21. Part Time

51 26 15
                                    

Hanya jarak yang memisahkan, bukan berarti hati terpisah 'kan?

Begitulah istilah kisah cinta Lym dan Delko.

Hari ini, Lym bertujuan mencari Delko di ibukota. Waktu itu Delko pernah bilang pada Lym jika ia tinggal di ibukota.

Walaupun ibukota sangatlah besar, Lym akan terus berusaha mencari Delko sampai ujung kota.

"Fighting!!" semangat Lym pada dirinya sendiri. Tangannya terkepal sebatas telinga.

Lym mulai berjalan keluar hotel. Ia bingung kemana dirinya harus melangkah. Ia memutuskan membuka google untuk mengetahui nama-nama jalan di sini.

Setelah beberapa menit, Lym mulai berjalan mencari taksi untuk pergi ke daerah-daerah di Jakarta.

"Mbak, kita sudah sampai," ucap supir taksi itu.

"Benar kan ini jalannya?" tanya Lym memastikan. Karena, jujur Lym sangat takut untuk pergi sendirian.

"Iya mbak, eh mbaknya bule ya, keren bisa bahasa Indonesia," supir taksi itu menoleh ke arah belakang.

"Hehehe, baru tau ya?" tanya Lym.

"Saya baru nyadar mbak, eh manggilnya apa yaa,"

"Mbak aja gapapa kok, ini uangnya," ucap Lym.

"Makasih ya mbak,"

"Sama-sama,"

Lym turun dari taksi, melambaikan tangannya pada supir taksi tersebut.

'Orang Indonesia ramah banget,' batin Lym.

Lym terus mencari Delko tanpa lelah. Rasa cintanya begitu besar pada pemuda itu. Katakanlah Lym lebay, tapi memang begitu rasa cintanya pada Delko.

Hingga petang datang, Lym berjalan pelan di pinggir jalan. Hampir putus asa.

"Jakarta itu luas ternyata,"

"Atau orang disini jumlahnya sangat banyak?"

Lym melihat kursi panjang dan duduk disitu.

"Aku ga bisa gini terus, lama-lama uangku habis,"

"Apa aku cari kerja?"

"Part time?"

"Ya, semoga ada lowongan untuk aku,"

Lym kembali berdiri, mencari-cari Caffe disekitar sana. Pandangannya tertuju pada sebuah kedai kopi.

"Excuse me," Lym memasuki kedai yang cukup sepi itu.

"Ya, anda mau memesan? Sebentar lagi kami akan tutup," ucap pemuda di depannya. Sepertinya pemuda itu pemilik kedai ini.

Lym tersenyum. "Apakah ada lowongan part time disini?"

"Part time? Kenapa? Anda mau kerja disini?"

"Iya, apakah ada?"

"Ada, kebetulan banget," ujar pemuda itu balas tersenyum.

"Mou Lymtzyxs."

"Hah?" bingung pemuda itu.

"Itu namaku, panggil saja aku Lym,"

"Oh oke, saya Rangga, pemilik kedai kopi ini," Keduanya tersenyum.

"Jadi, kamu bisa kerja mulai besok jam 7 pagi ya," ucap Rangga.

"Kenapa pagi banget?" tanya Lym.

"Yaa...karena biasanya perawat rumah sakit mampir kesini, tempatnya juga strategis, kamu liat di seberang sana, ada kantor, rumah sakit," jelas Rangga.

"Ooh, begitu ya?" Rangga mengangguk.

"Ya sudah, kalau begitu aku pulang dulu, terima kasih Rangga,"

Rangga sedikit terkejut karena gadis di depannya tidak menggunakan embel-embel 'pak' seperti karyawan yang lainnya.

"Oh iya, hati-hati," ucap Rangga canggung.

Lym pergi dari situ dengan perasaan bahagia. Kini dirinya tidak khawatir akan bugdet dirinya selama tinggal di Indonesia.

"Waw," Rangga memandang punggung Lym yang semakin menjauh.

"Bule?" tanya Rangga entah pada siapa. Kemudian dirinya membantu karyawan yang lainnya, untuk menutup kedai.

"Ada karyawan baru pak?" seorang pemuda yang terlihat lebih muda dari Rangga.

"Iya, bule lagi," Rangga tersenyum.

"Wihhh keren banget, cewek ya?"

"Iya, kenapa? Mau deketin?" Rangga menggoda.

"Iyalah pak, sayang atuh ga di deketin, bapak gak ada bulir-bulir suka gitu kan ke karyawan itu?"

"Apa sih kamu! Sekolah dulu yang bener Ucup!" ucap Rangga sambil menyentil jidat Ucup.

"Sakit atuh si bapak mah!" protes Ucup.

Jangan heran, Rangga dengan karyawannya sangat sangatlah dekat. Karena sebagian besar karyawannya adalah anak sekolah dan mahasiswa. Ada juga yang sudah kerja seperti Rangga.

~~STRAY~~
.
.
.
.

Pendek ya? Maaf ide mampet!

Tapi always vote and komen!

SalYos,
😍

STRAY✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang