"Kau mau gak jadi pacarku?"
Hari ini masih libur, dan besok juga bakal libur. Tapi kenapa sesak ya? Aku... Lee Yura, seorang cewek yang mengharapkan cinta seorang cowok ganteng sekaligus dermawan bernama Hong Jisoo. Namun, cowok itu belum sama sekali mengenal cinta. Tidak, mungkin dia berbohong. Mungkin dia sudah punya pacar. Mungkin aja seketaris OSIS, Min Hyerin atau bendahara MPK yang terkenal dengan kecantikannya itu, Han Jeong atau... bisa jadi Uno Yukari, murid dari Jepang yang pindah ke korea.
Pikiran apa itu? Pada intinya Jisoo masih tak punya berasaan sama sekali untukku.
"Halo... Woi, Yura. Jawab aku," suara Jun masih terdengar di telepon. Menunggu jawaban yang belum pasti dariku.
Wen Junhui termasuk populer di sekolah. Anaknya tinggi, jago bela diri, hobi baca novel, apalagi orangnya lembut dan peduli sama sesama. Gimana nggak banyak anak cewek suka sama dia.
"Apa jawabanmu?"
"Kamu maunya apa?" tanyaku dengan suara lembut sedikit tertawa.
"Aku maunya apa? Aku maunya kamu jadi pacarku," jawab Jun dengan nada sedikit tertawa.
Dibanding mengharapkan Hong Jisoo yang tak kunjung peka, mendingan mencoba hubungan baru dengan Wen Junhui yang lebih peduli soal aku.
"Yaudah, aku mau jadi pacarmu."
"Jadi... kita resmi nih pacaran?" tanya Jun. Aku cuma tertawa pelan mendengar ucapan Jun, "Iya Jun!"
"Baiklah! Besok aku ke rumahmu ya, jangan lupa tidur yang nyenyak. Aku sayang kamu," ucapan Jun hanya sekedar ucapan bagiku. Entah kenapa, mungkin karena baru awal-awal. "Iya...Iya. Yaudah, kamu juga tidur yang nyenyak."
"Bye Bye, Yura!" telepon itu mati setelah suara Jun. Eunbi juga masih ada di sampingku, melihat ponselnya sambil mengetik sesuatu di layar ponselnya. Eunbi cuma memalingkan mukanya dari ponsenya sambil tersenyum tipis, "hasilnya?"
"Ya kami jadian, sama si Jun anak kelasku," jelasku. Namun, Eunbi hanya menatapku. Mendengus entah kenapa, "Jun, siapa sih yang gak kenal. Kan dia yang sering muncul di instagramnya sekolah kita dari dulu."
Aku cuma ber-oh ria mendengar gurauan Eunbi. "Jisoo gimana? Baek?" Aku cuma menepuk pelan lutut Eunbi, "dia kan temenmu--maksudku sahabatmu."
"Heh, aku tahu ya kalau kamu itu suka sama dia. Kamu tuh gak bisa bohong sama aku, Yura," gurau Eunbi sambil menepuk pundakku beberapa kali. "Oh ya? Seberapa banyak kamu tahu tentang aku?"
"Banyaak sekali!~ Tentu ya... Tentu karena kamu itu saudaraku!"
"Sepupu, tapi... Eunbi kau itu pantas diberi penghargaan sepupu terbaik. Kau pantas hidup lebih baik," ucapku. Akh, aku salah berkata. "Seandainya ya..."
"Ingat ya... kau itu sekolah yang sama denganku, aku akan cari cara untuk kabur dari sana, dari ibu gilamu itu."
Malam ini menjadi malam terburuk sekaligus malam yang biasa-biasa saja. Eunbi kaget melihat Mingyu, sang guru idaman para siswa. Tapi ya pada akhirnya, rumah ini jadi tempat pertemuan mereka berdua, Tante itu gak pernah membiarkan celah untuk Eunbi bahagia. Kak Yeon rin cuma diam. Aku gak pernah ngelihat dia begitu. Biasanya dia deluan yang ngambil tindakan.
☆
"Pagi, soo!" Suara itu masih terdengar di telinga Jisoo. Hingga mendekat dan sekali lagi teriakan, "Jisoo! Selamat pagi!"
Itu Eunbi, dia mengganggu pagi Jisoo yang indah. "Pagi, bi. Apa kabar?"
"Kabar buruk," dengar kata Eunbi aja, Jisoo tahu kalau ada sesuatu. Kalau kata pepatah sahabat itu punya kontak batin. "Mau bicara dimana? Aku siap dengerin macam biasa."
"Sini aja... lagian si Hansol belum datang kan?"
Ini masih pagi buat siswa yang biasa datang tepat sebelum bel. Eunbi entah kenapa hari ini datang cepat, pikir Jisoo.
"Jadi gini... kau tau kan soal tunanganku..." Jisoo cuma ngangguk ke arah Eunbi yang ngambil tempat duduk di depan cowok itu. Wajahnya muram, seperti menanggung beban yang sangat berat. "Dia itu pak Kim... Ssaem Kim Mingyu."
"Eh serius?" Jisoo terkejut. Benar-benar terkejut gak tau mau bilang apa. "Iya... gitu. Aku juga gak nyangka. Padahal aku gak mau di jodohin."
Jisoo mengelus kepala Eunbi seperti biasa. Tangan lelaki itu benar-benar hangat, Eunbi sudah sering digituin. Ingat, mereka sahabat bukan pacaran.
"Oh iya, Soo."
"Ya?"
"Kamu udah tau kan, Yura baru aja pacaran sama si Jun."
"Ooh... jadi?" Eunbi natap Jisoo gitu. Tatapan tajam, gak tahu mau bilang apa ngeliat sikap Jisoo. "Kamu gak apa gitu?"
"Pacaran sama Yura? Kami cuma teman, Eunbi."
"Jis, lu kok buta banget ya sama namanya cinta?" tanya Eunbi kesal. "Kenapa? Cinta itu kan terhadap tuhan, alam, keluarga, teman--"
"Diem deh... Jis... intinya KAMU itu gak kenal yang namanya suka sama orang!"
"Iya dek cantik, aku suka sama kamu, aku suka sama ketua kelas, aku suka sama bukuku-"
"Diem.. diem! Kutanya sama kamu ya..." Eunbi kesal. Ia menatap Jisoo dalam-dalam, seolah melihat ke batinnya. "Kalau misal nih... Yura tunangan sama macam aku-Kau bakal sedih? Kau bakal kecewa? Ada perasaan selalu ada pengen di sampingnya?"
"Uh..." Jisoo terdiam. Hanya tersenyum tipis sambil mengangkat bahunya, "entah... ?"
Eunbi menepuk meja-menghasilkan suara deras. Namun, satu kelas sudah mulai terbiasa dengan sikap Eunbi.
Jari Eunbi menunjuk ke Jisoo. Dahinya mengerut, alisnya menajam. Eunbi mengecam, "ingat ya Jis! Lu gak bakal bisa bohongin diri lu sendiri! Yang namanya cinta... kasih sayang... itu gak bisa dibuat-buat! ...sayang Jis, lu punya kesempatan... tapi gak dimanfaatin. Beda sama aku..." Eunbi terdiam, menurunkan jarinya. Ia menatap ke bawah. "Aku sayang sama Hansol, kau tahu itu kan. Cuma... cuma gara-gara wanita itu.. ibuku sendiri, yang buat aku sama Mingyu tunangan..."
"Eunbi? Kau tunangan?"
Jisoo menegakkan pandangannya ke lelaki itu, begitu juga Eunbi. Wajahnya berubah menjadi semakin sedih. Hansol... lelaki itu Hansol, seseorang yang memiliki hati Eunbi.
"Jadi... kau tunangan, hah?"
Eunbi menggigit bibirnya sendiri, menahan emosi yang mau meluap sebentar lagi. Jisoo cuma terdiam dengan wajah melongo.
"Aku mau pergi bentar... aku permisi.."
Eunbi pergi meninggalkan kelas tanpa melihat ke arah Hansol untuk kedua kalinya. Jisoo mulai berbicara, "iya. Memang benar dia bertunangan-"
"Jadi sia-sia selama ini?"
"Enggak, Hansol. Itu semua udah cukup buat Eunbi sayang sama kamu," jawab Jisoo. "Tunangan itu... itu ibunya yang nyuruh. Dia gak bisa buat apa-apa. Sekeras apapun dia memohon. Gak bakal dikabulin! Aku udah dari kecil berteman sama dia. Gak mungkin aku bohong, Sol," lanjutnya.
"....aku gak tahu lagi, Jis."
"Hong Jisoo, dipanggil sama ibu penjaga perpus!" seorang siswi masuk ke dalam kelas. "Aku pergi dulu ya, Sol." Jisoo menepuk pundak Hansol.
Ia pun mulai berjalan di lorong sekolah, banyak siswi yang sedang bergosip disana. Termasuk gosip yang membuat jengkel Jisoo.
Tumben kan?
"Kamu tau gak? Lee Yura dari kelas ipa... dia pacaran sama si tampan sekolahan!"
"Siapa-siapa?"
"Siapa lagi kalo bukan Wen Junhui--dia udah resmi jadi pacar Lee Yura loh!"
▪ To be continue ▪
KAMU SEDANG MEMBACA
Daisy | Joshua Seventeen; Hjs
FanfictionKarena bunga tak mekar sendiri sama artinya dengan cinta [22012018]