#11 - Tahun Baru Target Baru

3 2 0
                                    

Hari pertama sekolah di tahun yang baru. Untuk pertama kalinya aku dan Marcel (hampir) terlambat ke sekolah. Penyebabnya adalah karena kami lupa kalau liburan sudah selesai. Masih terbiasa bangun agak siang saat liburan. Nasib baik gerbang sekolah belum ditutup. Setelah melewati gerbang sekolah, kami tetap terus berlari menuju kelas karena, upacara bendera akan segera dimulai!

Hari ini kelasku belajar olahraga. Senam irama. Aku malas melakukan senam. Aku lebih suka olahraga seperti basket atau voli. Dan, aku juga tidak bawa baju olahraga. Jadi aku kabur dan tidak ikut pembelajaran. Daripada bosan dan bingung, jadi aku mengunjungi kelasnya Marcel. Kelas 2-B. Namun aku hanya mengintip lewat jendela dari luar. Kelas ini sedang belajar PKN. Oh itu dia Marcel! Saat ini dia sedang tidak memakai kacamatanya. Dan kulihat ada Mei yang duduk di kursi terdepan dan tepat di depan papan tulis. Kukira dia tidak akan masuk sekolah, karena masih galau ditinggal mati pacarnya. Kuat juga dia. Tapi lagipula sudah berapa hari sejak kekasihnya tewas? Sudah cukup lama. Setahun!

Kudengar sedikit kata-kata yang keluar dari mulut pak guru di depan kelas. Pak guru sedang menerangkan tentang HAM. Bagian hak hidup setiap manusia. Aku jadi tersinggung. Dan kulihat Marcel tetap tenang mendengarkan penjelasan pak guru. Aku menjadi lebih tertarik saat pak guru mengatakan sesuatu yang membuat para murid menoleh ke arah Mei.

"Pasal berapa yang mengatur tentang hak hidup bagi setiap manusia, Mei?" tanya pak guru kepada siswi yang duduk tepat di depannya.

"Mei? Mei?!" tanya pak guru lagi sambil sedikit menaikkan suaranya.

"Hmm? Hah? Ap-apa?" Mei malah celingak-celinguk.

"Kenapa kamu melamun begitu Mei? Kamu tidak memperhatikan saya dari tadi?"

"Ma-maaf, pak. Saya..."

"Hadeh... Coba Marcel, kamu jawab pasal berapa dalam UUD 1945 yang mengatur tentang hak hidup?" tanya pak guru sambil melempar pandangan ke arah Marcel berada.

"Pasal 28I ayat 1." jawab laki-laki berwajah datar tersebut.

Murid-murid di sekitarnya ada yang berbisik-bisik sambil melirik Mei, dan teman se-gengnya hanya menatap Mei dengan tatapan iba. Mereka pastinya tahu alasan Mei bertingkah aneh hari ini. Hanya melamun seperti orang stres. Dan Marcel, dia memandangi Mei dengan posisi sedikit menunduk agar tidak ada yang melihat kalau dia sebenarnya sedang tertawa. Ayo Marcel, cepat bantai saja si Mei itu! Aku sangat suka membantai orang yang sedang depresi seperti itu.

Tak lama kemudian bel istirahat berbunyi. Aku segera menghampiri Marcel, namun menunggunya di luar kelas. Aku masuk ke gedung sekolah dan menunggu di dekat pintu kelas 2-B.

"Dor!"

"HWA! Hadehhhhh kau mengagetkanku saja Dina...." seru Marcel yang tadi sempat berteriak karena terkejut.

"Ada apa Din? Niat sekali kau menungguku di depan kelasku begini?"

"Ayo kita beli makanan di kantin. Aku juga ingin menanyakan sesuatu." Kami pun berjalan beriringan menuju kantin.

"Kau lihat si Mei tadi?" tanyaku memulai obrolan.

"Tentu saja. Kau juga lihat? Lihat dari mana?"

"Dari jendela. Aku bolos pelajaran olahraga karena aku lupa bawa baju olahraga." jawabku sambil menyengir.

"Aku sampai tidak kuat menahan tawa." ujar Marcel dengan tersenyum puas.

"Kurasa dia masih syok."

"Biar saja. Tak lama lagi juga dia akan kembali normal dan mungkin menemukan cinta yang baru lagi."

"Tapi jika dia bodoh dia tidak akan bisa melupakan kekasihnya yang mati itu. Dan tidak mau mencari pacar baru."

"Dan dia akan semakin depresi dan akhirnya memutuskan bunuh diri untuk menyusul kekasihnya." ucap Marcel yang berkhayal kemana-mana.

Marcel's Diary In DieopadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang