Pesan yang tak terbalas

58 3 1
                                    

Teettttttttttttt....

Bel pelajaran pertama selesai, aku masih sibuk dengan catatan Biologi ku.

"Eh Rein udah selesai belum?" Tanya Nesya sambil menutup buku catatan Biologinya. "belum" Jawabku sambil terus menulis tanpa menoleh ke arah Nesya.

"Eh Sar, hari ini bu Dewi masuk kan? Tumben belum ke kelas? Biasanya dia langsung masuk kalo udah bel". Teriak Sisi yang dari barisan tengah.
" Masuk ada kok tadi dikantor, coba Rey panggil gih, lu kan anak emas hahaa". Sarah cekikikan. "Ckk.. Nanti juga masuk sendiri", jawab Reihan dingin, sambil terus memainkan ponselnya.

Entah kenapa, melihat sifatnya yang dingin itu merupakan candu yang membuat ku hanya terfokus padanya. Ahhh.. Aku jadi lupa belum menyelesaikan catatan ku. Aku memang anak yang lama dalam menulis, jika ada lomba menulis cepat, mungkin aku akan mendapat juara terakhir, atau jika ada penghargaan "nulis terlambat" Aku lah yang cocok mendapatkannya. Semua teman sekelas ku sudah paham akan kelemahan ku ini. "Rein, belum selesai juga? " Celetuk Firda yang sudah selesai jauh lebih dulu. "Yailah Fir, lu kayak gak tau si Reina aja, dia kan kalau nulis diukir, hahah", ejek Nesya.

Aku memang tergolong anak yang pintar, rajin bahkan semua teman pun mengakui itu. Aku bahkan selalu mendapat peringkat 3 besar dikelas sejak kelas 10. Begitupun Reihan, dia adalah murid laki laki yang paling pintar dikelas ku ini. Itulah kenapa aku tidak bisa berhenti mengaguminya. Hah,, lagi lagi Reihan yang ku pikir kan.

"Rein, masih lama ga? Bentar lagi Bu Dewi masuk, mau Sarah hapus ini papan tulis nya" Teriak Sarah membuyarkan lamunanku. "Eh iya Sar, yaudah hapus aja, aku liat punya Firda aja. Fir pinjem buku lu sini", aku menepuk pundak Firda yang duduk didepan ku.

" Lagian nulis ko lelet banget. Udah tau lelet bercanda mulu", teriak Reihan meledek. "Ehh bacot banget lu, emang lu rugi kalo si Reina nulis nya lelet?" Omel Firda membelaku.
"Udah, ah biarin aja Fir. Sini buku lu", Aku tak menggubris omongan Reihan, memang benar kok kalau aku lelet.
Sebenarnya hati ku sakit, tapi aku tahu betul sikap Reihan, hidupnya memang terpola dan disiplin, aku pun tahu kalau dia bilang seperti itu untuk kebaikan ku juga.

Setelah lama perang dingin kami saat kelas 10, Aku dan Reihan memang mulai berangsur membaik. Kami sudah mulai menegur satu sama lain, dan Reihan pun sepertinya sudah tak melihat aku seperti hantu lagi. Ya, walaupun tetap saja ada jarak yang dia beri, tapi aku sudah cukup senang dengan sikap nya yang sudah tidak sedingin dulu.

*******

JANUARI 2015....

"Hari ini.. Hari yang kau tunggu, bertambah satu tahun, usia mu bahagialah kamuuu.. "

Lagu itu menggambarkan perasan ku Hari ini, yup. Hari ini adalah ulang tahun pertama ku di SMA. Ulang tahun ku yang ke 16. Aku senang, diusia ku yang ke 16 , kini hidup ku semakin berwarna dengan adanya teman teman yang sangat menyayangiku.

Aku berjalan menuju kelas sambil membawa sekotak kue buatan mama ku. Niatnya akan kupotong dikelas dan memakannya bersama Nesya dan Sarah. Aku memang dekat dengan Nesya sejak kali pertama kami masa orientasi siswa, sedangkan Sarah, memang datang di pertengahan semester awal kemarin, namun aku sudah dekat dengannya. Sarah juga ulang tahun dibulan yang sama dengan ku. Ulang tahun kami hanya selisih satu minggu.

"Cie yang hari ini ultah, dapet kado apa lu dari nyokap bokap? " Tanya Nesya seraya merangkul pundakku yang baru saja sampai.  "Belum tau, belum dapet apa apa nih, trs mana kado dari sahabat gue yang satu ini? " Jawabku sambil meliriknya. "Lu mau apa Rein? Gue kasih, mau Reihan? Hahaha", ledek Nesya sambil melirik kearah Reihan. Aku hanya tersenyum malu. Seandainya saja dia mengucapkan selamat ulang tahun, pasti ini akan menjadi ulang tahun terindah dalam hidupku. Ahhh tidak mungkin.. Sudah lah..

**selesai pelajaran pertama*

"Eh Rein bawa apa?" Tanya Sarah melihat kotak yang kuletakan dilaci meja. "Oh ini kue, aku bawa ini buat temen-temen si, buatan mama aku, cobain Sar" Seraya mengeluarkan kotak kue dari laci.  "Kayak nya enak mau dong Rein".

Aku memotong kue yang ku bawa dan kubagikan pada teman teman ku. Termasuk Reihan, tapi sepertinya aku malu memberikannya pada Reihan.
" Eh Rein, si Rey mau tuh ko ga di kasih? ", tanya Egi teman dekat Reihan. Aku memberikan kue itu untuk Reihan dengan malu. Jantung ku semakin tak karuhan saat Reihan menerimanya. "Thanks ya Rein, oiya Happy birthday ya". Dengan nada yang datar dan wajah dinginnya.

Tuhan, apa tadi dia bilang? Kenapa rasanya kaki ku lemas. Seketika wajah ku memerah dihadapannya. Kupalingkan wajah ku lalu segera kembali ke tempat duduk ku. "Eh Rein? Kenapa lu? Dih senyum senyum ga jelas? " Tanya Nesya heran. Aku tidak menjawab, bahkan pura pura tak mendengar aku terlalu bahagia. Iya bahagia, setelah hampir satu semester penuh diabaikan kini dia mulai menganggap ku ada.

*****

"Huhhh, selesaiii... " Aku menghela nafas, akhirnya selesai juga. Ternyata cukup banyak catatan yang diberikan guru Biologi ku hari ini. Aku baru menyelesaikan nya setelah pelajaran ke dua usia, sampai aku tidak istirahat dan hanya memakan bekal dikelas.

Aku menoleh kearah jam yang ada disudut kelas. Pukul 10.45 , lima belas menit lagi bel berdering. "Fir, temenin gue ke toilet yu", aku mengajak Firda yang sedang sibuk dengan ponselnya. "Males ah Rein, sama si Nesya aja tuh", sahut Firda tanpa berpaling dari layar ponsel. " Ayo Nes, temenin gue", aku menoleh kearah Nesya. "Bentar Rein, ini pacar gue lagi ngambek".

"Ckk.. Yaudah gue sendiri aja deh",
" Eh,, Rein mau kemana?" Teriak Aulia teman sekelas ku yang duduk di barisan tengah paling depan. "Ketoilet, kenapa Ul?", " Ikut dong", sambil berlari menghampiri ku.

.....

"Abis ini pelajaran pak Budi kan ya? Masuk ga tuh kira kira? Males banget gue belajar PKN", Tanya ku pada Aulia yang sibuk merapihkan jilbabnya. " Masuk deh Rein kayak nya, tadi dikantin gue papasan soalnya", jawab Aulia sambil menatap cermin. "Yaudah, yuk ahh udah mau bel nih", ajak ku.

Saat aku dan Aulia melewati koridor menuju kelas, tiba tiba aku melihat kak Reza dari arah yang berlawanan sedang menuju ke arah kami. " Eh kamu... ", tegur nya saat kami berpapasan. " Kamu yang namanya?? Duh siapa ya? " Sambung kak Reza sambil mengingat ingat seraya melirikan bola matanya ke atas. "Reina", jawabku. " Ahh iya, Kamu yang semalem BBM saya kan? Ko saya bales, cuma diread aja? Ada apa?" Tanya nya sambil tersenyum kearahku.

Aduhh.. Aku lupa, kalau semalam Firda cerita dia tidak membalas pesan dari kak Reza. Bagaimana ini? Apa yang harus ku jawab? Dan kenapa kak Reza bisa mengenali ku? "Eh Reina, bengong lagi, ditanya tuh? ", ucapan Aulia membuyarkan lamunanku.
" Eh iya kak i.. Itu bukan saya yang ngirim", jawabku tergagap. "Terus siapa? ", dia kembali bertanya dan membuat ku tambah bingung. Aku harus jawab apa? Aku sudah berjanji pada Firda tidak akan mengaku. " Emm.. Panjang kak cerita nya, nanti saya jawabnnya ya kak", aku langsung berlari kekelas menarik tangan Aulia. Kak Reza hanya mengangguk dan tersenyum.

Malaikat Tanpa SayapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang