Bagian #4 -Ayah Amanda-

3.2K 84 0
                                    

Cinta hanyalah sebuah kata untuk menterjemahkan rasa yang ada di hati.
Rasa yang begitu banyak berkumpul di  dalam dada, hingga kita tak mau itu sampai hilang dan tanggal.
Sama halnya denganku.
Aku juga sedang merasakan cinta yang begitu absurd dan tak bisa di jelaskan hanya dengan lisan.
Karna rasa cintaku ini muncul bukan karna  paras cantiknya, atau  hartanya.
Aku mencintainya karna dia mau menerimaku apa adanya, dan tidak memandangku dengan sebelah mata. Moralnya yang luhur juga suci itu menjadi nilai tambah di mataku.
Tapi pertanyaannya. Apakah dia juga merasakan hal yang sama yang aku rasakan sekarang? Cinta?
.
Ah, tak seharusnya aku berharap lebih, dia gadis Baik yang sholeh sedang aku hanyalah seorang anak jalanan yang  banyak dosa.
Tak pantas rasanya aku bisa bersanding di sisinya.
.
*******
.
Cowok berkaos hitam, dengan bawahan levis panjang dan ada gitar kecil di punggung sedang berjalan menyusuri trotoar, Cowok itu adalah aku, Angga. Dan di blakangku ada seorang gadis berhijab, mengenakan gamis muslimah warna coklat krem.
.
Kami berjalan dengan canggung, beberapa orang melihat kami dengan pandangan heran dan sebagian lagi cuek dan tak peduli.
Gadis itu bernama Amanda, dia sudah berjanji akan mengajakku kerumahnya.
.
"Jauh enggak ?" tanyaku tanpa menoleh, memecah kecanggungan.
.
"Bentar lagi juga sampe," jawab Amanda.
.
Bawah telingaku bergetar kecil saat mendengar suaranya, suaranya halus bagai hembusan angin.
.
"Aku ganggu enggak nih  main kerumah?" Lanjutku tanpa menoleh.
.
"Enggak Angga, aku seneng kok kamu bisa main kerumahku dan kebetulan hari ini aku lagi gak ngajar di Madrasah. Jadi aku punya waktu," jawabnya sembari memandang punggungku.
.
"Kamu guru Madrasah?" tanyaku agak kaget.
.
"Masuk ke gang Mawar Angga," kata manda.
.
Kami berbelok. Masuk kedalam gang yang agak lebar, gang itu bisa di masuki Mobil dua arah.
.
"Sebenarnya baru dua minggu ngajar. Aku guru buat anak anak TPA," lanjut Manda.
.
"TPA tuh apa?" tanyaku tak mengerti.
.
"TPA tuh, mirip sekolah TK kalo menurutku, di sana anak anak cuman belajar menulis Arab, baca huruf hijaiyah, menggambar kaligrafi, mengenal doa sehari hari dan lain lain semuanya pelajaran ringan." jelas Amanda.
.
"Oh," ucapku.
.
"Kalo kamu mau, kamu boleh kok ikut di kelasku," ujarnya seperti bercanda.
.
Aku ketawa mendengarnya, "Hahaha, gak ah gak mau, aku kan udah bukan anak TK lagi." kataku.
.
"Angga, belajar itu gak boleh gengsi. Sekalipun menurutmu itu remeh. tapi kalo itu bermanfaat buat kamu kenapa enggak?" balas Amanda.
.
"Iya juga sih, tapi bayarkan kalo aku ikut kelas kamu?" sambungku.
.
"Berhenti, ini rumahku," kata manda, tak segera menjawab pertanyaanku.
.
Aku melihat Rumah besar bertingkat. Catnya separuh warna biru separuhnya lagi warna putih. Di  halaman depannya terparkir mobil minibus mewah berwarna hitam.
Aku sedikit menelan ludah.
.
Buset dah rumahnya gede bener!! aku jadi minder.
malu masuknya.
.
"Yuk kedalam," ajak manda.
.
Aku terdiam, tak berani melangkahkan kakiku kesana.
.
Manda menyelinguk, "Ayo masuk. kenapa bengong ?" tanyanya tanpa menatap mukaku.
.
Aku tertawa kecil, tawa yang di paksakan, "Hehehe, maaf kayanya lain kali aja mainnya." ucapku.
.
"Loh kenapa ??" tanya manda.
.
"Lain kali aja," jawabku.
.
Gadis berhijab lebar itu mendekat, "Gak usah malu, aku gak keberatan kamu main kerumah. keluargaku juga gak akan keberatan," ujarnya.
.
Aku menghela nafasku, apa ini benar main kerumahnya dia? Dia orang kaya?
.
"Udah jangan malu malu, gih masuk?" kata Manda, bersikeras memaksaku.
.
Akhirnya aku luluh juga dengan kata katanya.
.
"Yaudah."
.
Kami melewati gerbang bercat putih itu. Di dalam garasinya ada motor matic yang biasa manda pakai, lalu ada juga satu motor besar di dalam sana.
.
Kami sampe di teras depan, Manda mengucapkan salam saat masuk kedalam rumahnya.
.
"Assalaamualaikum !"
.
Terdengar sahutan kecil di dalam sana, "Wa alaikum salam,"
.
"Kamu duduk dulu yah, mau minum apah?" tawar manda.
.
"Eng... Air dingin aja," kataku.
.
Manda mengangguk, lalu menghilang di belakang.
.
Aku duduk di sofa ruang tamu, di depanku ada meja kaca.
Dinding ruang tamunya di hiasi bingkai lukisan kaligrafi dan gambar Masjidil haram, Mekkah.
Serta  satu guci besar yang ada di pojok ruangan.
.
Tak lama kemudian. Muncul seorang bapak bapak, berambut pendek rapi, beruban, serta berkumis. Berpakaian Kaos putih, bawahan celana hitam cardinal. Dia duduk di sofa sebrang.
.
"Om," sapaku, sembari tersenyum canggung.
.
"Saya ayahnya Amanda, Pak Wrekudoro." ucapnya memperkenalkan diri.
.
"Angga Om, nama saya Angga," balasku sambil tersenyum ramah.
.
"Oh namanya  Angga, asalnya dari mana?" tanya pak Reku.
.
"Marunda Om, jakarta utara," jawabku.
.
Pak reku tersenyum tipis, kumisnya sedikit terangkat keatas.
.
Tak lama Manda muncul dengan membawa nampan berisi 3 gelas syrup dingin.
Menaruhnya di meja.
.
"Silahkan di minum," kata manda.
.
"Iya makasih," jawabku.
.
"Ayo Angga di minum," kata Pak Wreku.
.
"Iya Om,"
.
Manda duduk di samping bapaknya. Aku jadi tak bisa berfikir, dan  bicara. Aku teguk syrupnya sedikit untuk melepas kekakuanku.
.
"Bisa kenal Manda dimana?" sambung Pak Wreku.
.
"Di taman Om. Aku ketemu manda di sana," jawabku.
.
Pak Wreku memandang putrinya dengan tatapan curiga.
.
Manda buru buru meluruskannya, "Gini Pah, Aku di taman itu nungguin mamah dari Bank, tamannya juga sebelahan dengan Bank, gak jauh!"
.
"Oh," ucap ayah manda sambil mengangguk pelan.
.
Aku cuman senyam senyum mendengarnya.
.
Pak wreku ngomong lagi, "Saya harap kalian tidak melakukan hubungan sembunyi sembunyi kaya pacaran,"
.
Kedua mata Amanda melebar, "Enggak pah! Masha Allah!
Kami cuman temenan, dan baru dua kali kami bertemu," kata manda, melakukan pembelaan. Wajahnya bersemu merah tertutup cadar.
.
Aku cengengesan, "Hehehe Kami gak pacaran," timpalku.
.
"Syukurlah kalo begitu, Saya senang mendengarnya, jangan sampai ada hal yang membuat keluarga saya jadi malu." jelas pak wreku.
.
Kami saling diam, atmosfernya tiba tiba jadi terasa jengah.
.
"Jangan tegang Angga, Saya gak  galak kok, tampangnya aja yang keliatan sangar tapi  sebenarnya hati saya kaya hellokity " ucapnya, bercanda.
.
Aku tertawa, "Hahaha dalem banget Om kata katanya."
.
Manda  ikutan ketawa, tawanya terdengar menyenangkan.
.
"Hush, anak cewek kalo ketawa jangan kaya kuntilanak," protes pak Wreku.
.
Manda munutup mulutnya, "iih papah mah gitu nyebelin."
.
"ih dibilangin malah ngambek, gimana sih, cewek itu kalo ketawa jangan ada suaranya, ngerti ndak??" omel Pak Wreku.
.
"Manda juga tahu," jawab gadis itu.
.
"Kalo tahu, kenapa ketawa tadi?"
.
"Kan gara gara Papah ? Papah udah bikin aku ketawa, harusnya papah yang  di salahin," balas manda.
.
"Kamu kalo ngomong pinter banget,  jadi pelawak ajah yah?" kata pa Reku.
.
"Gak mau, aku gak bisa ngelucu," sahut Manda.
.
Aku yang melihat tingkah mereka berdua jadi senyum sendiri.
.
"Lah ini Angga jangan di Anggurin  kasian," kata Pak Reku.
.
"Gara gara papasih tadi, maaf yah Angga?" kata manda.
.
"Gak pa pa,"  sahutku.
.
Suasana berubah menyenangkan, pak Wreku ternyata orangnya humoris dan Amanda sangat pengertian.
Aku jadi merasa  nyaman, kecanggunganku hilang dengan sendirinya.
.
Dan kamipun mengobrol banyak hal, mulai dari kehidupan sehari hariku, lalu kehidupan pak Wreku juga kehidupan Amanda sendiri.
Kami saling sharing tanpa ada rasa risih dan malu. Kami semua larut di dalam obrolan kami.
.
Aku merasa di terima di keluarganya manda.
Ah seperti mimpi saja.
Aku yang papa ini, bisa di hargai oleh mereka.

***

Di Balik Hijab Mu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang