Ace (11)

708 107 3
                                    

Sekarang kamar rawat Jisoo kembali ramai setelah sebelumnya hanya ada Minhyun dan Jisoo di dalamnya. Jisoo sekarang sudah sadar dari komanya, begitu Minhyun tahu yang memanggilnya adalah Jisoo ia langsung memanggil dokter dan menelpon bibinya.

"Ibu, boleh aku bicara dengan Eunbi? Hanya berdua."

Bibi Eunhye menatap putrinya yang tak sepucat beberapa hari yang lalu dan mengangguk, "Ayo, kita keluar dulu." Tiffany melihat arlojinya, sepertinya ia harus segera kembali untuk menghadiri rapat. "Aku akan langsung ke kantor, sebentar lagi ada rapat. Makan yang banyak dan pulihkan tenagamu ya, Ji."

"Pasti, Kak."

"Kalau begitu aku pergi ya. Sampai nanti."

"Hati-hati."

Tiffany keluar disusul yang lain menyisakan Jisoo dan Eunbi. Eunbi duduk di sebelah ranjang Jisoo dan menyodorkan amplop berwarna baby pink, "Ini surat yang kuambil kemarin."

Jisoo membaca isi surat tersebut, seulas senyuman tipis kini menghiasi wajah cantiknya. "Boleh kupinjam ponselmu? Ponselku masih di Ibuku sepertinya. Aku ingin membeli dua gaun baru,"

"Boleh. Untuk bertemu Kak Yunhyeong ya?" Jisoo menangguk lalu mengulas senyum. Memikirkannya saja sudah membuat jantungnya bekerja lebih cepat, "Kalau begitu akan aku belikan. Anggap saja sebagai hadiah,"

"Tidak perlu, Bi. Aku akan membelinya sendiri."

Eunbi menggeleng, gadis yang tengah mengenyam pendidikan perkuliahan itu tetap pada keputusannya. Kalau sudah begini Jisoo bisa apa? Menolak pun Eunbi akan memaksanya sampai ia mengatakan 'iya' lagipula lumayan juga uang tabungannya jadi tidak berkurang.

Ketukan dari pintu menghentikan pembicaraan keduanya. Minhyun, pria itu masuk membawa plastik berisi makanan disusul oleh Hanbin juga Hyunjin.

"Ayo makan!"

***


"Ji, boleh aku bertanya sesuatu?"

"Kau ingin bertanya apa, Hyun?"

Yah, mungkin sekarang waktunya Minhyun mengetahui jawabannya langsung dari Jisoo. Rasa penasarannya sudah tidak bisa ditahan lagi dan karena sekarang hanya ada mereka berdua jadi dia berani menanyakan hal ini.

Minhyun melangkahkan tungkainya mendekati Jisoo lalu duduk di tepi ranjang, "Sebelumnya aku tidak yakin menanyakan hal ini sebelum kau sembuh betul jadi aku ingin memastikan lagi, apa kau yakin kau baik-baik saja?" Jisoo mengangguk lalu tersenyum.

"Baik. Cukup baik."
"Jadi, apa yang ingin kau tanyakan, Hyun?"

"Sebenarnya uhm, apa kau yang menulis surat untuk Yunhyeong, Ji? Atau kau menyuruh Eunbi menuliskannya atau semacam—merasukinya?"

Jisoo terdiam sebentar menimang-nimang apakah harus memberitahu Minhyun. Tapi sepertinya laki-laki itu sudah tahu jadi ia harus jujur, paling tidak ada seorang lagi yang tahu—selain Eunbi tentunya.

"Eunbi membantuku menulisnya. Dia hanya menulis apa yang aku minta dan aku sendiri yang mengantarnya tapi yang mengambil suratnya Eunbi walau terkadang aku sendiri."

"Tapi bukankah hal seperti itu—"

"Tidak masuk akal? Iya, memang. Koma selama nyaris setahun membuatku banyak belajar tentang hal seperti itu. Lalu apalagi yang ingin kau ketahui dariku?"

"Kau tahu, sebenarnya Yunhyeong menyukaimu lalu apa yang akan kau lakukan tentang hal itu?"

Jisoo menunduk sebentar lalu kembali menatap Minhyun sambil tersenyum. Senyuman berarti namun begitu penuh misteri, entah apa yang dipikirkan gadis itu.

She's GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang