Ace (12)

734 99 4
                                    

Ini sudah hari ketiga sejak Jisoo terbangun dari komanya, Eunbi bilang hari ini gaun yang Jisoo pesan beberapa hari lalu akan Eunbi antar. Maka dari itu gadis bermarga Kim ini tampak bersemangat meskipun dirinya terlihat lebih pucat dibandingkan saat bangun beberapa hari lalu.

"Senang sekali sepertinya, Kak." Ujar Hanbin yang sedang memotong apel.

"Tentu saja! Lagi pula aku harus semangat agar cepat sembuh, iya 'kan?"

"Kau benar. Buka mulutmu!" Detik berikutnya sebuah potongan apel sudah berada di dalam mulut kecil Jisoo.

"Buka matamu, Kak!"

Dengan perlahan Jisoo membuka matanya dan menatap cermin yang tergantung di sebelah nakas, menatap pantulan dirinya di cermin.

"Bagaimana bisa ada gadis secantik dirimu, ya? Wah." Eunbi ikut memandang pantulan diri Jisoo di cermin. Jisoo terlihat cantik dengan dress selutut berwarna broken white, make up tipis, serta rambut yang dikuncir setengah.

"Pujianmu berlebihan tapi terima kasih."

Jisoo dan Eunbi menoleh ketika mendengar deritan pintu terbuka, itu Minhyun. Laki-laki itu tampak sedikit terkejut melihat penampilan sepupunya ini, Jisoo tampak rapih seperti ingin pergi berkencan hanya kurang heels di kakinya tapi selang infus masih setia terpasang di punggung tangannya.

"Kau ingin kabur, Ji? Awas saja sampai kau melakukannya, akan ku telepon ibumu." Ancam laki- laki itu sambil membuang bunga layu dalam vas dan menggantinya dengan yang baru, mawar pink.

"Berjalan lurus saja susah, bagaimana bisa aku kabur? Jangan khawatir, Kim Jisoo selalu ada di ruangan ini 24/7"

"Aku mengerti. Eunbi, ayo makan, aku membuat kimbab dan omelet. Mau tidak, Ji?"

Minhyun mengangguk dan menyiapkan makanan untuk kedua perempuan tersebut, melihat keduanya makan sudah seperti hiburan tersendiri bagi Minhyun, menyenangkan. Ia harap sebuah keajaiban terjadi dan Jisoo sembuh dari penyakitnya, tidak tega melihat tubuh Jisoo yang kecil digerogoti oleh penyakit yang mengerikan.

Malam ini giliran Hanbin yang menjaga Jisoo, hanya saja karena Tiffany hari ini bisa keluar lebih cepat dan karena besok adalah hari minggu jadi wanita itu memaksa agar bisa menjaga Jisoo malam ini, jadilah keduanya sedang berada di ruang rawat Jisoo sambil bercerita hal acak sebelum ketiganya tidur.

"Kak, aku ingin mencoba nail art. Bisakah kau buatkan untukku?" Ujar Jisoo sambil menunjukkan jari-jari tangan dan kakinya. Tiffany tersenyum lantas membuka tasnya mencari tas kecil berwarna pink dengan glitter-tempat peralatan untuk perawatan kuku-kukunya. "Kemarikan tanganmu, ingin nail art yang seperti apa?"

"Yang sederhana saja atau kita buat namaku?"

"Baiklah, akan selesai dalam dua jam!"





















.
.
.

Sudah sebulan baru bisa dilanjut, hehe, maaf ya. Dan sepertinya buku ini akan segera tamat.

Sincerely,

Hana.

She's GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang