Suasana kelas masih ramai, sudah 30 menit setelah bel tanda istirahat selesai, semua anak telah masuk kedalam ruang kelas. Namun, sepertinya hari ini Pak Agus, guru yang mengisi jam pelajaran terakhir hari ini tidak masuk. Kami pun senang karena akan berfikir hari ini dapat jam kosong.
"Eh Rein, pulang sekolah temenin gue yukk" ajak Firda seraya duduk disampingku.
"Emang lu mau kemana? Puskesmas lagi? Sinus lu kambuh lagi? " Tanya ku sambil meneruskan catatan Kimia ku.
"Gak, gue mau beli binder baru, sama isinya sekalian, temenin ya? Tempat biasaa, Nes lu juga temenin ya" Memukul pundak Nesya yang sedang sibuk dengan ponselnya, Nesya hanya mengangguk tanpa menoleh.
"Eh Sar, kita pulang aja kali ya? Pak Agus ga masuk kan? " Tanya Firda pada Sarah, ketua sang ketua kelas. "Lu Fir, pulang mulu pikiran nya. Nanti ditegur guru piket aja. Baru jam berapa ini? Mending lu kerjain tuh LKS" Jawab Sarah yang sedang membuka lembar demi lembar buku LKS nya.
"Kerjain aja Fir, ketua kelas marah lu nanti" Kataku sambil melempar penghapus ke arah Firda. Firda hanya menggerutu.
Suasana kelas cukup tertib, walau ada beberapa anak yang memilih untuk tidur, memainkan ponsel, dan mengerjakan tugas. Aku yang saat itu sedang mengerjakan tugas menoleh ke arah ke dua sahabatku.
"Ya ampun, lu berdua main hp terus, kerjain nih" Kataku sambil menyodorkan buku milik mereka.
"Duh males ah Rein, ga dikumpilin juga paling" Celoteh Firda enteng.Aku menghela nafas, menoleh ke arah pintu ada seseorang yang masuk. "Siapa tuh? " Tanya ku sambil terus melihat sosok yang masuk itu.
"Assalamualaikum.. " Sosok itu masuk dan memberikan salam.
"Eh kak reza.. " Teriak Sisi yang duduk dibarisan pojok. Aku baru ingat, dia adalah mahasiswa UIN semester tujuh, yang sedang praktek mengajar disekolah ku. Kalau tidak salah namanya kak Reza, mengajar Pendidikan Agama Islam. Itulah informasi yang ku dapatkan dari beberapa teman sekelas ku yang sering membicarakannya, terutama Sisi. Sepertinya dia sangat mengagumi sosok kak Reza, yang menurut nya tampan dan sholeh. Mau apa dia masuk kelas kami? Bukankah mahasiswa yang sedang praktek hanya mengajar di kelas 10 dan 11?.
"Eh Rein, Rein.. Kak Reza ganteng ya" Bisik Firda yang duduk didepanku sambil menoleh ke arah ku. Aku hanya diam, menghela nafas panjang.
"Teman-teman, hari ini saya menggantikan pak Agus. Hari ini belajar sama saya dulu ya" Sosok itu berbicara seraya duduk dikursi guru.
Huftt padahal ku pikir hari ini akan ada jam kosong, umpatku didalam hati.
"Hari ini saya ga akan minta kalian untuk mengerjakan buku, tapi saya mau cerita sedikit tentang cinta" Sosok itu mulai berdiri didepan kelas.
Mendengar perkataan kak Reza, respon dari teman-teman ku sangat antusias, terutama Sisi and the genk. Kecuali Sarah yang terlihat sedang menahan sakit perutnya.
"Teman-teman semua tau apa si itu cinta? " Tanya kak Reza.
Aku bosan mendengar kan nya, apa lagi pembahasan yang dia berikan soal "Cinta", seperti tidak ada pembahasan lain saja. Aku sudah muak dengan kata " Cinta" . Bagaimana tidak? Selama hampir 3 tahun aku memendam rasa Cinta sendirian. Hufftt keluhku dalam hati.
"Apaan si? Ini ko bahas soal cinta? Katanya guru Agama? Ko bahas nya beginian si? Pake curhat segala lagi" Keluh Nesya yang sedari tadi mendengar kan hanya sekedar formalitas, padahal dia sedang sibuk membalas chat di ponselnya. "Tau, bosen banget, bilang aja dia mau curhat " Sahutku sebal. Kami berdua tertawa pelan.
"Yang belakang itu kenapa? " Tiba tiba sosok yang sedang berbicara didepan itu menoleh ke arah ku. "Gak apa-apa kak" Jawabku sebal.
"Tau tuh emang kak, ga bisa ngehormatin banget. Dengerin dong". Perintah Reihan yang sedari tadi mendengar kan dengan serius.
Aku menggerutu, sebal karena Reihan ikut menyudutkan ku. Hufftt sebal. Rasa nya aku ingin segera pulang. Bosan.
****
-TETTTT-
" Baik. Saya rasa cukup, karena waktu nya sudah habis, nanti kita sambung lagi dilain kesempatan". Jelas sosok itu sambil merapihkan Al-Quran kecil milik nya..
"Yah.. Lanjut aja kak gak apa-apa". Teriak Sisi antusias. " Udah kak pulang aja, perut Sarah udah sakit nih", sambung Sarah yang sedari tadi memegang perutnya.
"Iya, kita pulang. Oiya katanya anak kelas ini ada yang minta nomor sama pin BB saya. Ini saya kasih nomor dan pin BB saya. Barangkali ada yang mau tanya-tanya boleh japri, yang mau aja". Jelasnya sambil menulis nomor dan pin BB milik nya dipapan tulis.
Aku heran, siapa pula yang meminta nomor nya. "Aduh lama banget gue udah pengen balik ini, pake ngasih nomor lagi. Genit banget". Nesya menggerutu sambil merapihkan buku kedalam tasnya.
Aku menghela nafas, malas sekali mencatat nomor atau pin nya. Kecuali Firda yang antusias mencatat nya dibindernya. Dasar Firda.
Akhirnya, jam pulang tiba. Saat hendak meninggalkan kelas beberapa anak perempuan yang hendak salim dengan nya ditolak.
"Langsung pulang aja" Katanya menolak ."Dia ga mau disentuh sama perempuan ya? Ya ampun calon suami idaman banget". Celoteh Firda sambil terus tersenyum sepanjang koridor sekolah.
Ya ampun, anak ini memang mudah sekali tertarik pada laki-laki.
*To be continue.. *
KAMU SEDANG MEMBACA
Malaikat Tanpa Sayap
Non-FictionHidup Reina berubah, setelah bertemu dengan sosok lelaki disekolahnya. siapa kah sosok lelaki itu?