Diary 1

72 2 0
                                    

Saat ini aku sedikit menyesal dan membenci diriku sendiri. Aku membenci segala acuhku, angkuhku, juga egoisku. Mungkin dulu aku benar benar salah memahami. Ketika kau selalu berusaha mengetuk hati, menuntutku untuk menyapa hangat cintamu. Benar, memang dulu aku tak begitu mencintaimu. Saat keluh pengorbananmu menetes demi melihatku tersenyum. Jantungku bahkan tak berdetak dengan cepat saat kamu disampingku. Sebagai teman justru aku sangat mengagumi sosok penyayang yang kau miliki. Kedekatan kita bisa dibilang cukup lama hingga hitungan bulan kau tunjukkan rasa sayang yang tak biasa. Ya, aku mencoba membuka hati. Tapi tidak benar benar ku persilahkan kau masuk begitu saja. Saat itu aku butuh sosok penyayang untuk melengkapi setiap ruang hampa dihatiku. Maaf, aku menjawab seadanya ketika kau memintaku untuk menjadi milikmu.

Bahagiaku setengah mati saat kau temani aku bercerita tentang hari hariku. Namun berbeda dengan diriku yang tidak pernah peduli terhadapmu. Aku yang tak pernah tau apa kabarmu. Aku yang bersikap acuh saat kau bercerita tentang harimu. Bagimu aku adalah milikmu tapi bagiku kau masih belum bisa mengisi bagian hatiku. Kenapa sulit bagiku mencintaimu walaupun ku tahu kau telah berkorban untukku?

Ku kira semuanya akan berjalan baik baik saja. Kamu mencintaiku begitu dalam, kamu rela menghabiskan waktumu hanya untuk mendengar omelan dan kekesalanku. Banyak hal yang kau lakukan untukku, tapi aku tak pernah memperhatikan usaha kerasmu. Namun keadaan berbalik tanpa disangka. Aku mulai berubah. Aku mulai mudah terpancing emosi. Aku tak lagi seperti dulu. Dan kamu mulai merasakan perubahan itu. Kamu mulai heran dan bertanya tanya mengapa aku menjadi begitu. Dengan sabarnya kamu kamu membujuk dan meluluhkan hatiku kembali. Hal itu terjadi berulang ulang setiap waktunya.

Hingga pada suatu saat seseorang datang. Dia adalah Alzam Pratama. Dia hadir disetiap waktuku. Perlakuannya seakan akan aku adalah satu satunya untuk dia. Aku mulai terhipnotis. Aku mulai merasa nyaman dengan dia dan tanpa sengaja melupakan Patra begitu saja. Selalu ku habiskan waktu bersamanya ketimbang Patra. Aku selalu memprioritaskan Alzam yang bahkan baru hadir dalam waktu dekat. Hari hari berlangsung seperti itu hingga satu fakta datang dan membuatku terkejut. Alzam ternyata dekat juga dengan teman satu kelasku Febri Andrinata. Betapa hancurnya hatiku saat itu. Aku berusaha untuk menjauhinya namun usaha yang kulakukan tak seperti yang aku bayangkan dia terus gencar mendekatiku. Saat itu juga aku bilang mau menjauh darinya, aku menjelaskan kedia bahwa aku tau dia juga mendekati Febri teman satu kelasku. Namun jawaban yang keluar dari mulutnya adalah, dia tidak peduli dia bilang padaku sudah tidak menyukai Febri. Dia tetap menyuruhku untuk percaya dan tetap bersamanya. Entah persetan dari mana aku mempercayainya.

-----------------------------------------------------------

Lanjut ya gaes..
Semoga kalian suka 😊

My Diary Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang