucapku terbata bata tak bisa menjawabnya, karna jujur selama ini aku belum pernah melaksanakan sholat.

"Kenapa?" tanya Amanda sambil menunduk.

Aku beranjak dari tempat dudukku, mendekatinya hingga jarak 1 meter.

"Aku belum pernah sholat sebelumnya," ucapku jujur.

"Gak apa apa Angga jangan malu malu, yang penting kamu ikuti gerakan imam yang ada di depan," ujar Amanda.

Di Balik Hijab Mu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang