13. Bantuin Packing

74 30 13
                                    

'Lym sayang ama gue? Ini gak mimpi kan?' batin Delko tidak percaya pada pernyataan yang Lym berikan.

"Lodel, kok Lodel diem aja sih? Hey, Lodel." Lym menggerak-gerakkan tangannya didepan wajah Delko.

Lym kesal, karena Delko hanya diam sedari tadi. Sedetik berikutnya Lym menundukan wajahnya, ia merasa malu pada dirinya sendiri, bahkan ia merasa jijik pada dirinya karena telah mengukapkan isi hatinya duluan. Ia berfikir, apa mungkin Delko merasa jijik padanya?

"Lolym tau kok, pasti sekarang Lodel jijik yah sama Lolym, karena Loly--"

Grep

Delko memeluk erat tubuh Lym, yang berhasil membuat Lym diam ditempat.

Delko ingin mengungkapkan isi hatinya juga, namun ia takut jika dirinya tidak berjodoh dengan Lym. Kata-kata belum bisa menjamin 'kan? Delko hanya tidak ingin Lym berharap lebih padanya karena memiliki perasaan yang sama seperti Lym. Namun di sisi lain, Delko ingin Lym menjadi miliknya. Entah ini rasa obsesi atau cinta, Delko pun masih bingung. Yang bisa Delko lakukan adalah diam sambil mengelus kepala Lym.

Lym membalas pelukan Delko tak kalah erat. Delko yang merasakan basah pada punggungnya, melepaskan pelukannya, yang berhasil membuat Lym kecewa. Lym menunduk dan terisak pelan, tanpa suara.

Delko mengangkat wajah Lym pelan."Jangan nangis karena aku." Delko mengusap pipi Lym dengan ibu jarinya, menghapus jejak-jejak air mata Lym. Bahkan ia tidak mau menggunakan kata 'Lodel' sekarang, panggilan itu membuat Delko merasa bersalah.

"Tatap mataku," ujar Delko, masih dengan tangan yang menangkup wajah Lym.

Lym menatap mata Delko intens."Kamu kenapa?" tanya Delko lembut.

"L-Lolym s-sedih soalnya, Lodel lepas pelukannya, Lolym juga sedih Lodel nggak pake sebutan Lodel lagi," ujar Lym masih dengan sisa isak tangisnya.

"Maaf." Delko menghela nafas panjang, "panggilan itu buat aku merasa bersalah, tolong mengerti aku Lym."

Tanpa aba-aba Lym memeluk tubuh Delko erat, dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang milik Delko. Sungguh, Delko semakin merasa bersalah sekarang.

"Aku cinta kamu." lirih Lym.

Delko masih mencerna perkataan Lym, ditambah ia dibuat terkejut karena perlakuan Lym yang memeluk tubuhnya tanpa aba-aba. Delko membalas pelukan Lym saat menyadari apa yang Lym katakan.

'Lym cinta gue?' batin Delko senang.

"I Love You more," ujar Delko menggunakan bahasa berbeda dengan Lym. Ia hanya berharap perasaannya pada Lym bukan rasa obsesi, melainkan cinta.

Keduanya saling memeluk erat satu sama lain. Merasakan debaran jantungnya masing-masing.

Mereka melepaskan pelukannya. Delko menangkup wajah Lym."Bantuin Lodel packing ya," ucap Delko lembut. Ia kembali menggunakan panggilan 'Lodel' untuk dirinya sendiri.

Lym mengangguk, mengiyakan ucapan Delko. Keduanya bangkit, lalu pergi menuju Villa yang ditempati Delko.

Setibanya di depan kamar Delko, Lym menghentikan langkahnya. "Lodel, emang Lodel mau packing apa? Bukannya semua barang-barang Lodel ketinggalan ya?" tanya Lym yang baru menyadarinya.

Delko tersenyum kikuk. "Oh iyayah, Lodel lupa, hehehe."

"Huh kebiasaan, yasudah kalau begitu, kita makan saja dulu yuk di rumah Lolym. Lodel juga belum makan 'kan?" tanya Lym.

Delko mengangguk, keduanya berjalan ke arah rumah yang ditempati Lym.

Seperti biasa, Lym membuatkan Delko roti panggang beserta susu sapi. "Lolym, apa tidak ada makanan yang lain? Lodel bosan makan itu." Delko mengungkapkan isi hatinya, yang sedari tadi ia pendam.

Lym menghentikan aktifitas memanggang rotinya. "Sebenarnya tadi pagi kak Dyr masak, tapi Lolym nggak yakin kalau Lodel akan suka,"

Delko mengkerutkan keningnya."Memang apa? Lodel yakin kok, pasti Lodel suka itu," ujar Delko yakin.

Lym mengangguk, mengambilkan makanan yang ingin ia berikan untuk Delko.

Lym memberikan nampan yang telah di isi oleh makanan dan minuman yang telah ia siapkan.

Delko mengerutkan keningnya. "Apa ini?" tanya Delko bingung.

"Teriyaki rice squid."

"Cumi nasi teriyaki?" ulang Delko.

Lym mengangguk. "Itu makanan kesukaan Lolym sama kak Dyr waktu kecil dulu. Dulu Mama Lolym selalu masakin itu, tapi itu dulu sebelum mama dan papa Lolym meninggal karena kecelakaan pesawat." lirih Lym mengingat kejadian dulu, yang menurutnya sangat buruk.

"Maaf." lirih Delko ikut menunduk.

"Kok Lodel minta maaf? Lodel nggak salah kok. Yasudah nggak usah dipikirkan lagi, ayo Lodel makan," ujar Lym yang berusaha terlihat tegar.

Dengan perlahan Delko memotong cumi tersebut dan memasukan kedalam mulutnya.

"Gimana, enak?" tanya Lym ragu.

Delko menggeleng. "Enggak," ujar Delko, yang membuat Lym menunduk.

"Kan Lolym udah bilang jan--"

"Enggak salah lagi, enak banget," sela Delko memotong ucapan Lym, lalu kembali melahap makanannya. Lym mengangkat kepalanya. "Lodel suka?"

Delko mengangguk. "Suka banget." Delko langsung melahap habis makanan yang diberikan Lym, tanpa di sadari bahwa Lym juga lapar.

"Lodel..."

"Hmm."

"Lolym juga laper..." lirih Lym yang menghentikan aktifitas Delko.

Delko tersenyum kikuk. "Maaf." Delko memberikan nampan yang tersisa dua biji cumi. "Buat Lolym saja,"

Lym berdecak sebal, lalu menerima nampan yang diberikan Delko.

Disela-sela makan Lym, Delko berbicara. "Nanti Lolym mau kan masakin ini buat Lodel?" tanya Delko disela makannya, Lym mengangguk.

"Tapi bukan buat Lodel saja..." lanjut Delko.

Lym menghentikan aktifitas makannya."Terus buat siapa lagi?" tanya Lym, lalu melanjutkan makannya.

"Buat anak-anak kita nanti."

~~STRAY~~

Masih ada yang setia baca 'Stray' kah? Comment dan votenya kita tunggu yah..😁

Btw ini part terpanjang gayssss...
Jangan gumoh disini ya... Hahha

Love😍
SalYos👭

STRAY✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang