Bagian #5 Terluka

2.7K 69 0
                                    


"Makasih Angga udah mau main kerumahku," ucap manda saat mengantarku kedepan gerbang rumah bersama Pak Wrekudoro, Ayahnya.

Aku cengengesan, "Hahaha iya,"

Pak Wrekudoro  ikut nyambung, "Jangan malu malu, main aja kesini kalo ada waktu?" ucapnya sembari tersenyum hangat.

"Iya Om," sahutku, "Nanti kalo ada waktu aku kesini lagi,"
.
Gadis berhijab lebar bernama Amanda menunduk menjaga pandangannya, "Aku tunggu,"
.
Aku lihat, kedua pipi gadis itu terangkat keatas. Walau wajahnya tertutup cadar bisa di tebak kalo dia sedang tersenyum.
.
"Aku pulang dulu, Assalamualaikum,"
.
"Waalaikum salam, hati hati di jalan," balas Amanda.
.
Aku meninggalkan Rumah besarnya. Berjalan pelan menyusuri jalan.
.
Hatinku terasa berat, walau mengobrol cukup lama sekitar 2 jam bersama mereka, tapi rasanya seperti sebentar. Bagai sekejap mata, rasanya masih kurang.
.
Tak apalah, toh besok bisa ketemu lagi. Apalagi nanti besok Manda ingin agar aku ikut ketempat Madrasahnya. Sekalian melihat hal baru di sana. syukur syukur bisa belajar di sana.
.
Kedengerannya menarik. karna bagiku yang terbiasa di jalanan, tempat seperti Madrasah belum pernah ku kunjungi.
.
*******
.
"Menurut papah, Angga gimana ?" tanya manda saat berada di ruang tengah keluarga.
.
Pak wreku menoleh, "Gimana apa ?" tanya balik pak wreku.
.
"Angga pah. menurut papah dia orangnya baik enggak?" kata manda  lebih jelas.
.
Pak wreku menatap layar televisinya, "Oh Angga, dia baik, papah bisa melihat dari wajah dan cara bicaranya. Sekalipun katakan dia sebagai anak jalanan, atau tukang ngamen.
Dia orangnya jujur apa adanya dan tanpa malu dia ceritakan kehidupan sehari harinya. Papah suka. nanti kalo ada kesempatan, papah akan mengangajaknya kerja di tempat papah, biar dia gak ngamen lagi."
.
Manda tersenyum, "Alhamdulilah, Manda seneng dengernya,"
.
Pak Wreku membalas senyuman  putrinya.
.
********
.
Esok harinya, Jam satu siang di daerah Bekasi.
Aku menunggu di depan gerbang sekolah Madrasah.
Hari itu aku  mengenakan Kaos oren Persija, dengan bawahan levis hitam panjang. Gitar kecil tersampir di bahuku.
.
Tempat Madrasah Manda dekat dengan jalan raya, dan di bagian utara sekitar seratus meter ada pasar cakung.
.
Aku melihat Amanda mengendarai motor maticnya, hari ini gadis itu mengenakan gamis muslimah warna biru Tosca dan mengenakan cadar warna senada di wajahnya.
.
"Nunggu dari tadi ya ?" tanya manda saat berada di pintu gerbang.
.
"Enggak kok, aku baru nyampe," jawabku.
.
"Yaudah masuk yuk," ajak manda.
.
Kami masuk kedalam, di sana beberapa kelas. Dan kelas kelasnya membentuk  huruf  L.
di bagian samping kelas ada Mushola dan ruang guru.
.
Beberapa anak sudah ada yang masuk. Mereka bermain di depan kelas, lari lari.
.
Manda memarkirkan motornya di depan ruang guru. Sedang Aku duduk di depan kelas sembari melihat anak anak yang sedang bermain.
.
"Assalamualaikum," salam Manda saat masuk keruang guru untuk menaruh tas ranselnya.
.
"Wa alaikum salam," balas seorang ustad muda yang sedang duduk di blakang mejanya.
.
"Eh ada Kang Azmi," kata Manda.
.
Ustad muda itu tersenyum, "Gimana, udah terbiasa  enggak di sini?" tanya Azmi basa basi.
.
"Alhamdulilah Kang, sekarang Manda udah mulai terbiasa,"
.
Azmi mengangguk.
"Syukurlah, kalo butuh apa apa atau butuh bantuan bilang aja sama aku,"
.
"Iya Kang makasih," jawab manda sembari duduk di meja depan, paling pojok.
.
Azmi memandangi Amanda yang sedang membenahi isi tasnya, sepertinya Ustad muda itu ingin mengatakan sesuatu.
.
"Amanda," panggil Azmi.
.
"Dalem kang," sahut manda sembari menoleh keblakang.
.
"Nanti insya Allah hari jumat Depan, Keluarga Aku akan datang kerumah kamu."
.
Manda terdiam, apa dia gak salah dengar? Keluarga Kang Azmi mau datang kerumahnya.
.
"Maaf Kang Azmi, apa itu gak kecepetan?" kata manda pelan.
.
"Amanda, Aku tahu itu terlalu cepat tapi bukankah itu lebih baik dari pada kita hanya sekedar saling sapa atau mengobrol dengan di temani keluarga. Aku ingin hubungan kita berlanjut dalam sebuah ikatan pernikahan," balas Azmi.
.
"Tapi Kang, aku belum siap. Aku masih mau belajar, mencari ilmu  dan  mengejar cita citaku yang belum tercapai," kata Manda.
.
Azmi tak kalah berargumen, "Aku ngerti. Walau kita sudah menikah nanti, aku tidak akan mengekangmu, kamu ingin kuliah atau mengejar cita citamu silahkan, Aku gak akan ngelarang,"
.
Manda kesulitan membalasnya.
.
Azmi melanjutkan, "nanti aku akan datang bersama keluargaku hari jumat depan, Insya Allah,"
.
Manda tak mau menjawabnya, perasaannya menjadi tak karuan.
Di umurnya yang masih muda. Amanda masih ingin menikmati kehidupan lajangnya, baik itu mengajar di madrasah, kuliah di universitas atau meraih cita citanya. Amanda masih ingin menikmati masa  masa mudanya dan tak mau terburu buru menikah.
.
Gadis berhijab itu di landa di delama.
.
"Ya Allah, Apa yang harus aku lakukan ?" kata Amanda dalam hati.
.
*****
.
Aku duduk di luar sembari menatap anak anak Madrasah yang sedang ketawa cekikan bersama temannya.
.
Hembusan Angin menggugurkan beberapa daun kering dari tangkai pohon lalu terbang terserak di tanah.
.
Lingkungan Madrasah sudah ramai. Anak anak sudah pada datang, yang cowok pake peci hitam, baju koko dan celana panjang. Sedang cewek make baju gamis muslimah.
.
Suara bell dari lonceng besi berbunyi nyaring.
Mereka mulai masuk kedalam kelasnya masing masing.
.
"Yuk masuk Angga," kata Manda yang sudah ada di sampingku.
.
Aku  mendongak menatapnya.  "Iya."
.
Sempat kulihat matanya. Aku merasakan sesuatu pada gadis itu.
Tapi aku tak bisa menerkanya.
.
Sepanjang perjalanan kekelas, Manda diam membisu. Tak mengatakan apa apa.
Itu membuatku jadi merasa jengah tak nyaman.

Kami sampe di ruangan kelas. Tempat itu sudah di isi oleh anak anak, yang kebanyakan masih kelas 1 dan 2 SD.

Aku duduk di tempat paling belakang, anak anak sempat melihatku dengan tatapan ingin tahu. Aku cuman tersenyum melihat mereka.

Amanda memulai pelajarannya, hari ini belajar menulis huruf Arab.
Aku cuman memperhatikan gak ikut nulis.

Aku menyadari sesuatu saat sedang memperhatikannya  mengajar di kelas.

Dari tadi dia tak sedikitpun menoleh atau sekedar menatapku.

Seolah Aku tak ada di sini.
Dia tak sedikitpun menegur atau sekedar bicara padaku.

Agaknya itu membuatku jadi terluka.

Di Balik Hijab Mu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang