*BRUKK*Aku menghempaskan tubuhku ditempat tidur, dengan masih menggunakan seragam putih Abu-abu aku pun terbayang kejadian tadi siang saat jam istirahat.
**** Saat jam istirahat****
"Rein, rein, lihat tuhh ada pangeran luu", ucap Nesya sambil menyenggol pundakku.
Aku melihat ke arah yg Nesya tunjuk. Entah kenapa seketika aku jadi senyum-senyum sendiri melihat sosok yang Nesya tunjuk.
"Cie ciee, langsung nyengir-nyengir Kaya kuda", Nesya meledek dan mencubit pipiku.
"Apa si lu Nes, gajelas", kataku tersipu malu.
"Udah lah Rein, semua anak kelas juga Tau Kali lu suka sama si, Reihan. Ciee hahaha", lanjut Nesya meledekku.
Mungkin, Nesya benar sejak dulu aku memang menyukai Reihan. Bahkan semua teman sekelas pun tahu, juga dengan Reihan sendiri. Aku menyukai Reihan sejak aku kelas satu. Dan, kalau dihitung, hampir 3 tahun aku menyukainya.
Aku ingat saat aku masih duduk dikelas Satu, Reihan sempat menjauh dari ku. Mungkin Karena dia tahu aku menyukainya. Rasanya begitu sakit memendam rasa yang memang Tak bisa ku hilangkan begitu saja. Apalagi aku dan Reihan adalah teman sekelas sejak kelas satu. Bukan mudah melupakan nya kalau setiap Hari harus bertemu Dan berhadapan dengannya.
*****
Agustus 2014Suasana kelas X.MIA sangat ramai Dan berisiik.
Saat itu, guru yang seharusnya mengisi jam pelajaran biologi tidak masuk, Dan digantii dengan tugas latihan. Sebagian anak terlihat sibuk mengerjakan, sebagian lagi ada yg main ponsel masing masing, ke kantin Ada juga yang mampir keperpustakaan untuk baca komik.Aku, saat itu sibuk mengerjakan tugas yang di beri Pak Rohim, guru biologiku.
"Nes, liat nomor dua yang bagian 2 dong, gue gak ngerti ni", pintaku pada Nesya yang tengah sibuk mebolak balikan halaman buku lks nya.
"Ini gue lagi nyari, rein gaada, udah lah gausah diisi", sahut Nesya seakan frustasi.
"Eh yang udah, dikumpul ke siapa ni?", Tanya seorang anak laki-laki dikelas ku.
Jujur saja, walaupun sudah hampir sebulan aku sekolah, aku masih belum mengenal Satu per Satu teman dikelas ku. Yang aku kenal hanya Nesya Dan beberapa anak perempuan lainnya.
"Eh lu udah selesai?", Tanya ku pada anak laki-laki itu.
"Udah, kenapa emangnya?," Dia balik bertanya padaku.
"Hehe gak si, boleh liat gak? Gue gak ngerti yang bagian 2 tuh yang tentang variabel terikat sama variabel bebas", tanyaku dengan sok akrab.
"Oh, yang itu. Kalau saya si liat dicontoh halaman 22, coba buka deh", dia menjelaskan ku dengan logat yang agak aneh menurutku. Sepertinya dia orang pendatang, logat berbicara ya saja sangat terdengar kental. Dan yang paling membuat ku Ingin tertawa adalah ketika memanggil lawan bicaranya dengan sebutan "kamu orang".
"Oke thanks ya, eh btw nama lu siapa? Gue Reina", dengan sok akrab aku mengulurkan tanganku tanda aku Ingin berkenalan dengannya.
"Iyaa saya Tau kok, kan dulu udh sering perkenalan didepan kelas", katanya dengan logat anehnya.
"Oh ya? Haha iya gue lupa. Tapi kok gue belum Tau nama lu ya? Gue nya aja yg kurang sosialisai Kali ya?" Kataku sambil menggaruk-garuk kepalaku.
"Iyaa, nama saya Reihan"
"Ohh ternyata nama Kita agak mirip ya, Reina Reihan hahah", aku tertawa Dan dia pun hanya tersenyum padaku.
***
*TEEETTTTTTT*
Agustus 2016.
Disekolah kami akan mengadakan lomba untuk tujuh belas agustus mendatang.
Karena Ada rapat guru untuk membicarakan kegiatan tersebut maka seluruh siswa dipulangkan lebih awal."Rein, nes, main dulu kek, baru jam 10. Kemana kek gitu", ajak Firda sambil membereskan tas nya.
"Ayok gue juga males pulang jam segini", sahut Nesya dengan semangat 45.
"Tapi kemana?," Tanyaku sambil merapihkan jilbab yang kupakai.
"Kerumah lu aja fir, Kita ngumpul-ngumpul Kaya biasa", usul nesya
"Hmm Ayo dehh" jawab Firda mengiya kan.
Sejak kelas 2 kami memang sering bermain dirumah Firda. Entah itu sekedar ngumpul, belajar juga Gaya anak remaja, yaitu curhat, apalagi kalau bukan masalah cowo.
Saat melewati koridor sekolah, aku melihat Reihan sedang duduk disudut koridor, bersama dengan ke dua temannya, Evan Dan Egi.
"Woy pulang lu pada, betah banget disekolah", kata Firda pada mereka bertiga, aku hanya diam mengamati Reihan yang terlihat sibuk dengan ponsel nya.
"Ett oyott, gak jelas luu", sahut Evan.
"Anjir lu, oyot oyot Aja", sambung Firda kesal.
"Udah fir Ayo ahh", kataku sambil menarik tangan Firda.
"Eh Rein, Ada Reihan nih, cie ciee", kata Evan sambil melirik ke arah Reihan.
"Et apaan si lu van, gak jelas dah", sambung Reihan ketus.
Aku sangat kesal dengan responnya yang begitu dingin. Aku tahu, kalau Evan hanya bercanda, kenapa dia harus se ketus Dan sedingin itu.
"Wehh santai dongg, gausah sok sibuk juga Kali dari tadi liatin hp mulu, gemes gue", sahut Firda sambil mencubit pipi Reihan. Aku sangat cemburu melihatnya, apalagi aku tahu kalau Firda juga menyukai Reihan. Saat itu aku hanya diam Dan segera mengalihkan kecemburuanku.
"Fir lu kelamaan, Ayo ahh katanya mau main. Udah Yu Nes duluan", ujarku sambil menarik tangan Nesya.
"Eh tunggu", teriak Firda, sambil berlari menyusul kami.
***
"Hah, sampe juga akhirnya, tunggu ya gue ambilin minum dulu". Kata Firda lalu berlari kearah dapur.
"Masih cemburu ya? Mukanya ditekuk gitu?", Tanya Nesya menepuk pundakku. Memang sebenarnya Firda juga tahu kalau aku menyukai Reihan. Namun sepertinya hanya Nesya lah yang sangat mengetahui perasaanku. Aku lebih terbuka soal Reihan pada Nesya dibanding Firda. Karena aku tahu, Firda mulai menyukai Reihan.
Waduhh cinta segitiga dong?😂😂 Wait for the next ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Malaikat Tanpa Sayap
Non-FictionHidup Reina berubah, setelah bertemu dengan sosok lelaki disekolahnya. siapa kah sosok lelaki itu?