Mengapa Harus Pergi Sekarang?

247 20 2
                                    

Sepertinya aku harus meminta maaf kepada Pak Fano, tidak ada salahnya kuhubungi Nomer Whatsapp nya.
Kenapa tidak aktif ya?

Sementara itu Mey dan Hani pun sudah ingin berpamitan pulang, semakin terasa sepi saja dunia ini.
Nia, Kami pamit dulu ya.
Yah, udah mau pulang aja nih? Cepet banget sih.
Iya, Maaf badak tapi hari sudah mulai gelap.
Baiklah, berhati-hatilah di jalan.
Eh Ray, kau pulang tidak dari tadi kau tertidur disitu?
Ha? Maaf-maaf jadi udah mau pulang nih?
Ngga mau pergi!
Kemana?
Kesurga.
Ya udah ikut.
Ya udah ambil tali sana
Untuk apa?
Untuk mengikatmu!
Lalu?
Wow banyak nanya nih bocah?
Lalu mati, dan sampailah disurga.
Ya udah Nia, Kami pulang dulu ya.

Diriku semakin dikerumuni oleh rasa rindu dan rasa bersalah, karena sudah mengabaikan Pak Fano beberapa hari ini.
Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan? Apakah ini sepenuhnya kesalahan ku?
Atau sebaiknya kutinggalkan pesan saja ya?
Baiklah, aku akan mengirim Pak Fano pesan terlebih dahulu.
"Pak Jika tidak keberatan kita bisa bertemu di kantin ga, ada yang ingin saya bicarakan"
Setidaknya dengan begini aku bisa merasa lega.
Semoga saja pesan ku di balas olehnya.
Tapi kenyataannya tidak, sepertinya aku terlalu hiperbola, entah kejadian apa yang membuat suasana seketika berubah menjadi kelam.
Diantara teman-temanku yang sedang bersenang-senang ada aku yang dikunyah oleh rasa rindu, dan ditelan oleh rasa bersalah.
Duh laper kan jadinya, denger kata-kata kunyah.
Yasudahlah lebih baik kutunggu besok pagi saja.

Murung lagi, itulah yang kurasakan saat ingin pergi ke kampus, sebab masalah yang tidak aku ketahui akarnya dari mana.
Raga ku sudah sampai didepan pagar namun jiwaku masih terletak di tempat tidur, ingin rasanya aku tidur seharian, dan memakan cemilan agar rasa sedih ini cepat memudar.
Aku melihat begitu banyak Pria berkumpul di arah jam dua belas.
Aku yang merasa heran pun langsung mengarah kesitu, dan yang tidak lain yang di kerumuni pria-pria gatel itu adalah Mey dan Hani.
Eh, Pria-Pria gatel, minggir kalian!
Semua pun meneriaki ku.
Heh, wanita berbadan besar, seharusnya kau yang minggir, badan mu hanya menghalangi pemandangan indah dan membuat bola mata kami ingin keluar!
Apa katamu?
Heh, Jangan berani kau Menyebut nya seperti itu, yang berhak menyebutnya seperti itu adalah aku, dan itu pun badak, jangan berani-beraninya kau kasar dengannya atau kupatahkan tulang-tulang mu itu!
Duh, jangan galak-galak dong neng yang cantik!
Sudah-sudah Mey,Nia ayo kita pergi.
"Hey cantik, jangan lupa berikan aku nomer handphonemu.
Sudah abaikan saja, ayo kita pergi.
Dan begitulah dunia, ketika kau masih belum berbentuk apa-apa, atau sedang menjalani suatu proses menuju perubahan, akan banyak bibir-bibir yang mengeluarkan Kata-kata beracun, Namun apabila kau sudah sampai dipuncak tidak sedikit yang akan memujimu.
Posisiku sekarang meneriman Kata-kata beracun itu sampai aku berada di puncak itu.
Sesampai di kelas, semua orang Melihat Penampilan Mey Dan Hani mereka sepertinya tidak pecaya kalau yang mereka lihat itu adalah Mey dan Hani.
Apa, itu wanita culun dan wanita tomboy itu kan?
Bagaimana bisa dia berubah secantik itu.
Wanita culun itu sangat cantik ya?
Lihat si tomboy itu, kini dia sudah terlihat sedikit lebih wanita, cantik juga yah kalau di perhatiin.
Sedangkan aku hanya duduk dan mendengar hebohnya suasana kelas, seperti Pajak Petisah, kalau kalian mampir kemedan datanglah kesitu banyak teriakan-teriakan yang akan kalian dengar
Contohnya seperti ini, Cari apa kak e? Gaun Manohara warna apa kak e, Hijau lumut? Hijau muntah kucing, tengok-tengok dulu sayang mana tau pas di hati begitulah kira-kira.
Ini seharusnya jadwal Pak Fano yang masuk ke kelas kami.
Tapi mengapa dia tidak masuk?
Terdengar suara sepatu kaki, Pasti itu Pak Fano.
Apa? Loh kok pak Warno yang masuk, Pak Fano mana? Lalu siapa Wanita yang di sampingnya itu?
Anak-anak saya bisa minta waktunya sebentar?
Jadi, dikarenakan Pak Fano ada urusan Keluar Negeri, selama satu semester ini yang mengajar kalian adalah Bu Sarah.

Ini tidak mungkin, lalu bagaimana caranya aku minta maaf padanya, serta mengutarakan perasaan ku terhadapnya?
Sesuatu yang disukai akan sia-sia karena tidak akan dimengerti dengan hal yang tidak bersuara.
Aku menyesal tidak mengungkapkannya dulu, dan kini dia sudah pergi.
Mey dan Hani mengarahkan matanya kepadaku, aku yang mendengar semuanya langsung merasa putus asa.
Pelajaran dengan Bu Sarah pun dimulai.
Sebenarnya dia dosen yang asik, dan membuatku gampang mengerti, namun akan lebih seru apabila Pak Fano yang masuk, dia dosen sekaligus Mamang Gojek yang selalu membuat ku bermimpi-mimpi akan dirinya.

I'am PandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang