antara abu-abu dan warna-warni(2)

9 3 0
                                    

Aku harus lari secepat mungkin dari sini, ini sangat mengerikan, lebih mengerikan dari pada nonton valak. Mama papa tega banget pada ku, bagaimana mungkin mama papa percaya ini jadi yang terbaik buat ku.

"Yuki,,, jangan lari,," seru papa yang sudah mengerjarku dibelakang, bukan hanya ada papa disana tapi juga banyak orang lain, mereka mengejarku seakan sedang mengejar pencuri.

"Yuki,,,kemabali nak"  ku dengar suara mama yang terasa seperti terisak

"Yuki,, papa bakal hukum kamu ya nanti" ancam papa, yang tentu takkan mungkin berguna pada saat ini.

"Yuki!!!!!!??" papa berhasil menangkap ku, setelah itu aku pura-pura pingsan aja, berharap dengan cara begini tidak ada hal buruk yang akan menimpaku.

Setelah selesai, dan diantar sampai ke rumah tadi, aku mengintip-intip keadaan, ternyata aku berada dikamar, mama mencoba menyadarkanku, " yuki,, sayang,,yuki ".

" iya,, ma,, aku dimana,,, ma,,, aku lelah ma"
"Iya sayang,, kamu tahan sebentar ya, selesai acara nikah kamu, kamu nanti kerumah sakit mama antar ya?" perkataan mama membuat aku tersentak kaget, prilaku ku yang seperti bocah tadi seharusnya menunjukkan, kalau aku belum siap menikah.

"Nggak perlu ma, aku,, nggak mau nikah, aku ini ingin menjalankan masa mudaku, aku nggak mau jadi ibuk-ibuk, lagian ini jaman apa sih ma?,, jaman siti nurabaya?,,"
"Nggak sayang,, gini ya mama ceritakan,,, pak angga,, teman papa kamu, sekarang dia dalam keadaan sekarat nak, mama dan papa sudah berjanjia akan menikah kan kalian berdua ketika sudah dewasa, sebagai permintaan terakhirnya ia ingin melihat kalian menikah, jadi pesta pernikahan kalian dipercepat seperti saat ini"
"Siapa dia ma, siapa yang akan dijadikan suamiku itu?" tanyaku pada mama, kalau begini, ada harapan ku, aku berharap dia friendly.

"Rendy, kamu kenalkan?"
"Whats???!!! Gue nggak, eh aku nggak salah dengar ma, rendy si OB menjijikan itu, si udik itu, dia???!!"

"Sayang anak mama, rendy menjadi OB itu sebenarnya penyamarannya, agar bisa melindungi kamu, dan agar bisa mengenali sifat kamu apa adanya. Tanpa kamu harus takut jadi diri kamu sendiri, sayang,," mama meberiku pengeritian yang tak mungkin bisa kupahamin.  Tiba-tiba seorang wanita tua memanggil kami, mengatakan ucap kabulnya telah selesai, dan pengantin haru segera turun kebawa, duduk di pelaminan.

Ingin rasanya kulemparkan semua barang yang ada dikamar ini, mama sepertinya mengetahui gerak-gerik anak nya ini, sehingga mama langsung merangkul ku, dan berkata " yuki,, sekarang bukan waktunya kamu ngamuk-ngamuk, kamu harus selesai kan acara ini dulu, ayok kita turun sekarang,,,''

"Semua tatapan tertuju padaku dan mama pada saat aku menuruni tangga ini, wajah mereka adah yang ingin seperti menerkam ku, aku jadi heran oleh karena nya, apa dosa ku? Ada juga yang memandangiku denga wajah pasrah, itu sepertinya wajah dari pihak saudara laki-laki, karena mereka duduk disebalah pihak laki-laki, kemudian ada yang memandangiku dengan wajah tersipu malu-malu seakan-akan merekalah yang sedang akan bersanding sekarang, dan yang terakhir ada seseorang cowok yang memalingkan wajah nya menghadapku, dengan senyuman nya yang tulus-tulus basi, tampak seperti ingin meminta maaf, siapa lagi dia kalau bukan rendy. Aku sendiri, aku sangat berbeda dari mimpiku jika menikah nanti, saat ini, akipu mengangkat gaun pengantin ku setinggi paha, berjalan seakan aku sang pereman kampung, gagah, dan perkasa. Wajah ku, yang berpeluh keringat ini, mata ku yang sengaja ku ganas kan, mulutku yang ku monyongkan ke samping kanan, alis mataku juga terngkat, lobang hidung ku terasa sangat membesar saat itu. " selamat pagi" teriak ku keras, bagaikan sedang menggunakan Toa mesjid.

"Hei rendy gila, bajingan, bencong, apah maksud loh lakuin semua ini ha? Loh pikir gue boneka loh yang bisa dengan sangat mudah loh mainkan kehidupannya?" ku lepaskan semua kesal ku padanya, kalau saja dia berani menjawab akan kujambak rambutnya, dan ternyata dia tidak menjawab pertanyaan ku lebih tepatnya amarah ku.

"Dengar ya walaupun loh suami gue sekarang, loh nggak bakal terima apa- apa, setelah kondisinya membaik nanti kita akan bercerai, dan selama kita menjadi suami istri, loh nggak boleh masuk kamar ini, makanan loh masak sendiri, pakaian loh urus sendiri, hidup loh ya hidup loh, hidup gue jangan loh atur, gue bebas mau kemanapun dengan siapapun pulang jam berapapun, walaupun eloh bukan OB sebenarnya tapi bagai gue eloh tetap OB yang mejijikan seperti sampah, karena loh udah nipu gue. Semua peraturan yang telah ada nggak dapat diganggu gugat, titik." sambung ku pada rendy

"Baik lah, kamu mau tinggal dirumah ku saja, aku cukup berterima kasih, trimakasih karena setidaknya kamu mau bekerja sama mewujudkan permintaan terakhir papa ku pada ku" ucap rendy yang kemudian seakan ingin pergi tapi lalu kembali lagi

"Yuki,, untuk masalah tidur,, aku akan tetap tidur disini, ini semua demi papa, aku akan tidur dibawah, kamu tenang saja, aku tidak akan menyakiti kami." ucapnya seperti meminta mohon

"Ehm oke,,tapi sebelumnya, ingat itu batas dari pintu 3 langakah, kamu tidur disitu, dan kamu tidak boleh maju atau melewati 5 langkah dari pintu, apa lagi jika aku ada dikamar ini, kamu harus keluar. jika kamu melanggar aturan-aturan ini, aku nggak akan segan-segan untuk keluar dari rumah ini selamanya."

"Baiklah, aku mengerti tuan putri" kata-kata rendy seperti mencoba mencairkan suasana yang begitu tegang ini.
" ya, itu pantas untuk mu, keluar lah dari kamar ini, nanti jam tidur baru masuk, gue ngantuk, mau istirahat"
"Baiklah, siap tuan putri, perintah tuan putri siap dilaksanakan" ucapan rendy ini membuatku sedikit geli, dia mengatakan nya sambil berjalan seakan-akan dia adalah seorang prajurit.

Pikiran ku kembali mengenang kejadian yang baru terjadi beberapa hari ini, kehidupan ku seperti roda yang putarannya terlalu cepat untukku.

Air mataku tak berhenti mengalir, terus mengalir, aku tak mau seperti ini, sekarang aku berstatus istri orang, dan nanti ketika aku bercerai aku akan jadi janda. Apakah nanti friendly mau menikah dengan seseorang yang berstatus janda, friendly mungkin mau menerimah ku apa adanya, tapi keluarga nya, dia itu anak kolong merat seperti ku juga, aku yakin orang tuanya sangat memperhatikan bibit bobot,sudah pastilah aku ditolak nati.

Tapi biar bagaimanapun, aku akan tetap berjuang untuk friendly, aku akan berusaha mendapatkan hatinya maupun hati orang tuanya. Sekarang aku harus menelepon laras, karena mungkin hanya dengan nya saja aku dapat membagi kesedihan ku ini,
"Hallo ras,,,,hiks"

#Day9
#RamadhanBerkisah
#PenaJuara

SillentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang