Dia Reihan

165 7 1
                                    

"Nahh, nih gue bawain minuman buat kalian", kata Firda seraya membawakan dua gelas minuman dari arah dapur.

"Wahh, pas banget gue haus ni", Nesya mengambil gelas yang Ada dihadapannya dengan semangat 45.

"Eh Rein, ko lu diem Aja si?", Tanya Firda membuyarkan lamunanku.

"Lu si Fir, tadi segala cubit-cubit pipinya si Reihan. Lu gak mikirin perasaan si Reina apa?", Kata Nesya lalu, menghabiskan minuman di gelasnya.

"Serius Rein? Lu cemburu? Lu marah? Yahh sorry tapi kan katanya lu udah biasa Aja sama si Reihan. Lagi pula bukannya kata lu gak apa-apa ya Gue juga suka sama si Reihan? Selagi bersaing secara sehat?",

Perkataan Firda membuatku sadar kalau seharusnya memang aku tidak cemburu buta seperti ini. Lagi pula aku tidak boleh egois, Firda ini Kan sahabatku. Masa iya persahabatan Kita retak hanya karena cowo.

"Iya fir, gue gak apa-apa ko. Udah ahh, Kita kan udah janji gak bakal marahan cuma karna Reihan. Lagi pula gue ini Kan bukan siapa-siapanya Reihan, selow aja lah fir", jelasku sambil tersenyum

"Nah, gitu dong. Lagi juga Kita kan kesini mau happy bukannya mau berantem mikirin cowo,yee gakk?", Kata Nesya sok mengurui.

"Iyaaa, Nesya" aku Dan Firda menyahut secara bersamaan, kami pun tertawa bersama.

***

Jangan kau pilih dia
Pilihlah aku yang mampu mencintai mu lebih dari dia

Suara lagu yang kudengarkan dari ponsel ku membuatku teringat kejadian tadi siang.
Kenapa aku ini? Terbawa perasaan sampai sulit melupakannya?

"Kak, Rein.. dipanggil mama tuh, disuruh makan malam", teriakan Arin adik perempuanku, membuyarkan lamunan ku tentang kejadian tadi siang.

"Iyaa, duluan Aja. Bilang Mama gue belum Lapeer", teriak ku dari dalam kamar.

"Woy lu galau mulu si, alesan Aja belum Lapeer. Gue Tau nih pasti lu galauin Kak Reihan lagi kan?"

Ocehan, Arin membuatku geram dan Ingin segera menjitak kepala nya.

"Heh, anak kecil. Lu tuh jangan sotoy, masih kecil juga, sok ikut campur masalah orang gede", kataku yang sudah keluar kamar, Dan segera menoyor kepalanya.

"Aduhh sakit Tau kak"

"Arin, Reina Ayo cepet sini makan. Ko malah berantem si?", Teriak mama

"Iya maa", jawab kami kompak.

"Rein, kamu kenapa si? Dari pulang sekolah mama liat kamu murung terus. Ada masalah?", Tanya mama memecahkan kesunyian dimeja makan.

"Aku gak apa apa ma, cuma lagi banyak tugas Aja. Biasa lah namanya juga udah kelas 3, banyak tugas", jawabku singkat

"Bohong ma, dia tuh lagi nge galauin Kak Reihan", sambung Arin menggoda ku.

"Heh, diem lu anak kecil", kataku sambil melotot ke arah Arin.
Arin hanya terkekeh.

"Nes, mama tau kamu suka sama Reihan udah lama. Tapi saran mama, kamu sekarang fokus Aja sama sekolah kamu. Kan sekarang kamu udh kelas 3, udah saatnya kami mikirkin buat kuliah kamu nanti".

Aku hanya membalas perkataan mama dengan menagguk kan kepala.

***

Selesai makan, aku segera kembali ke kamar. Perkataan mama masih terngiang dikepala ku. Mama benar, seharusnya aku tidak terlalu berlarut memikirkan Reihan. Sudah saatnya aku memikirkan cita-citaku setelah lulus.
Lagi pula, bodohnya aku selama hampir 3 tahun ini menghabiskan waktu untuk memikirkannya.

Malaikat Tanpa SayapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang