13

83 4 2
                                    

“Maaf saya terlambat.” Sosok Joshua membuka pintu klub bahasa. Semua mata tertuju padanya. Karena tidak biasanya seorang siswa rajin seperti Joshua terlambat.

“Silahkan duduk, Jis.”

Ia langsung mengambil langkah ketika ketua klub mengizinkannya duduk. “Sini-sini,” isyarat dari Eunbi datang. Joshua duduk di bangku yang kosong yang ada di samping Eunbi. Ia meletakkan sejumlah buku dari perpus yang ia bawa di atas meja.

“Jadi hari ini, kita ada anggota baru,” jelas sang ketua, “untuk adek-adek kelas kita, bisa perkenalkan diri kalian.”

Mulailah dari ujung, seorang siswa tinggi, lalu ada siswi dan yang terakhir siswi. Ia berdiri memperkenalkan dirinya, “Nama saya Son Yerim. Saya dari kelas sepuluh lima. Saya masuk karena teman saya, Kim Sooyoung.” Gadis itu tersenyum sambil memegang pundak siswi sebelahnya, memandang kesana dan kemari terutama ke arah Joshua yang fokus ke ponselnya.

“Terima kasih, perkenalan adek-adek kita sangat indah. Saya ketua klub panggil aja Kak Jae dari kelas sebelas. Disana ada Kak Younghoon, Kak Kevin, Kak Bona sama Kak Eunseo dari kelas sebelas,” Jae mengarahkan tangannya ke arah siswa-siswi yang disebutkan namanya. “Dari kelas dua belas ada Kak Solji, Kak Eunbi sama yang terakhir Kak Joshua. Sayangnya ada dua orang dari kelas dua belas keluar dari klub karena alasan mau ujian nasional. Semoga kakak-kakak kelas kita bisa menjalankan ujian dengan baik.”

“Amiiiin!!” sahut Ahn Solji dengan keras.

“Baiklah, kita akan masuk ke aktivitas kelompok. Tahun ini kita akan membuat antologi sesuai dari perintah kepsek,” jelas Jae, “Silahkan kak Joshua lanjutkan.”

“Jis,” tegur Eunbi menyikut lengan Joshua.

“Apa?”

“Jelasin soal antologi woi.”

Joshua memberikan ponselnya kepada Eunbi, lalu berdiri. Di satu sisi, Eunbi melihat isi chatnya Joshua.

“Ehem... maaf.” Joshua menjelaskan suaranya lalu menghela napas. “Kayak yang udah dibilang sama Jae, kita tahun ini diminta untuk membuat antologi berisikan puisi-puisi karya kalian sendiri.”

Joshua berdehem pelan. “Mungkin sebagian ada yang nggak tahu antologi.. Uh, Antologi itu semacam kumpulan karya tulis. Intinya gitu... Terus.. Antologi ini bakal disajikan di festival budaya dua bulan lagi, jadi waktu pengumpulan bulan depan. Tolong kumpulkan hasil puisi kalian ke Kevin.”

“Kok gue..” ucap Kevin.

“Jae bilang gitu, Vin,” balas Eunbi.
Kevin melirik tajam Jae, “Elu ga pernah partisipasi aktif, Vin. Rasain sendiri.”

“Jadi... ya gitu aja, sekian.” Joshuapun duduk lalu merebut kembali ponselnya. Jaepun menjelaskan ulang dan terus mengoceh di depan. Sementara itu, Eunbi hanya terkekeh pelan.

“Aciee, ngechat gebetan,” ganggu Eunbi.

“Bising.”

“Jis, lu keknya harus hati-hati deh,” bisik Eunbi.

“Hati-hati gimana?”

Eunbi mendekatkan mulutnya ke telinga Joshua, dengan sangat hati-hati lelaki itupun mendengarkan. “Cewek itu, Yerim. Dia dari tadi ngeliatin kau aja.”

“Mungkin perasaan kamu aja.”

“Nggak, jis. Aku liat dia ngeliatin kamu sejak pertama kamu masuk.”

“Penggemar mungkin.”
Eunbi cuma berdecih dan menepuk tanpa suara lengan Joshua. Mata Joshua langsung tertuju ke Eunbi.

"Inget, lu gak bakal tau dipikiran cewek ada apa."

Daisy | Joshua Seventeen; HjsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang