***
Suasana kampus siang itu cukup ramai, banyak mahasiswa yang berhamburan di koridor kampus menunggu dosen mata kuliah selanjutnya datang. Dimushola kampus gedung Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, terlihat seorang mahasiswa sedang menghafal ayat ayat suci Al Quran, sesekali matanya melirik ke Al Quran kecil yang digengamnya itu."Assalamualaikum Za", ucap seorang pemuda berbaju koko putih menghampiri pemuda yang sedari tadi sibuk murojaah ayat demi ayat Al Quran.
" Waalaikumusalam, Eh Zaidan? Kemana aja ente baru keliatan? ", menepuk pundak pemuda tadi yang ternyata teman satu kelas nya.
" Alhamdulillah, baik Pak Ustadz, hehehe gimana ngajar disekolah itu? Ane denger ente banyak yang nge fans disana Za", tertawa meggoda teman nya, seraya duduk disamping teman nya.
"Waduh, ente denger kabar kaya gitu dari mana? Sok tau ente", tertawa sambil menggeleng kan kepalanya
" Ya ane denger dari si Husna, dia kan juga praktek disekolah yang sama bereng ente, tapi dia bilang yang lebih diterima sama anak anak disana ente"
"Ahh itu si karena ane laki laki, jadi lebih gampang bergaul sama murid disana, kan ente tau sendiri disana murid nya kebanyakan cowo".
"Pak Ustadz yang satu ini dari dulu emang hobby nya merendah trs", celoteh Zaidan sambil menepuk pundak teman nya itu.
" Yaudah, udah mau masuk waktu dzuhur, ane mau adzan dulu". Ucap pemuda itu.
********
"Fir, gawatt Fir gawatt", teriak ku dengan nafas ter engah engah.
" Ada apa si Rein? Lu dari toilet kok kayak orang ngeliat setan gitu?", tanya Firda heran.Aku menarik nafas panjang lalu meghela nafas, berusaha tenang. "Tadi, gue ketemu kak Reza di koridor".
" Serius? Yahh tau gitu tadi gue ikut lu ke toilet ", jawab Firda, menyingungkan bibirnya.
"Masalahnya, tadi dia nanya sama gue masalah BBM yang ga dibales itu".
" What??!! Dia nanyain itu? Serius lu Rein? Demi apa?!!, teriakan Firda membuat semua teman menoleh kearah kami."Eh Fir, bisa diem ga si lu? Bentar lagi pak Budi masuk, bercanda mulu lu", teriak Reihan.
" Yehh, biasa aja kali. Eh Rein, terus gimana? Lu jawab apa? ", sambung Firda. " Ya gue jawab itu bukan gue".
"Terus?? Lu bilang ga kalo itu gue? ", Firda menatap ku dengan tajam.
" Gak, gue ga bilang. Gue cuma bilang itu bukan gue, tapi dia nanya siapa, gue ga jawab. Cuma bilang nanti saya jelasin kak, gitu. ".
Firda menghela nafas lega.
"Eh Fir, tapi gue minta lu jelasin nanti ke kak Reza. Gue ga mau kalo itu dianggap gue, lagi pula gue males ah berhubung an sama tuh orang", sambungku. Firda kaget mendengar ucapanku, " Rein? Gue ngaku gitu? Ya gue malu lah Rein, kan gue udah ngaku sebagai eluu, nanti dia malah ilfeel lagi sama gue, duh gimana dong? ", tanya Firda padaku" Yaudah Fir, lu ngaku aja si. Kak Reza ga bakalan marah juga. Bilang aja emang lagi tukeran nama BBM sama si Reina, gitu aja ribet lu. Kasian si Reina masa harus dia yang ngaku, kan ga lucu kalo ntar kak Reza malah naksir sama si Reina", sambung Nesya yang sedari tadi sibuk mendengarkan.
"Enak aja lu, kak Reza itu punya gue, lagi kok bisa ya dia tau mukanya si Reina, kan Reina juga ga pernah nyapa dia", Sambung Firda heran.
"Gue juga ga tau, kaget tiba tiba dia negur gue tadi. Mungkin kemarin pas absen diem diem dia ngafalin muka anak kelas ini satu satu kali", jawab ku. " Pokonya nanti istirahat ke dua selesai sholat, lu harus ngomong ya ke kak Reza", sambung ku sambil membuka buku catatan ku."Iya, tapi lu temen in gue ya, biar kita sama sama klarifikasi", jawab Firda.
"Hhhh.. Lu si aneh aneh aja, yaudah nanti sama gue sekalian", sahutku.Aku hanya menggerutu dalam hati. Kalau saja aku tidak menukar nama ku, mungkin kak Reza tidak akan menyangka bahwa aku yang mengirim pesan itu padanya. Entah kenapa meskipun bukan aku yang mengirim nya tetap saja aku merasa kesal. Aku benar benar tidak menyukai kaka itu. Bagiku dia hanya pencitraan, entah lah, mungkin aku yang terlalu sensitive.
Aku menoleh ke arah Reihan, dia masih sibuk dengan ponselnya. Aku merasa Reihan sangat berubah, dulu jika guru belum datang, dia akan ke kantor memanggil atau mengingatkan ketua kelas untuk memanggilkan guru. Tapi sekarang, dia terlihat acuh dengan sekolahnya. Dia bahkan sudah jarang mencatat. Huftt.. Aku ini kenapa begitu peduli padanya.
*****
2015Hari ini kami sekelas diundang ke rumah Sarah sepulang sekolah. Akan Ada acara makan bersama dirumah nya dalam rangka memperingati ulang tahun nya. Iya, ulang tahun Sarah memang hanya berjarak satu minggu dengan ku.
Sepulang sekolah kami sepakat untuk berjalan kaki, karena tidak semua anak dikelas membawa motor, lagi pula rumah Sarah hanya berjarak sekitar satu kilometer dari sekolah.
Sore itu, sekitar pukul 14.30 kelas berakhir, semua teman ku sudah siap untuk pergi bersama ke rumah Sarah.
Diperjalanan kami bercanda dan berbincang, aku Sarah dan Nesya , kami bertiga berjalan dibarisan paling belakang. Hampir seluruh anak kelas 10 IPA sudah pernah datang ke rumah Sarah. Jadi mereka sudah tau letak nya dan tidak perlu lagi diarahkan oleh Sarah.Saat itu, aku sengaja berjalan lambat hanya untuk bersebelahan dengan Reihan yang berada di belakang. "Nes, jangan cepet cepet jalannya", kata ku pada Nesya sambil ku tarik tangannya agar dia berhenti. " Yailah Rein, mau bareng pangeran ya?", ledek Nesya.
Aku hanya tersenyum malu tak bergeming sedikitpun. Rasanya seperti hari terindah dalam hidup ku saat bisa menikmati sore hari bersama Reihan, iya walau hanya berjalan disamping nya aku sudah sangat bahagia.."Ehhh.. Ituu didepan ada anjing", Teriak Sarah membuyarkan lamunanku.
Aku sangat takut dengan anjing, melihat ada 3 ekor anjing sekaligus didepan ku, seketika aku teriak dan berjalan mundur. Menarik tangan Nesya " Nes, gue takut", aku berbisik.
"Jangan berisik jalan santai aja, ayo cepetan", sahut Reihan menenangkan.
Aku sangat panik dan hanya mengangguk. Ku berjalan di belakang Reihan, dan ketika salah satu dari anjing itu mengonggong aku kaget bukan main, tanpa sadar aku memegang pundak Reihan.
"Udah gausah teriak, jalan aja. Liat kedepan", bisik Reihan ke telinga ku.
Aku hanya mengangguk.Akhirnya ke tiga anjing itu berhasil kami lewati. "Huhhh legaa", aku meghela nafas. Aku menoleh kearah Reihan, dia tertawa terbahak bahak melihat tingkah ku , aku hanya diam dan menikmati pemandangan yang indah itu. Iya sangat indah, tawa yang membuat lesung pipi nya terlihat nyata disiram sinar mentari senja. Tuhan dia sungguh indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malaikat Tanpa Sayap
Non-FictionHidup Reina berubah, setelah bertemu dengan sosok lelaki disekolahnya. siapa kah sosok lelaki itu?