[Side Story] Kim Jisoo

897 106 1
                                    

*Chapter ini dari awal sampai akhir diceritain menurut sudut pandang Jisoo ya. Selamat membaca!

Aku baru saja keluar ruangan setelah melakukan beberapa pemeriksaan rutin, Suster Jung banyak cerita berbagai hal, mendengarnya bercerita adalah salah satu hal yang aku sukai semenjak aku terkurung di sini demi kesembuhanku. Dia selalu punya hal untuk diceritakan, berkatnya aku bisa mengeksplor seluk beluk rumah sakit ini tanpa harus keluar kamar.

Tapi seseorang membuat Suster Jung berhenti bercerita dan menghentikan laju kursi rodaku. Aku menoleh untuk melihat dengan siapa Suster Jung bicara, ah ternyata dia, aku memberikan senyuman termanisku padanya walau pun aku tahu ia tidak akan membalas senyumanku.

"Nona Kim, ia yang akan mengantarmu ke kamar. Semoga harimu menyenangkan, aku pamit dulu, sampai jumpa."

"Sampai jumpa, Suster Jung."

Setelah mengucapkan hal itu kursi rodaku kembali berjalan. Astaga, kenapa ia selalu tidak sabaran sih? Menyebalkan, untung saja dia tampan. Aku diam saja, tidak mengatakan apa pun, kalau ia datang pasti ada suatu hal yang penting.

Ia membuka pintu kamarku sebelum akhirnya kembali mendorong kursi rodaku ke dalam dan menggendongku agar duduk di kasur, oke untuk kali ini kuakui dia sedang baik.

"Apa ada sesuatu, Kak?" Tanyaku pada pria yang menurutku lebih tua dariku, "Tentu saja, mana mungkin aku datang kesini hanya untuk menjengukmu?"

"Siapa tahu kau merindukan saat-saat aku merepotkanmu ketika aku koma dulu." Candaku.

Pria itu hanya memutar bola matanya malas. Pria dengan wajah dingin, kulit yang kuyakini lebih putih dari Putri Salju, rambutnya kini berwarna biru muda padahal waktu itu rambutnya biru gelap, wajahnya tampan, sungguh, hanya saja dia seorang malaikat. Malaikat maut. Dan dia bilang namanya Min Yoongi.

"Bunga itu layu hari ini, kau tahu maksudku."

Aku ikut memandang Bunga Daisy di vas, benar, bunga itu akan layu hari ini.

"Waktumu sampai besok pagi, Ji. Aku sangat menyesal mengatakan hal ini tapi sudah tugasku." Dia memalingkan wajahnya saat mengatakan hal itu. Aku tidak pernah melihatnya begitu lho, wah.

"Kakak mengkhawatirkanku? Wah, aku tidak tahu kalau Kak Yoongi akan mengkhawatirkanku."

"Kau yang paling merepotkan, wajar saja jika aku khawatir, itu juga menyangkut diriku."

Dia bohong. Tapi gengsinya membuatnya mengatakan hal itu, dasar, tidak bernyawa saja masih bisa mendahulukan gengsi.

"Lakukan apa pun yang ingin kau lakukan, besok aku akan datang pagi-pagi sekali."

Aku mengangguk lalu memberikan cengiran bodohku padanya, "Aku mencintaimu, Kak. Terima kasih karena sudah mau direpoti olehku dan aku harap kau tidak lagi membuat tembok pada siapa pun yang datang setelah aku. Kau itu menggemaskan tahu." Aku terkekeh karena penuturanku sendiri, aku memang ingin mengatakan itu dari dulu, "Aku mengatakannya hari ini karena aku takut lupa mengatakannya besok, kau tahu kalau ingatanku payah."

Kak Yoongi mengangguk lalu tersenyum tipis, tipis sekali tapi anehnya aku merasa senyuman itu tulus.

"Aku mengerti, lakukanlah yang terbaik. Sampai bertemu besok."

"Sampai bertemu besok." Ia langsung pergi dengan kekuatannya, semacam teleportasi mungkin?

Apa aku harus menulis surat untuk Yunhyeong untuk yang terakhir? Bukan ide yang buruk kok.

...


Malam harinya ketika Hanbin dan Kak Tiffany sudah tertidur aku mengirimi Eunbi sebuah pesan menanyakan apakah ia sudah mengirim surat terakhirku untuk Yunhyeong dan aku juga menulis kalau aku ingin ia memakai dress yang kupakai kemarin ke pemakamanku. Tapi aku tidak serta-merta mengatakan padanya kalau aku akan meninggal besok, gila saja.

Jisoo

Hei, apa suratku sudah sampai di rumahnya?

Eunbi

Tentu saja

Adiknya yang mengambil tadi

Aku nyaris saja ketauan, beruntung jantungku masih ditempatnya

Jisoo

Maaf merepotkan ya

Oh ya, mungkin ini permintaan terakhirku, aku ingin kau memakai gaun yang kucoba saat ke pemakamanku dan aku ingin Yunhyeong mendatangi pemakamanku jika aku meninggal sebelum sempat bertemu dengannya

Jangan lupa untuk beritahu sahabatku juga jika aku meninggal, aku ingin bertemu mereka

Eunbi

Pesan macam apa itu? Kau menakutkan sungguh

Apa sesuatu telah terjadi?

Jisoo

Tidak ada, sudah ya aku tidur

Eunbi

Kak kau tidak ingin bercerita sesuatu?

Apa sakitmu semakin parah?

Kak?

Astaga kau benar-benar

Read.

"Anak itu pasti sedang mengumpatiku habis-habisan," Aku menuruni ranjangku perlahan tidak ingin membuat dua orang yang tampak kelelahan terbangun terutama Hanbin. Dia pasti sangat lelah karena pulang kuliah langsung kemari menjagaku.

Aku berjalan sambil mendorong tiang infusku ke kamar mandi, aku pasti tidak sempat mandi pagi besok jadi kali ini saja aku ingin mandi malam.

Selesai mandi dan kembali memakai pakaian rumah sakit aku menatap pantulan diriku di cermin sambil mengeringkan rambutku. Hei, aku tidak sepucat kemarin! Keren 'kan?

Setelah rambutku kering dan sedikit menyisirnya kembali aku kembali ke ranjangku, mendorong tiang infus kembali ke tempatnya juga agar tidak ada yang curiga kalau aku bangun tengah malam begini karena tadi aku pura-pura tidur, hehehe.

"Hanbin, jaga ibu dengan baik ya saat aku sudah tiada. Aku yakin kau pasti bisa menjadi seorang produser musik, percayalah pada dirimu sendiri. Jika kesulitan mintalah bantuan, kalau kau ada masalah ceritakan pada temanmu, jangan kau simpan sendiri. Aku menyayangimu."

"Kenapa aku ingin menangis?" Gumamku lalu berbaring menarik selimut sampai dagu dan memejamkan kedua mataku, menunggu Kak Yoongi menjemputku.

Aku tidak menyesal karena sudah terlahir dan hidup di dunia ini meskipun takdir sering kali membuatku menyerah tapi aku tidak akan berhenti sampai hidupku berakhir. Dan mungkin inilah akhirnya.

She's GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang