#9 - Kill The Rank 1

4 4 0
                                    

"Kenapa kita harus ke sekolah malam-malam begini?"

"Memangnya kenapa? Suka-suka beta dong. Lagipula Ryon tidak keberatan."

"Cieee sudah mulai akrab dengan Ryon ya?" ucapku mengejek.

"Lalu harus kuapakan kamera ini?" tanyaku.

"Tolong rekam aku selama kita bermain. Dan ingat, jangan lewatkan bagian paling seru." jawabnya.

Yah terserahlah. Tadi dia bilang 'jangan lewatkan bagian yang paling seru' itu artinya misi malam ini memang akan seru. Aku sudah sangat menduga kalau misi kita malam ini akan berkaitan dengan misi kita sebelumnya.

"Oiiiiii Sang Ranking 2! Salam kenal, aku Ryon. Kau... Marun? Atau Nio?" kata seorang pemuda yang baru saja sampai dan langsung sok akrab.

"Panggil saja aku Nio. Salam kenal juga Ryon."

"Oke langsung saja kita mulai. Jadi bagaimana aturan mainnya? Aku akan menerima semua tantanganmu." ucap Ryon dengan percaya diri.

"Kita hanya akan bermain petak umpet. Areanya adalah sekolah ini. Jika kau ketahuan, kau harus menanggung resikonya. Aku akan menjelaskan reward & punishment-nya setelah kita selesai bermain. Deal?" ucap Marcel menjelaskan aturannya.

"Deal! Mudah sekali? Oh iya omong-omong apa kau sekolah di sini? Kenapa kau memilih sekolah ini sebagai area bermain kita?" tanya Ryon, yang pertanyaannya hampir sama dengan pertanyaanku tadi. Biar kutebak, pasti dia tidak akan mau memberitahunya.

"Hmmmmm bukan, aku tidak sekolah di sini. Aku juga tidak tahu sekolah siapa ini. Aku hanya asal masuk dan menentukannya."

Benar kan. Oh sekedar memberitahu, aku sedang bersembunyi. Jadi ceritanya hanya ada mereka berdua yang bermain malam ini.

"Oke sebelumnya aku akan memberi tanda persetujuan berupa pelukan. Kita mulai saja sekarang permainannya." ucap Marcel sambil memeluk Ryon.

"AUW! Apa itu?"

"Akan kuberi kau waktu 5 menit untuk lari dan mencari tempat persembunyian."

Akhirnya dimulai. Aku penasaran apa yang akan dilakukan Marcel pada Ryon.

....

5 menit telah berlalu dan Marcel mulai berjalan mencari mangsanya. Aku pun mengikutinya dari belakang sambil merekamnya. Tak lupa dia memakai tudung kepala dan masker mulut. Yang terlihat hanya matanya. Dia tidak pakai kacamatanya.

Marcel mengeluarkan sebuah benda, yang terlihat mengkilap.

SREK SREK SREK

Suara ini... oh, rupanya dia sudah pandai mengasahnya ya. Dia nampak tenang sekali, mencari mangsanya dalam gelapnya sekolah ini. Haha, aku memang tak salah pilih orang. Dia pasti akan menjadi pembunuh nomor satu di--

"Akhirnya... aku... menemukanmu..."

Wow! Cepat sekali dia menemukan mangsanya! Aku sangat bangga padanya.

"Kau bisa lari, kau juga bisa sembunyi, tapi aku tetap akan menemukanmu ke manapun kau lari, di mana pun kau sembunyi..."

"Dari mana kau tahu kalau aku ada di sini?"

"Darahmu..." ucapnya pelan sambil menunjuk ke arah mangsanya disertai tatapan tajam namun datar tak beremosi.

"Hah?!"

"Aku bisa mencium bau darahmu..."

Aku terkejut. Ternyata dia sudah lebih dulu melukai mangsanya sebelum misi pengejaran ini dilakukan. Luka yang ada di tangan mangsanya itu, pasti karena goresan dari jarum pentul yang ada di sela-sela jari Marcel. Aku tidak tahu dia mampu memakai cara seperti itu.

Marcel's Diary In DieopadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang