1. Berangkat

340 86 101
                                    

"Huaaaa!"


"Jam berapa in--WOY GUE HAMPIR TELAT!!"

Dengan segera, gue langsung loncat dari tempat tidur lalu berlari ke arah lemari, setelahnya pergi menuju kamar mandi dengan pakaian yang baru gue ambil.

Setelah 15 menit di kamar mandi, akhirnya gue keluar dengan sudah mengenakan pakaian. Gue langsung mengambil handphone, lalu mengambil koper dan langsung pergi menuju depan rumah.

Sebelumnya gue sudah izin terlebih dahulu sama orang tua gue yang masih setengah sadar, mereka tahu kalau gue bakal berangkat ke Greenland. Gue nelpon teman gue dulu sebelumnya, Nino, karena dia sudah berjanji untuk mengantar gue ke bandara. Sempat merasa kesal sama bokap, karena dipesenin untuk hati-hati dengan alasan gue belom nikah.

"Lama banget sih, kalo gue ketinggalan pesawat awas aja!"

Setelah berhasil menelpon Nino berkali-kali, akhirnya Nino datang sambil mengomel-ngomel. Jelas saja Nino mengomel, bagaimanapun gue sudah menghancurkan mimpi indahnya yang sedang menikah dengan Anna di animasi kartun 'Frozen'. Entahlah Nino memang sangat suka pada Anna yang hanya ilustrasi semata. Gue bukan cenayang yang tahu isi dalam mimpi Nino, tapi Nino sendirilah cerita ke gue.

"Masukin buruan!" Suruh Nino seraya natap gue garang.

Setelah gue masukin barang-barang ke bagasi mobil, Nino ngoceh sambil uring-uringan nggak jelas.

"Lo tuh ya ngeselin banget sih, gue kan baru bangun, ini aja belom mandi! Siapa suruh lo bangunnya telat? Jadi ngerepotin kan lo, masih untung gue dateng Ko!" gerutu Nino, dengan tangan yang ada di pinggang.

"Buruan napa! Ketinggalan pesawat gue ntar, nggak usah banyak oceh," kata gue, setelah itu masuk ke mobil Nino dan duduk di jok depan. Pusing kepala gue kalau dengerin dia marah-marah.

"Selo ae kali bang, gue bukan supir lo ya, udah untung gue bantuin!" balasnya tidak terima.

"Iya Ko, diem deh lo. Gak bakal telat, udah deh gak usah takut. Cemen banget sih lo!" timpal seseorang, yang membuat gue menoleh le belakang dengan cepat.

"Lo ngikut juga ternyata?" kata gue, pas tahu kalo orang tersebut adalah Sisy––sahabat gue.

"Gue takut kalo kemaren itu terakhir kali gue liat lo, makanya gue ikut. Btw lo jangan takut ya sendirian," balas Sisy.

"Gimana nggak takut, ini pertama kalinya gue kesana. Sedangkan lo-lo," gue tunjuk mereka satu persatu, "pada tau kan, berapa kali penerbangan pesawat di sana?" tanya gue.

"Seminggu sekali," jawab Sisy.

"Naaaaahhh ituu tau!" kata gue, sambil berteriak kecil.

"Eh buset! lo sikat gigi nggak sih?! Bau bangke banget mulut lo!" omel Sisy seraya menutup hidung menggunakan tangan kanannya.

"Hahhh!" Karena kesal, gue sengaja membuang napas menggunakan mulut gue ke arah Sisy dan dengan mudahnya dia malah menampar wajah gue.

"Sakit Sy!" Marah gue. Ya jelas gue marah, masa iya muka gue yang berperawatan ini dengan mudahnya ditampar sama dia?

"Mending lo diem aja deh! Nih mobil ngegenjot-genjot, gara-gara lo loncat! Nanti kita nabrak, lo nggak jadi liburan!" sahut Nino dengan mata yang melirik sekilas ke arah gue, setelahnya kembali melajukan mobilnya.

"Bpfhahaaaaa mampus lo, di marahin jendral!" kata Sisy, yang sedari tadi nggak bisa berhenti ketawa.

'Salah sendiri punya mobil butut,' batin gue, yakali gue ngomong langsung, bisa gagal liburan nanti, gara-gara di bunuh jendral.

Dengan perasaan bergejolak ini, akhirnya gue lebih memilih untuk diam. Dari pada gue nggak jadi liburan 'kan?

~~STRAY~~

___

Love💝
SalYos

See youu

27 January 2019

STRAY✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang