Ace (8)

769 125 6
                                    

Jari lentik Tiffany menekan beberapa tombol angka password rumah bibinya yang bahkan sudah dihapalnya di luar kepala, tangan kirinya membawa 2 kantung plastik sedang sementara Minhyun menunggunya sambil membawa 4 kantung plastik besar berisi bahan makanan di kedua tangannya. Awalnya Minhyun mengusulkan agar kakaknya membuat makanan untuk beberapa hari kedepan agar bisa dihangatkan saat ingin dimakan, usul tersebut pun disambut baik oleh Tiffany, sayangnya Minhyun tidak tahu belanjaannya akan sebanyak ini.

Tiffany masuk duluan disusul Minhyun yang langsung berlari ke dapur untuk meletakkan kantung-kantung plastik belanjaan yang isinya berat, "Aku datang!" Seru Tiffany sambil menyusul Minhyun ke dapur.

"Tidak biasanya sepi begini," ujar Minhyun setelah menenggak habis segelas air, "Sepertinya mereka masih tertidur. Tolong bangunkan mereka, Hyun." Minhyun mengangguk dan bergegas menjalankan tugasnya.

Sambil menunggu mereka, Tiffany memulai acara memasaknya. Hari ini menu makan mereka bebas dari mi karena kata Bibi Eunhye belakangan ini mereka selalu memakan ramen instan. "Selamat pagi, Kak." Ucap kedua adik sepupu Tiffany dan Minhyun—Hanbin dan Hyunjin—dengan mata setengah terpejam dan nyawa yang belum sepenuhnya kembali.

"Pagi. Di mana Eunbi?"

"Dia tidak ada di kamarnya, sepertinya sedang keluar." Jawab Minhyun sambil menyodorkan dua gelas susu untuk kedua adiknya, "Terima kasih." Minhyun tersenyum sebagai jawaban, "Perlu kubantu, Kak?" Tawar Minhyun. "Boleh, tolong siapkan bahan untuk Seolleotangnya ya."

"Baiklah," selagi Tiffany dan Minhyun sibuk memasak Hanbin dan Hyunjin yang memang masih mengantuk kembali tertidur di meja makan. Keduanya memang sedang libur hari ini dan karena itulah mereka bermain game—atas usulan Hyunjin—sampai dini hari dan baru tertidur pada pukul 04.00 pagi tadi.

"Aku pulang." Sapa Eunbi sambil mengambil duduk di depan Hanbin, "Kau dari mana saja pagi-pagi sekali sudah keluar?" Tanya Minhyun, "A-aku? Oh, itu aku- aku keluar untuk berolahraga." Eunbi tergagap menjawab pertanyaan Minhyun tapi tetap berusaha bersikap seperti biasa, Minhyun menata meja makan sambil menatap aneh—lebih ke tatapan mengintimidasi sebenarnya.

"Belum sarapan 'kan? Ayo sarapan dulu, pasti lelah."

"Baik, Kak." Tiffany membangunkan Hanbin dan Hyunjin bergantian dengan cara mengapit hidung kedua anak itu sehingga kesulitan bernafas. Hyunjin segera terbangun dari tidurnya dan mencoba melepaskan tangan Tiffany dari hidungnya yang dapat dipastikan sudah memerah, "Kau nyaris membunuhku!" Protes Hyunjin, Tiffany hanya terkekeh mendengarnya.

Beda halnya dengan Hyunjin, Hanbin malah membuka mulutnya sebagai akses lain untuk bernapas. "Kim Hanbin!" Teriak Tiffany tepat di telinga kirinya, mata Hanbin langsung terbuka dan malah ikut berteriak. "Jangan berteriak di telingaku, Kak! Gendang telingaku bisa-bisa pecah karenamu!" Lagi, Tiffany hanya terkekeh. Membangunkan Hanbin dan Hyunjin adalah kegiatan yang menyenangkan menurutnya.

"Aku ingin ke kamar sebentar," pamit Eunbi lalu bergegas ke atas, "Cepat kembali lalu sarapan, aku akan menuangkan segelas susu untukmu."

"Ya, Kak!"








Dan tanpa seorang pun tahu, Hwang Eunbi meletakkan sebuah amplop hitam polkadot yang tadi pagi diambilnya di depan rumah Yunhyeong. Tak seorang pun kecuali Kim Jisoo.

.
.
.

Hola! So far, ini chapter terpanjang di cerita ini hehehe. Jadi semoga kalian suka ya!

Sincerely,

Hana.

She's GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang