#2 - Diary

8 4 0
                                    

Hari ini adalah hari esok yang sudah kujanjikan bersama bocah itu. Kami akan bertemu di atap sekolah. Tempat itu sangat sepi karena tidak ada yang boleh ke sana jika tidak ada kepentingan mendesak. Ya lagipula, siapa yang memiliki kepentingan dan apa kepentingan itu sampai harus ke atap sekolah. Tapi sebenarnya aku sering ke sini. Tidak ada kepentingan apapun, hanya ingin melihat pemandangan sekolahku dari atas sambil menikmati angin sepoi-sepoi.

Aku keluar dari kelasku dan bergegas menuju atap sekolah. Aku sedikit berharap bocah itu akan sampai di sana lebih dulu agar aku tidak perlu capek-capek menunggunya. Tapi sepertinya tidak mungkin mengingat banyak orang yang mengantri untuk membullynya di setiap langkah bocah itu.

Karena aku berfirasat kalau dia akan datang terlambat, jadi aku akan berjalan ke atap sekolah dengan santai. Saat di lantai 3, aku tak sengaja menginjak sesuatu. Dan kulihat ke bawah kakiku, terdapat sebuah buku kecil berwarna coklat muda. Buku itu tampak polos, tak ada gambar, keterangan buku, bahkan nama pemiliknya pun tak ada. Sepertinya ini buku harian.

"Baiklah, sepertinya si pemilik buku tak sengaja menjatuhkannya dan sudah pergi jauh. Kusimpan saja siapa tahu bermanfaat. Hihi" Aku segera mengamankan buku itu dan melanjutkan perjalanan menuju atap sekolah.

* * *

Aku menunggu di atap sekolah cukup lama. Sekitar... 15 menit. Tak kusangka dia akan sangat terlambat. Katanya dia anak rajin? Hah! Aku mulai kesal dan jadi ingin membullynya saat dia datang nanti. Aku merasa sangat lelah menunggunya dan mulai berbaring, lalu berguling, lalu berteriak tak jelas. Sampai beberapa saat kemudian akhirnya yang bersangkutan datang juga.

"Hei kau lama sekali! Aku hampir mati karena lelah menunggumu!"

"Hah... hah... hah... Aku sedang... mencari barangku yang jatuh... Apa kau melihatnya?" tanyanya padaku yang sudah pasti aku akan menjawab 'tidak' karena aku tidak tahu barangnya apa. Dasar bodoh bocah ini.

"Mana kutahu apa barangmu?!" jawabku ketus.

"Kenapa kau sangat galak sih? Kau kan bisa bertanya 'apa barang yang kau cari?'. Jangan-jangan kau juga ingin membullyku di sini ya?"

"Tak baik berburuk sangka. Baiklah maafkan aku karena sudah galak padamu. Kau ini lembut sekali..."

"Aku mencari buku berwarna coklat muda polos. Barangkali kau melihatnya saat dalam perjalanan kemari?" tanyanya lagi.

"Maksudmu ini?" jawabku seraya mengacungkan buku coklat muda yang tadi kutemukan di lantai 3, "jadi ini milikmu? Hahahaha"

"Kenapa kau tertawa? Itu memang benar milikku. Apa yang lucu?" ucapnya yang malah balik bertanya. Sedangkan aku mengabaikannya karena sibuk tertawa.

"Tentu saja lucu! Ini buku harian kan? Tadinya kukira ini milik seorang gadis. Ternyata milikmu. Kau menulis buku harian? Hahahaha" jawabku yang masih sambil tertawa.

"Jangan bilang kau sudah membacanya?!"

Aku berusaha berhenti tertawa dan membuka buku harian yang kupegang. Aku membukanya sembarang dan membacakan isinya dengan nyaring.

"11 Oktober. Hari ini aku sangat sedih karena mereka lagi-lagi memfitnahku melakukan kecurangan saat ulangan harian kimia. Aku kan tidak melakukan apa-apa selain belajar."

"14 Oktober. Kukira hari ini akan tenang. Tapi ternyata mereka mengerjaiku lagi. Saat aku kembali ke kelas setelah makan siang, tasku digantung di atas tiang bendera. Huaaaaaa aku harus berjuang sekuat tenaga untuk membuka tali pengait di tiangnya karena talinya diikat mati. Hiks hiks"

Marcel's Diary In DieopadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang